NovelToon NovelToon
Duka Dua Garis Merah

Duka Dua Garis Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:587.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: alfajry

Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.

Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rinnada dan Dinnara (1)

"Rin, jujurlah. Katakan yang sebenarnya padaku" Ucapnya pada gadis disebelahnya.

Gadis itu tertunduk. Matanya mulai berair. Dia merasa kecewa pada Brian yang melihat kembarannya dengan tatapan hangat.

"Begitukah? Kakak tidak bisa membedakan kami? Akulah Rinnada." Dia mulai sesegukan. Tubuhnya gemetar. Tidak sangka kembarannya itu muncul di saat seperti ini.

"Akulah yang sedari awal bersama kakak. Akulah orang yang kakak janjikan untuk dinikahi. Lalu sekarang, kakak bahkan tidak mengenalku dengan baik". Gadis itu terduduk. Menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia mulai menangis.

Gadis yang berdiam diri mulai bergerak. Dia berjalan ke arah Brian. Gadis itu tersenyum tipis.

"Hei, Dinnara. Kau jangan coba-coba merayu kekasihku!" Rinnada berdiri melihat kembarannya mendekat.

Dia menatap Brian sebentar, lalu masuk ke dalam rumahnya.

Brian yang bingung memilih untuk pergi.

"Rin, kita undur dulu. Aku pulang. Nanti aku hubungi." Katanya melihat Rinnada yang mulai berbeda.

Gadis itu tertunduk menangis. "Tega sekali. Ternyata tidak secinta itu padaku." Dia terisak. Lalu masuk ke dalam rumahnya. Dia benar-benar kecewa pada Brian.

Saat melangkah keluar, Brian di panggil Bi Sum yang setengah berlari.

"Nak Brian sebentar"

Brian menoleh ke belakang. Bi Sum mendekatinya yang sudah di depan gerbang.

"Ini, dari Nona Rinnada". Bi Sum memberikan kertas kecil. Lalu masuk dan menutup gerbang. "Permisi Nak" ucapnya sebelum berlalu pergi.

Brian membeku. Dia menatap rumah itu. Rumah yang terlihat sangat berseri ternyata mengisi hatinya dengan kegundahan hari ini.

Dia menatap kertas itu nanar. Rinnada yang mana, batinnya.

'Temui aku di danau taman kota satu jam lagi' begitu tulisannya.

Brian tidak bisa menerka, yang mana Rinnada. Sebab setelah melihat kekasihnya ada dua, dia merasa berbeda pada Rinnada yang satu lagi.

'Haahhh membingungkan' pikirnya sambil mengusap kasar wajahnya. Kejadian ini sangat memperburuk suasana hatinya.

Brian duduk di tepi danau. Sesekali dia melempar danau yang tenang itu dengan batu kecil, lalu melihat danau tenang berubah menjadi sedikit beriak. Brian tersenyum miring, memikirkan apa yang baru terjadi. Dia merasa Rinnada mempermainkan dirinya.

Pikirannya tidak bisa lepas dari kejadian tadi. Dia sangat kecewa. Mengapa ia yang telah menjalani hubungan dengan Rinnada hampir setahun lamanya, namun gadis itu enggan mengatakan kepadanya. Hal ini membuatnya frustrasi.

Dia bahkan tidak tahu selama ini kencan dengan Rinnada yang mana. Di satu sisi, ia melihat Rinnada yang kekasihnya berada di diri gadis yang keluar dari mobil itu. Di sisi lain, ia juga merasa manja Rinnada selama ini kepadanya ada di diri gadis yang satu lagi.

'Aarghh! Sedikitpun tidak ada perbedaan di wajah mereka!' Gerutunya kesal sambil melempar batu yang lebih besar hingga membuat riakan danau yang lebih besar pula.

"Kak ian". Suara dari belakang memanggilnya. Suara itu terdengar agak parau. seperti orang yang baru menangis.

Brian tak menoleh. Suara itu adalah suara kekasihnya.

Gadis itu duduk di sebelah Brian. Cukup membuat jarak sebab dia tahu Brian sedang kecewa padanya.

Dia memakai celana biru dongker pendek dan kemeja lengan panjang berwarna putih.

Rambutnya ia tutupi dengan topi hitam. Sepatunya pun seperti yang ia biasa pakai saat kencan dengan Brian.

"Maafkan aku, kak". Gadis itu terunduk. Dia menekuk kaki dan memeluk lututnya.

Helaan napas terdengar dari mulutnya. "Aku tidak bermaksud membohongimu. Hanya saja, aku belum menemukan waktu yang tepat."

Terdengar decakan dari mulut Brian. Dia tersenyum miring. Waktu yang tepat, katanya. Apakah kejadian tadi waktunya sudah tepat?

"Kak, aku kembar tiga"

Kepala Brian refleks menoleh ke kirinya, tempat Rinnada duduk.

"Aku adalah yang pertama. Lalu yang kedua, meninggal di usia 7 tahun." Rinnada terdiam sejenak. Pikirannya berputar lagi di beberapa tahun yang lalu.

"Aku Rinnada. Yang meninggal itu Rihanna. Dan satu lagi, Dinnara."

"Dia meninggal karena penyakit Thalasemia. Kak, aku dan Dinnara sangat mirip. Bahkan Bunda sendiri kadang sulit membedakan kami. Sebenarnya, rambut kami yang berbeda. Tapi Dinnara, mengecat rambutnya hingga mirip denganku." Rinnada menghela napasnya. "Apa kakak bisa bedakan antara Rinnada dan Dinnara?"

Brian hanya diam. Dia memandang jauh ke depan.

"Jawablah kak. Di rumah tadi, yang manakah Rinnada saat bertemu kakak saat ospek pertama kali? Yang di kursi bersama kakak, atau yang baru keluar dari mobil".

"Yang di mobil".

Jawaban Brian mengukir senyum tipis di bibir Rinnada.

"Apa dia yang menurut kakak pasangan kakak selama ini?"

Brian tak menjawab. Dia melempar lagi batu ke danau. Dia sudah menjawab jujur tentang perasaannya.

"Bukankah kau yang di mobil tadi?" Tanya Brian tak menoleh. Wajahnya dingin.

Rinnada menghadap ke arah Brian. Meraih tangannya, dan menggenggamnya dengan erat.

"Aku tahu kakak bisa membedakannya. Itu sebabnya dari awal aku meminta kakak menghafal diriku".

"Kak dengarlah aku. Aku pernah mengatakan bahwa aku tidak akrab dengan adikku. Dinnara lah orangnya" Pikirannya menerawang jauh. Kembarannya itu tidak menyukai dirinya, entah apa alasannya.

Rinnada ingat betul saat itu, mereka masih sekolah dasar. Rinnada yang lebih lembut dan rapi, lebih disukai oleh orang-orang. Berbeda dengan Dinnara yang sangat aktif dan suka mengambil apapun yang bahkan bukan ia miliki.

Dari dulu, Rinnada selalu mengalah. Sebab bundanya selalu takut jika ia kehilangan anak kembarnya lagi. Jika mereka bertengkar, Bunda menangis sebab tidak ingin membela salah satu dari mereka. Rinnada yang masih kecil, membantu ibunya dengan mengalah pada Dinnara.

Jika Dinnara yang membuat ulah, Rinnada yang ia tuduhkan.

Suatu hari, Dinnara yang bermain di luar ternyata mendorong temannya hingga menangis. Orang tua anak itu datang dan marah pada Dinnara.

Lalu, Dinnara menangis dan mengatakan bahwa itu perbuatan Rinnada. Namun sayang, teman yang ia dorong mengatakan yang mendorong adalah yang berambut pirang. Bukan yang hitam. Dari sanalah, Dinnara meminta sang bunda untuk mengecat rambutnya sama seperti Rinnada.

"Aku berpikir, tidak bisa terus mengalah pada Dinnara yang bahkan tidak bisa berpikir dewasa. Dia melakukan apa yang aku lakukan. Meniru semuanya. Akhirnya, entah bagaimana, aku menghindari apa yang Dinnara suka. Aku mulai tidak menyukai hal-hal tentang Dinnara." Rinanda menatap Brian yang sejak tadi menatapnya.

"Jika kau melihatku memakai pakaian merah jambu, itu bukan aku. Jika kau melihatku makan bakso, percayalah, itu bukan aku. Jika kau melihatku terlalu berisik, itu juga bukan aku".

Brian mengingat-ingat. Selama ini dia juga berkencan dengan Rinnada yang memakai sesuatu yang merah jambu.

Dia mulai memasang ekspresi marah. "Kau.. bagaimana mungkin kau membiarkanku bertemu dengannya? Kau pasti tahu kan, kalau aku juga berkencan dengannya. Ha? Bagaimana bisa!" Rahang Brian mengeras, dia menekan giginya dengan kesal.

Yang mana selama ini Dinnara? apakah yang di pantai? kebun binatang? siapa yang di kampus?

"Haah sial!" Makinya.

Dia lantas mengingat sesuatu. "Katakan dengan jujur. Apa yang memakai payung merah jambu itu Dinnara?"

Bersambung.....

1
Cana Galak
Luar biasa
Cana Galak
Lumayan
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
yg menghancurkan rumah tangga mu bkn dinnara atau siapapun itu tpi dirimu, dirimu sendiri yg menghancurkan itu
Gesuriwati Damiri
Biasa
Gesuriwati Damiri
Buruk
Pingkan Tumbuan
kayak muter2 ceritanya
Elok Pratiwi
cerita yg burukkk ... alur cerits yg ga jelas ... apa yg msu diceritakan ....
Ooem Ummiyati
Kecewa
Ooem Ummiyati
Buruk
zahra ou
gila ja sendiri gk usah bawa temen, ntar tk lapori sama pak pur. polisi baik yg suka giring org model kamu buat dsembuhin
zahra ou: biar joged asolole tak dung dung
total 1 replies
zahra ou
mampus lu
cow gk tahu diuntung
Amilia Indriyanti
jangan biarkan kemungkaran terus merajalela.... 💪💪💪💪💪💪
Amilia Indriyanti
aku paling seneng sama perempuan tegas seperti ini
cinta semu
ngebut baca ny ...Sampek lupa piring dari pagi belum di cuci😁😂next thor
cinta semu
Rinnada itu sakit parah loh....benar kata dokter Revi ...😁😂ichhh....serem
cinta semu
pelakor ny ngamuk gaess 😂😁hancur semua barang2...
cinta semu
baru baca dah nyesek Thor...😢apalagi zaira yg baca hasil tulisan di kertas itu ya.... penasaran 🤔🤔
Npy
klw aku..akupun akan mengambil keputusan yg sama sprt Zaira🍀😊
Tri Astuti
hahaha
Tri Astuti
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!