Hana, sosok istri bertubuh gendut terpaksa harus menelan pil pahit saat suaminya melemparkan sebuah surat perceraian tepat mengenai wajahnya.
Ternyata menjadi sosok istri baik dan penurut saja tak membuat Bagas merasa bangga. Nyatanya, Hana harus menerima kenyataan bahwa suaminya berselingkuh dengan sang adik tiri lantaran tubuhnya sudah tak semolek dulu lagi.
Tiga tahun pasca kejadian itu, Hana datang kembali dengan penampilan fantastis dan juga drastis. Inilah saatnya ia mengacaukan hidup Bagas dan si Adik tirinya yang tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Istri Dua
“Bapak bercanda! jangan gitu donk Pak, nggak lucu lho Pak,” ucap Hana dengan muka ynga dibuat manis agar Kelana berubah pikiran.
“Tidak bisa, kalau kamu tidak mau menikah denganku, aku pastikan akan memberitahu Bunga dan Bagas tentang akal bulusmu.”
Kelana mengangkat dagu, menunjukkan bahwa mau tak mau Hana memang harus menuruti keinginannya yang sedikit membingungkan itu.
“Wah … Anda bercanda Pak! menikah itu bukan main-main, tapi kenapa Anda bisa meminta saya menikah seperti meminta dibelikan kopi.”
Kelana menoleh Hana, meski tahu ini konyol dan meski dia sadar tidak mungkin Hana menerimanya begitu saja, tanpa embel-embel cuan. Namun, Kelana tetap bersikukuh dengan pendiriannya, dia bahkan tidak mau menawarkan uang ke Hana dulu. Biar saja wanita itu berpikir menutupi kejahatan dibayar dengan kejahatan yang lain, yaitu mau berbohong dengan menikahinya.
“Kalau menikah itu bukan main-main, lalu apa yang kamu lakukan ini, sudah diam di sini! aku akan masuk dan menyelamatkan pernikahan Bu-“
“Iya Pak, Iya.” Hana menahan lengan Kelana lalu menarik tangan pria itu untuk menjauh dari lobi hotel, bahkan sebelum atasannya itu menuntaskan kalimat.
“Kita bicarakan besok saja ya Pak!” bujuk Hana kemudian.
“Kenapa? kenapa tidak sekarang?”
Kelana bersedekap dada, tentu saja masih dengan gaya sombong dan arogan, sampai ucapan Hana sukses membuatnya tercengang.
“Saya meninggalkan panties saya di kamar, rasanya semriwing di bawah sini.”
Muka Kelana tiba-tiba memerah, otaknya membayangkan sesuatu yang membuat darah di dalam tubuh berdesir. Rasanya ada yang menggerayangi tanpa bisa dia kendalikan. Kelana pun geram, menutupi kesalahtingkahan yang dialami, pria itu mendorong dahi Hana dengan jari telunjuk sebelum menggerutu dan masuk ke dalam mobil.
“Awas kalau sampai kamu besok berubah pikiran, aku akan benar-benar memberitahu adik tirimu. Hah … apa kamu pikir aku tidak punya barang bukti? Apa dia gila? apa sejak tadi dia berbicara denganku tanpa memakai celana … Ah … sial!” Kelana menatap tajam Hana yang masih berdiri mematung melihatnya dari luar.
“Wanita itu bisa-bisa membuat aku gila!” Kelana terus saja mengomel seperti emak-emak yang kekurangan bahan ghibahan.
**
Sementara itu, Bunga yang berhasil masuk ke dalam kamar Bagas terlihat sangat marah. Karyawan hotel yang tidak bisa menahan kemurkaannya pun memilih menutup pintu, dari pada mengganggu pengunjung kamar lain yang sedang asik hohohehe.
Bunga memukul Bagas bertubi, tapi pria itu hanya menggeliat. Bagas benar-benar mabuk hingga tidak sadar dia sedang dalam bahaya. Amarah Bunga sudah mencapai ubun kepala. Mendapati suaminya tanpa busana dia pun kesal setengah mati. Di dunia ini tidak ada pelakor yang ingin balas dipelakori. Bunga terhuyung ke belakang karena lelah menghajar Bagas tapi suaminya tetap tidak bangun. Ia semakin marah melihat panties berwarna merah tergeletak di lantai.
Bunga pun menginjak-injak benda itu sambil terus mengumpat. “Sialan! Jaalang mana yang berani mencoba mengganggu mas Bagas, aku akan menghabisinya. Apa kamu pikir mudah merebutnya. Lihat saja besok! aku akan menghajarmu habis-habisan. Mas Bagas bangun!” teriak Bunga frustrasi.
***
Wanita itu semalaman terjaga, Bunga duduk di kursi dan sesekali memejamkan mata, dia ingin langsung menghabisi Bagas saat suaminya itu bangun nanti.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Bagas mengerjab dan mulai menggerakkan badan. Ia merasa dinginnya AC langsung menyapa permukaan kulit. Pria itu memijat pelipis karena merasa pusing. Bagas seketika kaget mendapati berada di tempat asing. Ia menegakkan badan dan melongok ke dalam selimut, Bagas semakin kaget saat mendapati Bunga duduk dengan menyilangkan kaki di hadapannya.
“Bu-bu-bunga,” panggil Bagas terbata-bata.
“Suamiku sudah bangun rupanya,” sindir Bunga, mata lelahnya yang tidak tidur semalaman membuat wajahnya begitu menakutkan, Bagas sampai bergidik dibuatnya.
“Ke-ke-kenapa aku ada di sini?”
Bunga tersenyum sinis mendengar pertanyaan Bagas yang dinilainya mengada-ada, hingga dia yang kesal melempar panties yang semalam dia injak-injak ke arah sang suami, dan tepat mendarat di muka.
“Bunga kurang ajar sekali!” bentak Bagas yang emosi.
“Kurang ajar Mas bilang! Kurang ajar mana dari mas yang berselingkuh, Ha? Mas tidur sama siapa semalam di sini?” Bunga bangkit dari kursi, menyambar bantal di dekat Bagas dan memukuli pria itu bertubi-tubi.
Bagas pun hanya bisa menghindar dengan menangkis serangan dari sang istri. Tanpa sehelai benang pun yang melekat di badan, pria itu berlari ke sana ke mari dan berakhir mengunci diri di kamar mandi.
“Keluar Mas! Jangan berani-beraninya kamu menghindar dariku!” amuk Bunga semakin menjadi.
Bagas mencoba mengatur napas, dia bersandar pada pintu kamar mandi dan mulai berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Semalam dia pergi ke klub malam bersama Hana, setelah itu dia minum-minum, mungkinkah Hana melakukan semua ini?
Namun, bukannya berpikir Hana menjebak, Bagas malah berpikir kalau semalam teripangnya sudah bernostalgia dengan palung surga milik Hana.
“Apa yang sudah aku lakukan? Bagaimana kalau Hana minta dinikahi lagi? apa aku harus memiliki dua istri?” gumam Bagas. Ia seketika menggeleng cepat, suara Bunga yang menggedor pintu membuatnya tersadar kalau kini dirinya sedang dalam bahaya.
“Mas Bagas keluar!” teriakan Bunga semakin menggila.
“Aku akan keluar kalau kamu mau bicara baik-baik, kalau tidak aku tidak akan keluar. Semua bisa dibicarakan Bunga, aku bisa memberikan alasan yang tepat,” ucap Bagas dari dalam.
“Yang tepat katamu? Apa artinya kamu sudah merencanakan alasan hingga ada alasan yang kurang tepat?”
Bagas menelan saliva, dia tak menyangka bahwa respon otak istrinya bagus juga sampai bisa menterjemahkan maksud dari ucapannya.
_
_
_
_
_
Hei kangen ga?
Semoga kalian sehat selalu
tinggalkan dukungan ya, Komen+vote+ like + poin
untuk bulan kemarin aku ambil 3 orang pemberi hadiah terbanyak ya
Kak Bismillah
Kak Alika
Kak Xiin Chen
bisa DM akun IG Na di @adinasyamahila atau titip alamat ke salah satu member pucuk squad juga boleh.
❤ yang belum beruntung tunggu next GA ya ❤
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l