🎉Bebas Promo
Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗
Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.
Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.
Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?
Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.
Heppy Reading... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Penawaran
Hari menuju perhelatan akbar pernikahan Satria dan Kimy tinggal hitungan hari, semua keluarga dibuat sibuk dengan acara yang pernikahan pertama yang akan digelar oleh keluarga mereka. Oleh sebab itu, kedua belah pihak sangat sibuk mempersiapkan pernikahan yang para awak media sebut 'Pernikahan Bisnis' tersebut.
Tapi kesibukan tak dirasakan oleh kedua calon pengantin, karena sampai saat ini mereka masih disibukkan oleh kegiatan masing-masing, ditambah saat ini, Kimy mulai sibuk membuat skripsinya.
"Kak, nanti pas kita nikah, Kakak mau ngasih aku Mas kawin apa?" Karena hingga H-17, menuju acara pernikahan yang akan diliput oleh beberapa awak media itu, Kimy masih belum mengetahui mas kawin apa yang akan Satria berikan untuknya.
"Elu maunya apa, emangnya?" Satria balik bertanya.
Kimy terdiam, dia bingung harus meminta apa pada calon suami super kayanya tersebut.
"Yey, dia malah bengong." Satria yang duduk berseberangan dengannya hanya bisa tersenyum melihat wajah bingung gadis yang tanpa ia sadari telah mengisi hatinya. Satria tahu, yang Kimy inginkan hanyalah sebuah kebebasan, dan Satria telah merencanakan untuk mewujudkannya di pernikahannya nanti.
"Aku bingung, kalau aku minta gedung apartemen emangnya Kakak sanggup ngasih aku itu?" tantang Kimy.
"Asal elu mau jadi istri solehah yang bisa ngasih surga dunia buat gue, gue turutin permintaan lu," goda Satria dengan kerlingan mesumnya.
"Nyesel aku nanya orang mesum." Kimy melanjutkan makan malamnya, tanpa kembali mempertanyakan mas kawin yang akan Satria berikan kepadanya.
Mata Satria terus menjelajah ke setiap sudut wajah mungil wanita yang akan ia peristri kurang dari satu bulan lagi, ada perasaan senang, gugup dan bangga yang tanpa sadar telah mengungkung hatinya saat mengingat sebentar lagi gadis yang sering ia goda sampai menangis itu akan menjadi istrinya.
Istri, ah, jantungnya selalu berdegup kencang tanpa ia sadari saat hatinya menyebut kata istri. Dan anehnya Satria belum menyadari perasaannya.
"Kakak kok bengong aja, makanannya belum abis tuh!" Kimy menegur pria yang sedang menatapnya tanpa bisa dibaca arti dari tatapan matanya.
"Kenyang gue liat elu makan." Dia tersenyum mirip kemudian menangkupkan sendok dan garpu di tangannya.
"Idih, aneh. Kamu makin aneh tau gak akhir-akhir ini. Jarang bikin aku kesel, sering senyum gak jelas, gak pernah nolak ajakan aku jajan.—" Tiba-tiba Kimy menyadari sesuatu. "Kakak gak ada niat buruk setelah nikah kan?" Mata Kimy menatap tajam pria yang belum pernah mengenal arti mencintai lawan jenis itu.
"Niat buruk apaan sih? Niat gue tuh mau jadiin elu istri solehah setelah nikah nanti." Seraya meneguk gelasnya.
"Oh, belajar jadi istri solehah buat Pras nanti," ucap Kimy dengan polosnya. Hal itu membuat Satria menyemburkan air yang sedang ia minum.
"Kakak! Ih, makanan aku jadi kena muncratan air." Kimy langsung menangkupkan sendok dan garpunya, sudah tak berniat lagi untuk melanjutkan makan.
Satria masih terbatuk-batuk air yang ia minum terlalu banyak masuk ke hidung, membuat dia jadi sulit menghentikan batuknya.
"Kakak baik-baik aja?" Kimy jadi khawatir, ia bangkit dan mendekati Satria yang kini sudah merah wajahnya.
"Gue gak apa-apa!" jawab Satria di sela batuknya. "Elu mau ngapain?" Saat melihat Kimy semakin mendekatinya.
"Aku mau niup ubun-ubun Kakak, aku pernah liat temen aku ngelakuin ini sama bayinya." Dan dengan polosnya Kimy meniup-niup puncak kepala Satria, membuat Satria malu bukan main.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sejak ucapan Kimy yang mengucapkan akan menjadi istri solehah untuk Pras, perasaan Satria semakin kacau, ada rasa tak ingin berpisah dengan Kimy, ada rasa aneh yang baru ia rasakan. Rasa ingin memiliki, sebuah perasaan yang tak pernah ia alami kepada lawan jenis. Bukan lagi ingin menyetubuhi Kimy, tapi kali ini Satria sadar sesadar-sadarnya, jika ia menginginkan Kimy, seutuhnya.
"Kita mau kemana sih?" Kimy bingung, melihat arah mobil Satria yang tak mengarah ke rumahnya.
"Elu gak mau ngelukis dulu? Ini masih sore loh." Satria sedang mencari alasan untuk bisa lebih lama dengan gadis cerewet yang jika dilihat dengan matanya, gadis itu tetap bukan kriteria wanita idamannya.
"Tadi kan Ibu langsung telepon Kakak, nyuruh aku pulang cepet. Kakak mau digampar lagi sama Ibu?" Kimy mengingatkan kejadian sebulan yang lalu
"Gak apa-apa sih gue mah, asal—" bisa berduaan sama elu, gue rela digampar bolak-balik juga. Ingin sekali Satria melanjutkan ucapannya.
"Tuh kan, kamu makin horor, aku tahu apa yang ada di otak kamu sekarang." Kimy salah menafsirkan.
Satria mengusap wajahnya, kemudian tengkuknya, dan berakhir dia menjambak rambutnya sendiri. Perasaan ini lebih tidak nyaman dari sekedar menginginkan tubuh Kimy, bahkan sepertinya rasa ini pun tak akan mungkin hilang dengan dia tidur dengan wanita lain. Dia yang memang sangat tabu akan rasa yang disebut cinta, menjadi bingung dengan perasaannya sendiri.
"Cil!"
"Hemm?"
"Elu suka gak sama gue?" Pertanyaan sederhana yang membuat dadanya bergemuruh.
Kimy terkejut dengan pertanyaan Satria, dan ia yakin bahwa pasti ada niat terselubung di balik pertanyaannya itu. Reflek Kimy menyilangkan kedua tangannya di dada. "Kak, jangan lupa ya, aku selalu bawa pistol di tas aku." Kimy menepuk-nepuk tak selempangnya, memperingatkan Satria.
"Gue tanya, elu suka gak sama gue? Tinggal jawab aja sih, iya apa enggak!" Bentak Satria, yang selalu berhasil dibuat gugup dengan ancaman Kimy. "Gak usah begitu-begitu! Apa yang mau elu sembunyiin dari gue?" Satria melirik Kimy yang masih menyilangkan tangannya di dada. "Kalau gue punya niat buruk sama elu, udah dari kemaren-kemaren gue lakuin."
Benar apa kata Satria, walaupun pria itu adalah salah satu makhluk dalam kategori s
Spesies Pria Sableng, tapi selama ini Satria tak pernah melakukan hal yang di luar batas kewajaran.
"Kakak ngapain nanya aku suka sama Kakak apa enggak?"
"Udah tinggal jawab aja, apa susahnya sih? Banyak tanya nih bocah."
Kimy melirik ke arah pria yang sedang menyetir mobil pintar keluaran terbaru miliknya. Hatinya sedang bertanya apa dia membenci pria di sampingnya itu? Jawaban jelas tidak, dialah satu-satunya orang yang mendukung hobinya yang telah terkubur sejak lama, dialah pria yang membuatnya kembali merasa hidup.
Jadi, apakah dia menyukai Satria? Pastinya.
"Kalau suka seperti aku suka sama Pras, kayaknya enggak deh, tapi aku suka semua yang udah Kakak kasih sama aku. Cuma Kakak yang bisa ngasih kebebasan buat aku ngelakuin apapun yang aku suka. Dan aku akan memanfaatkan kebebasan aku selama pernikahan singkat kita nanti." Wajahnya berbinar saat mengucapkan, tapi bukan binar kebahagiaan atas pernikahan mereka, tapi hanya karena sebuah kebebasan.
Satria kecewa. Tapi jawaban Kimy memancingnya untuk memanfaatkan momen itu. "Gue bisa ngasih kebebasan sepenuhnya buat elu."
"Maksudnya?"
"Iya, gue bisa buat lu ngelakuin apapun yang lu mau, sepanjang hidup lu," jawab Satria dengan penuh keseriusan di matanya.
"Caranya?"
"Hal mudah buat gue ngelakuin itu, asalkan—" Sebuah seringai licik kembali terbit di wajahnya.
"Jangan macem-macem!" Kimy yang langsung mengerti arti dari tatapan itu, kembali menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Ya, seperti yang ada di otak lu, gue mau itu." Dia kembali menyeringai.
"Gak. Aku gak mau!" Tegas Kimy, tanpa berpikir lagi.
"Gue gak minta sekarang, tapi nanti. Setelah kita nikah. Gue cuma minta hak gue sebagai suami elu."
Susah payah Kimy menelan ludahnya saat melihat tatapan mata pria yang terlihat begitu menginginkan dirinya.
"Bukannya pernikahan kita nanti cuma sebuah kesepakatan? Bukannya setelah enam bulan Kakak nyuruh aku selingkuh sama Pras? Bukannya aku bukan tipenya Kakak? Bukannya—" Kimy dengan susah payah mengingatkan Satria akan semua yang sudah ia ucapkan kepada Kimy dulu.
"Sekarang kesepakatannya gue ubah, kalau elu mau sebuah kebebasan sepenuhnya dan selamanya, kasih yang gue, apa yang gue mau!"
Kimy kembali mencerna apa yang Satria ucapkan, sebuah tawaran yang menggiurkan tapi dengan imbalan yang pastinya begitu sulit Kimy berikan kepadanya.
...Jeng,,,,, jeng,,,,, jeng!!!!...
...Anggap aja ya, backsound sinetron saat bersambung 🤭...