SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #21 - Kehancuran Yang Nyata
Anggun stres dengan keadaan yang ada sehingga membuat ia jatuh pingsan dan segera di larikan ke rumah sakit.
Sebagai suami, Arsyad pun harus bertanggung jawab atas istri keduanya.
Sesampainya di rumah sakit, Anggun merengek dan menangis pada Arsyad, meminta Arsyad memberikan sedikit saja perhatian padanya juga pada calon anak mereka karena itu yang Anggun butuhkan.
Ummi Ridha dan Bu Husna pun mendesak Arsyad agar berlaku adil pada Anggun karena selama ini Anggun sudah cukup sabar menghadapi Arsyad yang selalu mengabaikannya.
Anggun menarik Arsyad agar Arsyad duduk di sisinya, kemudian dia menggengam tangan Arsyad dengan erat.
"Aku mohon, Mas. Kasih tahu Mbak Aira kalau aku juga istri kamu, karena aku juga punya hak yang sama atas diri kamu," rengek Anggun.
"Aku memang ingin memberi tahunya, Anggun," jawab Arsyad. "Tapi, jika Aira tidak bisa menerima keberadaanmu, atau dia memintaku memilih antara kamu atau dia, maka aku...."
"Arsyad...." jantung Arsyad seperti akan melompat dari tempatnya saat ia mendengar suara yang bergetar itu. Arsyad mendongak dan seketika jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat istri tercintanya berdiri di ambang pintu depan tatapan yang tak bisa Arsyad artikan.
Ummi Ridha pun juga sangat terkejut, begitu juga dengan Anggun dan Bu Husna.
Arsyad langsung menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman Anggun yang membuat hati Anggun seperti teriris.
"A-Aira...." gumam Arsyad.
Sementara Aira, ia tak tahu harus berkata apa atau bereaksi seperti apa melihat sang suami berpegangan tangan dengan wanita lain, dan wanita itu adalah wanita ia fikir ia kenal dengan baik, seorang guru dari sekolah TK milik suaminya.
Bagaiamana bisa? Ada apa sebenarnya? Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Aira tanpa terbendung.
Arsyad mendekati Aira dengan dada yang bergemuruh, sebelumnya sudah bertekad untuk memberi tahu Aira tapi kenapa sekarang ia kehilangan kata-kata?
"Mas, ada apa ini?" Tanya Aira dengan suara yang tercekat, dadanya sungguh sesak sekarang, namun ia mencoba mengendalikan perasaannya, mencoba berfikir positif sedikit saja, mencoba tak membiarkan amarah dan cemburu mengambil alih kesadarannya.
Aira menatap ibu mertuanya yang kini justru menunduk dalam, kemudian Aira menatap wanita yang ia tahu sebagai ibu dari Anggun, wanita itu menatap Aira dengan nanar.
Kini pandangan Aira tertuju pada Anggun yang menatap Aira dengan berlinang air mata, sebelum akhirnya tatapan Aira tertuju pada suaminya.
Aira menatap mata sang suami lekat-lekat. "Aku ... aku menunggu penjelasanmu, Mas Arsyad," lirih Aira dengan mata yang memerah dan terasa panas, ia berusaha membendung air matanya yang ingin tumpah.
"Sayang, Aira. Sebenarnya...." Arsyad begitu ketakutan untuk mengungkapkan kebenaran ini, ia tak sanggup menatap mata sang istri.
"Tatap mataku! Dan jawab pertanyaanku!" Tegas Aira yang berusaha tegar. "Aku menunggu..." lirihnya kemudian.
Aira ingin marah, ingin memaki Arsyad, namun sebelum itu, baginya akan lebih bijak jika ia bertanya lebih dulu.
Arsyad hanya bisa bisa membuka mulut tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun, luka yang ia lihat dimata Aira merupakan luka yang juga begitu dalam untuknya.
"JAWAB AKU, Mas...." geram Aira sambil menarik baju suaminya, satu tetes air mata berhasil lolos dari sudut matanya.
"Sayang, aku ... aku bisa jelaskan semuanya...."
"Tuan Arsyad, ini hasil pemeriksaan kandungan istri anda." ujar seorang Dokter yang tiba-tiba datang menginterupsi sembari memberikan hasil pemeriksaan Anggun pada Arsyad.
Aira seperti di sambar petir mendengar ucapan Dokter dan ia langsung melepaskan tangannya dari Arsyad dengan lemas.
Aira menatap Arsyad dengan kecewa, marah, dan luka yang begitu dalam, fikiran Aira blank dan ia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan sekarang.
"Aira, aku bisa menjelaskan...."
Aira melangkah mundur, menjauh dari suaminya sebelum akhirnya ia berlari.
"Aira...." teriak Arsyad yang juga berlari mengejar Aira, membuat Dokter merasa bingung.
Dokter itu pun memberikan hasil pemeriksaan kandungan Anggun pada bu Husna sementara Bu Ridha ikut mengejar Aira.
Aira berlari ke ruang rawat Via dan ia melihat Via yang sudah sadarkan diri.
Aira langsung menggendong anaknya itu dan saat hendak pergi, Arsyad datang mencegahnya.
Arsyad semakin saat terkejut melihat kepala Via yang di perban.
"Sayang, Via. Kamu kenapa?" Tanya Arsyad cemas dan ia hendak mengambil Via dari gendong Aira namun Aira mendorong Arsyad menjauh yang membuat hati Arsyad terasa begitu perih.
"Jangan pernah menyentuh anakku!" Desis Aira dan air mata yang sejak tadi ia bendung kini tumpah tak terkendali.
Aira menatap Arsyad dengan linangan air matanya itu. "Kamu...." begitu besar amarah dan kekecewaan Aira hingga ia tak tahu harus berkata apa untuk mengungkapkannya.
"Sayang, dengarkan dulu penjelasanku," bujuk Arsyad memelas.
"Aku menunggu, sejak tadi aku menunggu. Tapi sekarang semuanya sudah jelas...." geram Aira kemudian ia berjalan melewati Arsyad tak perduli Arsyad yang mencoba mencegahnya.
"Aira, aku mohon. Kamu boleh marah, kamu boleh hukum aku, tapi aku mohon dengarkan dulu penjelasanku." Arsyad memohon dengan lirih, bahkan ia pun tak sanggup membendung air mata penyesalannya namun Aira tak mau menoleh sedikitpun.
"Aira, aku mohon, Aira...."
"Dengarkan penjelasanku, Aira. Aku benar-benar memohon...."
"Jangan membenciku, Aira. Aku mohon, aku sangat mencintaimu."
"Aira, kamu bahkan boleh membunuhku tapi aku mohon jangan membenciku."
Tangis Aira semakin pecah mendengar rintihan suaminya itu, namun fakta yang ia dapati membuatnya enggan mendengarkan rintihan penuh harap dan luka itu.
Aira melangkah cepat sambil menangis sesegukan, hatinya hancur, hidupnya hancur, dunianya hancur.
Sementara Ummi Ridha, ia hanya bisa menyaksikan dalam diam ketika putra dan menantunya itu sama-sama menangis. Rasa bersalah hinggap di hatinya, apalagi saat melihat Arsyad yang terus memohon dan memelas pada Aira namun Aira seolah tak mendengar sedikitpun permohonan Arsyad.
Kini, sepasang suami istri itu bahkan telah menyita banyak perhatian dari orang-orang di sekitar mereka.
Via yang melihat kedua orang tuanya menangis pun jadi ikutan menangis, ia melingkarkan lengan kecilnya di leher Aira dan ia menatap Arsyad dengan linangan air mata, bibirnya tak berhenti terisak, sama seperti Aira.
Dan itu membuat luka dalam hati Arsyad semakin dalam.
"Aira, Sayang. Aku benar-benar memohon...." Arsyad masih tak putus asa terus memohon hingga akhirnya langkah Aira tiba-tiba terhenti, ia menatap Arsyad dengan tajam dan berteriak di depan suaminya itu.
"APA YANG KAMU MOHONKAN, HUH?"
Arsyad begitu terkesiap, hatinya berdebar kencang dan ia menahan napas saat untuk pertama kalinya, Aira meninggikan suaranya di depannya.
"Apa?" Tanya Aira lagi. "Memohon aku menerima perselingkuhanmu? Memohon aku menerima anakmu dari wanita lain? Memohon maaf atas pengkhianatanmu? Atau apa?" desis Aira tajam.
"Aku nggak bermaksud mengkhianatimu, Aira...." lirih Arsyad dengan air mata yang abg semakin deras, sementara Aira justru tertawa sinis di balik cadarnya. Cadar yang kini sudah basah karena air mata yang tak kunjung reda.
"Tapi kamu melakukannya, Arsyad..." geram Aira penuh penekanan. "Sekarang kembalilah pada istri dan anakmu karena aku dan Via bukan lagi milikmu!"
Tbc...