NovelToon NovelToon
Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Dua jam berlalu, suara lonceng istirahat berbunyi, dan Gwen serta Selly yang sedang menjalani hukuman di lapangan langsung ambruk ke lantai sambil mengipas-ngipasi wajah mereka yang panas.

"Gila, Pak Bondan ga main-main hukum kita, lihat kulit kita kebakar. Padahal semalam gue baru skincare-an," keluh Selly sambil melihat kulitnya yang kemerahan.

"Nanti pulang sekolah kita skincare lagi," ajak Gwen.

"Oke," jawab Selly sambil bangkit dan membantu Gwen berdiri. "Yuk ngantin," ajak Selly sambil menarik tangan Gwen.

"Lo duluan, gue mau ke toilet dulu," ujar Gwen.

"Ya udah, gue tunggu di kantin ya. Lo balik, makanan langsung ada," kata Selly sambil melambaikan tangan dan berlari ke arah kantin. Gwen pun berlari ke arah toilet karena sudah tahan kencing sejak tadi, kini berlari tergesa-gesa.

Baru saja keluar dari toilet, Gwen terkejut oleh kehadiran seorang cowok berseragam sekolah yang sama, rambutnya acak-acakan dan berhias tindik di telinga, serta matanya yang tajam memandang tajam kepadanya. Wajahnya cukup tampan, namun masih kalah dengan Arsenio.

Dasar bucin!

"Hery?"

Gwen mencoba mengontrol detak jantungnya, serangan ketakutan mulai merayap ke tubuhnya saat melihat cowok yang paling dia hindari selama ini.

"kapan dia kembali? kok gue ga tahu,"

Gwen mencoba berlalu, tetapi tiba-tiba lengan cowok itu melintang, memeluk pinggangnya dengan cepat. Refleks, gadis itu menampar wajahnya dengan keras.

“Jangan kurang ajar ya, Lo!” bentak Gwen.

Hery menyentuh pipinya yang merah, jelas terasa sakit. “Makin berani ya lo, jalang!” bentak Hery dengan raut wajah kesal.

“Lo yang mulai, enak aja main peluk-peluk. Lo pikir Lo siapa buat gue, hah!?” balas Gwen tegas.

Hery tersenyum sinis sambil berkata, "Calon suami lo lah!" Dia mengapit dagu Gwen dengan kuat, membuat Gwen berusaha keras melepaskan pegangannya.

"jangan sentuh gue, bangsat! " teriak Gwen sambil menyentak tangan Hery di dagunya.

Gwen berdiri tegak dan mencak pinggang. "Gue bukan jal*ng, ya! Enak aja lo bilang gue jalang," protesnya dengan tegas.

"Oh ya?"

Hery menggerakkan jari-jarinya di wajah Gwen secara provokatif, membuat Gwen segera menepis tangan itu dari wajahnya, yang membuat Hery mengeraskan rahangnya.

"Jangan macam-macam gue bilang!" teriak Gwen, berusaha untuk melawan cowok di depannya.

Tangan Hery tiba-tiba mencengkeram lengan Gwen dengan kekuatan yang menyakitkan. Wajah Gwen meringis, gigi terkatup dalam upaya untuk menahan sakit.

Hery semakin meremas lengan Gwen hingga tiba-tiba membelalak ketakutan, melihat seseorang di belakang Gwen. Memanfaatkan kesempatan itu, Gwen dengan cepat menendang ke titik lemah Hery, membuatnya terjatuh sambil meringis kesakitan.

"Itu dia! Jangan coba-coba sama gue!" sentak Gwen, sambil menaikkan lengan bajunya, menunjukkan sikap bertahan.

Hery segera bangkit dan melarikan diri, meninggalkan Gwen yang menggaruk belakang kepalanya, bingung dengan perilaku mendadak cowok itu. Mengedikkan bahu, Gwen berusaha melupakan kejadian aneh itu, namun suara dehem berat di belakangnya membuat jantungnya melonjak.

Dengan hati-hati, ia memutar tubuhnya dan berhadapan dengan sosok yang ingin dia hindari, 'Hai kak Nio,' sapa Gwen dengan senyuman dipaksakan dan melambaikan tangan, mata terbuka lebar dalam ketegangan.

Saat ingin melangkah seribu, Gwen merasakan tubuhnya melayang ke atas bahu. Usaha berontak dengan memukul punggung Arsenio cukup keras sambil berteriak, "Ini penculikan, woy!"

Napasnya memburu, mencari bantuan ketika mata menatap sekelompok teman sekolah yang hanya berdiri membisu di koridor. "Eh, bantu gue dong, temen-temen!" panggilnya putus asa, namun tak satu pun yang menanggapi.

Arsenio akhirnya menghentikan langkah, membuka sebuah pintu dan dengan lembut meletakkan Gwen di sofa. Dia kemudian menahan kedua lengan Lily ke atas dengan tangan besar miliknya, mengepungnya.

Mata mereka bertemu; Arsenio menatap tajam ke dalam mata Gwen yang kini terbuka lebar, ketakutan. "Kenapa ngehindar?" suaranya berat, nyaris menggoda.

"karena kejadian malam itu?" tebaknya semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Gwen.

Gwen memejamkan mata sambil mengatup bibirnya, membuat Arsenio terkekeh ringan di depan wajah Gwen.

Perlahan Gwen membuka mata menatap dalam ke mata biru Arsenio, sambil meneguk ludah, sekaligus terpesona dengan wajah tampan di depannya.

Arsenio mengangkat tangannya, ingin mengusap pipi tembem Gwen. Namun, gadis itu salah paham, dia menutup mata dan berpaling ke samping, siap menerima tamparan dari Arsenio.

Sementara itu, Tangan Arsenio terhenti di udara. "Kak, maafin aku. Aku janji nggak bakal ngejar-ngejar Kakak lagi. Aku takut kakak bunuh aku, kayak orang malam itu," kata Gwen masih dengan mata terpejam, tak berani menatap wajah tampan Arsenio.

Tangan Arsenio bergerak halus, mengelap keringat di dahi Gwen. Gadis itu membuka matanya, terkejut tapi terbuai oleh sentuhan lembut Arsenio.

Sejenak, dia terpaku pada tatapan Arsenio yang serius dan tanpa rasa jijik menyeka keringatnya. sapuan itu turun ke atas bibir Gwen, dia menekan lembut bibir bawah Gwen.

"Kamu buat kesalahan?sampe kamu mikir kamu bakal aku bunuh?" tanya Arsenio dengan suara serak.

Gwen menggeleng lembut, "gak tahu, mungkin aja kak Nio ga suka aku terus nempelin kakak kayak ulat bulu. Karena merasa terganggu, kakak bunu... "

Belum juga Gwen menyelesaikan perkataannya, jari telunjuk Arsenio sudah mendarat diatas bibir gadis itu. "Shut!"

Tangan Arsenio kembali menyeka keringat di dahi hingga ke sela-sela rambut Gwen, dia menyisir dengan jari-jari tangannya. "Siapa bilang?aku pernah ga ngomong gitu?"

Sekali lagi Gwen menggeleng pelan.

"Kalo gitu, ga usah mikir macam-macam," lanjutnya.

Tiba-tiba pintu terbuka lebar, "Wah! akhirnya kapal siap berlayar"

1
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!