Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 23
🍁🍁🍁
"Semoga saja aku bisa bertemu dengan wanita itu dalam waktu dekat ini," gumam Andrian.
Entah mengapa perut Andrian merasa mulas. Iapun pergi ke WC. Sedangkan kalungnya Andrian letakkan di atas meja kerjanya.
"Maaf Pak saya terlambat datang," ujar Nayra yang baru masuk dalam ruangan Andrian. Memang ia terlambat masuk karena perutnya begitu sangat mulas.
"Loh di mana Pak Andrian? Apakah dia keluar dari ruangan?" tanya Nayra ke diri sendiri yang melihat Andrian tak ada di sana.
Ketika ingin pergi ke tempat mejanya Nayra tak sengaja melihat kalung yang mirip dengan punyanya waktu hilang itu dia atas meja Andrian.
"Astaga! Bukannya ini kalungku yang hilang itu? Kenapa ada di atas meja Pak Andrian?"
Nayra dari dulu mencari kalungnya ini. Bukan karena kalungnya membuat Nayra mencarinya, tapi kalung ini satu-satunya peninggalan orang tuanya yang harus Nayra jaga.
"Kenapa kamu memegang kalungnya?" tiba-tiba saja Andrian datang langsung merebut kalung itu dari tangan Nayra.
"Maaf Pak! Saya kira kalung itu bukan punya Bapak."
"Memangnya ada apa kalau itu punyaku?"
"Tidak pa-pa! Hanya saja saya ingin tau dari mana Bapak menemukan kalung itu, karena kalung itu mirip dengan punya saya yang sudah hilang."
"Atau jangan-jangan kamu wanita yang ada di rumah kumuh itu sekitar lima tahun silam."
"Gawat! Jadi selama ini Pak Andrian yang menemukan kalung ku? Dan bahkan dia curiga bahwa aku wanita malam itu," batin Nayra.
"B-bukan Pak! Saya tidak tau tentang itu."
"Kenapa wajahmu terlihat begitu pucat ketika aku mengatakan kejadian itu? Apakah benar kamu wanita itu?"
"B-bukan Pak! Saya tidak tau tentang itu, lagian kalung itu banyak yang punya. Bukan hanya saya saja yang mempunyai kalung mirip seperti itu."
"Jadi benar kamu tak tau tentang kejadian malam itu?"
Nayra hanya menggelengkan kepalanya bahwa dia tidak tau maksud Andrian. Padahal ia ingat jelas apa yang sudah terjadi malam itu.
"Memangnya apa yang terjadi malam itu?" tanya Nayra memancing Andrian untuk menceritakannya.
"Bukan apa-apa! Itu juga tak penting untuk kau ketahui."
"Tak penting kau bilang? Padahal kau sudah merebut masa depan seorang gadis yang tak berdaya pada malam itu. Dan kau begitu gampangnya bilang itu tidak penting," ingin Nayra emosi dan menampar wajah laki-laki di depannya ini untuk meluapkan emosinya tapi waktunya tak tepat untuk membongkar semuanya.
"Kenapa kamu masih ada di sini? Kenapa tak balik lagi ke menjamu?"
"B-baik Pak, saya permisi dulu," Nayra berlalu pergi ke mejanya dan kembali mengerjakan tugas-tugasnya yang belum selesai.
***
Seiringnya berjalan waktu Nayra kembali menjalankan aktivitasnya tanpa lagi dekat dengan Andrian. Walaupun ia satu ruangan dengan Andrian tapi Nayra agak lebih dingin kepadanya karena ia masih sakit hati dengan jawaban Andrian waktu itu.
Hampir dua minggu ini Nayra dan Andrian tak pernah berbicara, hanya sekedar berbicara tentang pekerjaan. Selebihnya mereka saling mengurus diri sendiri. Begitu juga dengan Andrian yang tak terlalu memusingkan sikap Nayra belakangan ini.
Tok... tok... tok...
Terdengar dari arah luar seseorang mengetuk pintu ruangan Andrian.
"Masuk!" Andrian mengizinkan orang itu untuk masuk ke dalam ruangannya. Tanpa lama-lama orang yang tadi mengetuk pintu langsung saja masuk ketika mendengarkan titah dari Andrian.
"Ada apa Tiara?" tanya Andrian yang melihat Tiara masuk sambil membawa berkasnya.
"Tadi klien kita menelpon untuk bertemu dengan Anda sekarang, kliennya ingin bertemu di lestoran xx."
"Tapi bukannya ada pertemuan dengan kolega juga sekarang?"
"Iya Pak! Jadi saya sarankan Bapak bersama Nayra yang akan bertemu dengan kliennya," saran Tiara.
Mendegar itu Andrian langsung melirik Nayra yang terlihat masih fokus dengan pekerjaannya.
"Baiklah! Sekarang kamu bisa keluar sekarang." Tiara pun keluar dari sana.
"Nayra! Sekarang kamu temani saya untuk bertemu klien di luar."
"Anda berbicara dengan saya Pak?" tanya Nayra yang memang dari tadi tak mendengar pembicaraan antara Andrian dan Tiara.
"Siapa lagi yang ada di ruang sini selain kamu. Kamu kira saya berbicara dengan dedemit di ruangan ini?"
"Bisa jadi kan kalau Bapak berbicara dengan spesies Bapak sendiri," gumam Nayra tapi Andrian masih bisa mendengarnya.
"Apa kamu bilang?"
"T-tidak ada Pak."
"Kalau gitu kamu siap-siap, kita akan pergi sekarang."
"Sekarang ini Pak?"
"Nggak! Tahun depan."
Kadang-kadang Nayra pintar dengan otaknya tapi dia juga sering lemot bila masalah seperti ini.
"Hehehe... Maaf Pak! Saya kira kita perginya nanti siang."
"Ayok kita sekarang berangkat."
Untuk sekarang Andrian yang menyetir mobilnya, karena sopirnya kemarin izin untuk tidak bekerja selama dua hari.
"Ayok masuk!" titah Andrian yang melihat Nayra belum masuk ke dalam mobil.
Nayra pun masuk ke dalam mobil tapi ia duduk di belakang penumpang membuat Andrian ingin naik darah kepada asistennya ini.
"Kamu kira saya sopirmu sehingga kamu seenaknya duduk di kursi penumpang."
"Tapi Pak..."
"Sekarang kamu keluar dan duduk di depan!"
Nayra pun terpaksa turun dari mobil lalu pindah ke kursi depan. Rasanya Nayra gugup bila duduk berdua dalam mobil seperti ini dengan Andrian. Walaupun ia juga pernah seperti ini dengan Andrian tapi waktu itu berbeda dengan sekarang.
Setelah sampai ke tujuan mereka pun masuk untuk menemui kliennya. Hampir satu jam lebih Andrian dan klien itu berdiskusi sampai Nayra menjadi bosan berada di sana karena tak melakukan apa-apa.
Tak lama kemudian klien itupun pergi dari sana membuat Nayra senang karena rapatnya sudah selesai.
"Kalau gitu kita kembali ke perusahaan saja Pak."
"Ini sudah masuk jam makan siang, jadi kita makan siang di sini dulu baru kita kembali ke perusahaan."
Mereka pun memesan makanan di sana, tapi Andrian menyuruh Nayra yang memesankan makanan selera Nayra sendiri.
Dan tak tau mengapa Nayra ingin memesan roti serta selai stroberi untuk mereka makan. Padahal ini waktu makan siang bukan sarapan tapi entahlah kenapa Nayra malah memesan itu.
Sesampai pesanan mereka. Andrian terkejut melihat pesanan Nayra yang memesan roti dan jus stroberi.
"Kenapa kamu memesan roti untuk makan siang?"
"Maaf Pak! Saya kira Bapak menyukainya. Kalau gitu saya akan ganti pesanan Bapak," Nayra berdiri ingin mengganti pesanannya.
"Sudah-sudah jangan repot-repot untuk memesan kembali makanan."
"Maaf Pak!" Nayra menjadi merasa bersalah karena memesankan Andrian roti.
"Hm..." jawab Andrian singkat.
Ketika Nayra sedang asyik-asyiknya menikmati makan siangnya. Ia melihat Andrian sedang berusaha memisahkan pinggiran rotinya sebelum dimakan.
Sew you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa