NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEHIDUPAN LENA

Nathan menghela napas lega setelah berhasil menjawab pertanyaan mamanya dan keluar dari butik tanpa menimbulkan kecurigaan sedikit pun. Namun, langkahnya tak serta-merta ringan. Kini, pikirannya dipenuhi satu pertanyaan besar—di mana dia harus mencari Hana?

Sementara itu, di tempat lain, Rei mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang sedikit meningkat, matanya terus menelusuri jalanan dengan penuh kewaspadaan. Dia tak ingin melewatkan satu petunjuk pun tentang keberadaan Hana.

"Hana, kau pergi ke mana?" gumamnya, nada suaranya mengandung kecemasan yang semakin nyata.

Sementara itu, di sebuah kos sederhana milik Lena, Hana duduk bersandar di kursi kayu, menikmati suasana yang tenang. Di hadapannya, secangkir teh hangat mengepul pelan, aroma harumnya memenuhi ruangan sempit namun nyaman itu. Lena duduk di seberangnya, mereka berbincang santai, menikmati momen tanpa gangguan.

Hana sudah mengganti pakaiannya, mengenakan baju milik Lena yang sederhana namun nyaman. Dia meminjamnya dengan alasan malas pulang ke rumah, dan Lena, seperti biasa, tidak banyak bertanya.

Hana mengedarkan pandangannya ke sekeliling kos Lena. Ruangan ini tidak besar, bahkan bisa dibilang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kamar miliknya atau kamar Rei di rumah. Ini pertama kalinya dia benar-benar menyadari bahwa Lena hidup dalam kesederhanaan seperti ini.

"Jadi, kau tinggal di sini sendiri?" tanyanya, menatap Lena dengan sedikit rasa ingin tahu. Ada sesuatu dalam cara Lena menjalani hidup yang baru disadari Hana kali ini.

Lena mengangguk pelan, memberikan senyum tipis yang samar. "Benar, inilah tempat tinggalku. Kau pasti terkejut," sahutnya dengan nada lembut namun tenang.

Hana masih mengamati sekeliling kos Lena, mencoba memahami bagaimana sahabatnya bisa hidup di tempat yang begitu sederhana. Rasa penasaran mulai tumbuh dalam dirinya. Sejak mereka kenal, Lena memang jarang membicarakan kehidupan pribadinya, terutama soal keluarganya.

"Lalu, mengapa kau tinggal sendiri? Di mana orang tuamu?" tanya Hana akhirnya, suaranya penuh rasa ingin tahu. Baginya, pertanyaan itu masih sangat wajar. Jika Lena tinggal sendiri, lalu di mana orang tua atau saudara-saudaranya? Bukankah seharusnya mereka tinggal bersama?

Lena terdiam sesaat sebelum akhirnya menghela napas berat. Ada sesuatu di balik ekspresinya yang membuat Hana merasa pertanyaannya menyentuh bagian sensitif dalam kehidupan Lena.

"Orang tuaku sudah berpisah," jawabnya pelan, nadanya sedikit menurun. "Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing, dan aku... tidak punya saudara."

Hana melihat Lena menunduk sedikit, seolah mencoba menyembunyikan perasaannya. Ada keheningan yang tercipta setelah jawaban itu keluar, dan Hana bisa merasakan betapa berat topik ini bagi sahabatnya.

Hana terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Selama ini, Lena selalu terlihat ceria, atau setidaknya, dia berusaha untuk tampak seperti itu. Namun, kenyataan hidupnya ternyata tidak seindah yang Hana kira. Dibandingkan dengan Amina dan Darren yang lebih terbuka dalam menunjukkan ekspresi mereka, Lena memang selalu terlihat lebih pendiam, seolah menyimpan banyak hal sendirian.

Hana menatap Lena dengan sedikit ragu sebelum akhirnya kembali membuka suara, ada satu hal lagi yang membuatnya penasaran. "Lalu, bagaimana dengan sekolahmu? Bukankah uang sekolah kita mahal?" tanyanya pelan, memastikan bahwa sahabatnya tidak mengalami kesulitan di sana.

Lena kembali tersenyum, meskipun tipis, dan mengangkat bahunya dengan santai. "Urusan sekolah, tanteku membantu sebatas itu. Dia guru di sekolah kita," ujarnya dengan nada datar, seolah hal itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Hana menghela napas lega. Setidaknya, Lena masih bisa melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan biayanya sendiri. Namun, tetap saja, hidupnya pasti tidak mudah. Memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa ada orang tua yang benar-benar mendampinginya pasti berat. Hana semakin menyadari bahwa di balik ketenangan dan sikap Lena yang terlihat kuat, ada banyak hal yang harus ia perjuangkan sendiri dalam diam.

"Kau hebat, Lena. Kau gadis yang kuat. Semangat terus, ya!" ujar Hana dengan tulus, sambil mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung tangan Lena dengan lembut. Dia ingin sahabatnya tahu bahwa ada seseorang yang peduli padanya, seseorang yang melihat betapa besar perjuangannya selama ini.

Lena menatap Hana sejenak sebelum akhirnya menghela napas pelan. Senyumnya masih ada, meski sedikit pudar. "Tidak perlu menghiburku. Aku sudah terbiasa," ujarnya dengan nada yang terdengar tegar.

Namun, Hana bukanlah orang yang mudah tertipu oleh kata-kata semacam itu. Dia tahu, Lena hanya berusaha terlihat kuat di hadapannya. Ada sisi rapuh yang tersembunyi di balik sikapnya yang seolah tak tergoyahkan. Mungkin Lena memang sudah terbiasa menghadapi semua ini sendirian, tapi itu tidak berarti dia tidak pernah merasa lelah atau kesepian.

Beberapa saat kemudian, Lena tampak seperti mengingat sesuatu. Dia menatap Hana sebelum akhirnya berkata, "Ah, aku lupa mengatakan bahwa nanti malam aku harus bekerja. Apakah kau bisa sendiri di sini?" tanyanya, nada suaranya sedikit khawatir.

Hana mengerjap, sedikit terkejut dengan pernyataan itu. Dia baru saja mengetahui bahwa selain harus mengurus dirinya sendiri, Lena juga bekerja di malam hari. Seberapa banyak lagi hal yang selama ini tidak diketahuinya tentang sahabatnya itu?

Hana terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Lena. Dalam hatinya, ada sedikit perasaan tidak tega, tetapi dia tahu bahwa sahabatnya pasti sudah terbiasa dengan kehidupannya yang mandiri.

"Ya, tidak apa-apa. Aku akan menunggu di sini," ujar Hana akhirnya dengan senyum kecil, berusaha menunjukkan bahwa dia mengerti. Tidak mungkin hanya karena dirinya, Lena harus melewatkan pekerjaannya. Bagaimanapun juga, Lena pasti membutuhkannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Lena menatap Hana sejenak, seakan ingin memastikan bahwa sahabatnya benar-benar baik-baik saja. Namun, melihat Hana tetap tersenyum dan tampak santai, dia akhirnya mengangguk.

---

Sementara itu, di tempat lain, Rei menghentikan mobilnya di tepi jalan, menatap kosong ke depan sambil berusaha berpikir keras. Kemana kemungkinan Hana pergi? Kota ini cukup luas, dan Hana bisa berada di mana saja.

Tiba-tiba, sebuah pemikiran melintas di benaknya. Selama ini, Hana memang bukan tipe yang dekat dengan banyak orang, tetapi dia memiliki beberapa sahabat di sekolah. Mungkin saja dia pergi ke salah satu dari mereka.

Tanpa berpikir lama lagi, Rei segera memutar kemudi dan melajukan mobilnya menuju rumah Darren, salah satu teman dekat Hana di sekolah. Dia berharap bisa mendapatkan petunjuk atau bahkan menemukan Hana di sana.

Di sisi lain, Nathan juga berusaha mencari keberadaan Hana. Setelah berpikir sejenak, dia tiba-tiba teringat sesuatu—Amina juga merupakan sahabat dekat Hana di sekolah.

Tanpa menunda waktu, Nathan segera mengambil ponselnya untuk mencari alamat Amina, lalu mengarahkan mobilnya menuju rumah gadis itu. Jika Hana memang butuh tempat untuk menenangkan diri, kemungkinan besar dia akan berada di salah satu rumah sahabatnya.

Kini, baik Rei maupun Nathan, masing-masing bergerak ke arah yang berbeda, dengan satu tujuan yang sama—menemukan Hana.

1
na Nina
please double up kak
na Nina
lanju kak udah 19.42
Na Noona
lanjuttt gak
na Nina
lanjut ga kak, double up dong
na Nina
lanjutttt
na Nina
kak bisa ga sih double up, aku suka ceritanya..
klo nunggu sehari satu,, kaya kurang puas. maaf
na Nina
lanjut kak
Na Noona
lanjut dong, dri kemarin ga up up
Ayu Sipayung: Sedang proses kk, sabar ya.....

jangan lupa baca karya terbaru author sembari menunggu up selanjutnya ya...
total 1 replies
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!