NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri Gendut

Balas Dendam Istri Gendut

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Balas Dendam / Berubah manjadi cantik / Selingkuh / Pelakor / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: misshel

~MEMBALAS DENDAM PADA SUAMI, SELINGKUHAN, DAN MERTUA MANIPULATIF~


Mayang Jianasari—wanita bertubuh gendut kaya raya—menjadi istri penurut selama setahun belakangan ini, meski dia diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki karena tubuh gendutnya, bahkan suaminya diam-diam berselingkuh dan hampir menguras habis semua harta kekayaannya.

Lebih buruk, Suami Mayang bersekongkol dengan orang kepercayaannya untuk memuluskan rencananya.


Beruntung, Mayang mengetahui kebusukan suami dan mertuanya yang memang hanya mengincar hartanya saja lebih awal, sehingga ia bisa menyelamatkan sebagian aset yang tersisa. Sejak saat itu Mayang bertekad akan balas dendam pada semua orang yang telah menginjaknya selama ini.


"Aku akan membalas apa yang telah kau lakukan padaku, Mas!" geram Mayang saat melihat Ferdi bertemu dengan beberapa orang yang akan membeli tanah dan restoran miliknya.

Mayang yang lemah dan mudah dimanfaatkan telah mati, yang ada hanya Mayang yang kuat dan siap membalas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harus Lebih Pinter Dari Maling

Mayang berpikir keras. Diantara menahan rasa ingin makan seperti biasanya, dia mencoba fokus. Apalagi aroma masakan di Selera sungguh memggelitiki indra pennciumannya.

Setelah menyelesaikan urusan memasang cctv di Selera, Mayang pulang. Ia menemui Elin agar mulai besok ia bekerja di Selera, menggantikan Putri. Mocca belum tutup, sehingga dia mengatur ulang alur kerja dan shift di sana. Tak banyak yang harus Mayang sampaikan, karena karyawannya di Mocca sangat kompak dan kooperatif.

"Pak Yud ndak apa-apa, kan kalau saya minta anter saya sampai larut begini?" Mayang selesai menenggak air mineral, masih dengan mulut yang basah ia berucap. Ia sampai terlupa kalau menyewa Yudi secara mendadak dan tidak menakar jam kerjanya.

Yudi tersenyum dan menggeleng. "Sudah biasa, Bu ... istri saya sudah paham dengan jam kerja saya yang tak menentu."

Namun wajah Yudi tampak sayu, seolah banyak sekali beban di benak pria tegas itu meski berusaha menyembunyikannya.

Mayang merasa lega. "Untuk bantuannya tadi, saya ucapkan terimakasih, ya, Pak ... jika tidak ada Bapak, mungkin saya tidak tahu apa-apa soal suami saya." Mayang berkata tulus.

"Sama-sama, Bu ... saya senang bekerja sama Bu Rully dan Ibuk." Yudi tersenyum lagi, melirik Mayang dari kaca spion. "Turut prihatin sama apa yang Ibuk alami. Saya yakin, orang baik akan selalu menemukan jalan saat ada orang yang jahat, Bu."

Mayang setuju dengan ucapan Yudi sehingga ia menganggukkan kepala. Namun ucapan itu juga mengingatkannya akan uang yang ada di tangan Lea. Mungkinkah di simpan di bank?

"Ke Simpang Lima, Pak. Ke kosan Lestari Gaya."

Yudi mengangguk. Meski ia tak tahu untuk menemui siapa. Karena ini sudah sangat larut. Kendati demikian, Yudi tahu kosan elit yang disebutkan Mayang tadi.

Tak sampai sepuluh menit, mereka sampai di depan gerbang kosan yang dihuni Lea. Kosan Lea tidak sebanyak kosan yang biasa, karena tak banyak yang menempati kos berbiaya mahal ini. Biasanya hanya karyawan dari luar kota yang gajinya diatas UMR saja yang mampu ngekos di sini. Fasilitasnya bagus, privasi terjaga, tenang, dan yang paling penting jauh dari kawasan yang penuh dengan emak-emak atau tetangga kos yang julid.

Meski dari jauh, ia melihat ada mobil Ferdi di sana, anehnya Mayang tidak terkejut, malah tersenyum meremehkan.

"Kita tunggu sebentar, ya, Pak ...." Mayang memutuskan menunggu, cukup penasaran dengan apa yang dua orang itu lakukan.

Namun ketika melihat Saira muncul dari arah depan mobil Ferdi dengan mengendarai motor, Mayang cukup terkaget-kaget. "Kok ada Saira? Apa Lea tahu perselingkuhan Mas Ferdi tapi dia diam saja?" batin Mayang seraya melongokkan kepalanya ke depan.

"Pak, kita ke rumah Bu Tari sekarang!"

Yudi menunggu hingga Saira agak jauh jaraknya dari mereka. Rumah Lestari berada di gang sebelah, sekitar lima menit berjalan sudah sampai di rumah bercat kuning gading nan megah khas juragan kosan. Mayang seakan tak sabar turun dan terkesan menggedor pintu rumah Lestari.

"Bu Mayang?" Tari begitu terkejut melihat Mayang berdiri di depannya malam buta begini. "Ada urusan apa, ya, Bu?" Tari tergagap dan bingung mau berkata apa menyikapi keadaan yang tak terduga seperti ini.

"Saya hanya ingin menanyakan sesuatu sama Ibuk." Mayang menguatkan diri. Jawaban Lestari adalah kunci menguak kebusukan suaminya. Bagaimanapun, dia sedikit tidak nyaman dengan hal ini. Ferdi tetaplah suaminya, yang—jujur saja, pernah ia cintai, ia gilai sepenuh hati.

Lestari tampak gugup, melihat Mayang begitu serius berekspresi. Sesuatu pasti terjadi, namun Lestari tetap menunggu. Rasanya tidak etis melangkahi Mayang.

"Lea masih tinggal di sini, kan, Bu? Tidak pindah kan?"

Lestari memundurkan wajahnya yang sempat condong, ia berkata dengan lega. "Oh—kirain ... iya, Bu! Lea masih tinggal disini, kan udah Bu Mayang bayar sampai bulan kemarin, toh? Hanya bulan ini saja yang belum, Bu."

"Apa mau dibayar lagi beberapa bulan kedepan, Bu? Saya ndak apa-apa, loh ... kalau memang Bu Mayang bersedia." Lestari terkekeh garing. Yang tidak mendapat sambutan dari Mayang. Mayang masih berekspresi kaku.

"Saya minta kunci kamarnya Lea, ya, Bu ... bisa kan?" Mayang terlampau emosi untuk berbasa-basi. Tidak sekarang, juga tidak apa-apa kalau tidak bisa memergoki suaminya. Asal kunci sudah ada ditangan. Yang pasti, perceraian bersinar-sinar di kepala Mayang.

"Oh, bisa, Bu ... bisa! Sebentar saya ambilkan." Untuk apa mempersulit orang yang royal? Jika yang lain masih nanti-nanti, Mayang membayarkan sewa enam bulan sekalian di awal. Bahkan ketika Lea ragu akan biaya bulanannya, Mayang mengiyakan dengan cepat. Sekalipun ada kenaikan sewaktu-waktu, Mayang siap membayarkan tanpa babibu lagi.

"Ini, Bu ... tapi tanggal 1 nanti, bayar untuk enam bulan ke depan, ya, Bu." Lestari cekikikan tak jelas seraya mengulurkan kunci untuk kamar Lea.

Mayang menerimanya, "Nanti kita bicarakan, ya, Bu ... sudah malam dan saya buru-buru. Jangan lupa kabari kalau ada kenaikan biaya ya, Bu."

"Pasti, Bu." Lestari mengangguk senang. Membiarkan Mayang berlalu dari sana, tanpa keberatan. "Uh, Bos rumah makan yang empuk!" komentar Lestari seraya menutup pintu.

Mayang kembali ke kosan Lea dan mobil Ferdi masih ada di sana. Napas Mayang terpacu cepat. Jumpalitan tak karuan. Bagaimana jika dia pingsan ketika melihat Ferdi dan Saira?

Mayang membuang resahnya, lalu membuka pintu untuk masuk ke rumah itu. Entah, dia tiba-tiba ingin memastikan kalau Ferdi benar ada di sana.

"Bu ... Pak Ferdi keluar."

Ucapan Yudi membuat Mayang mengurungkan niatnya, ia kembali menutup pintu dan memandang ke depan. Matanya jelas melihat Lea dan Ferdi menaiki mobil.

"Sebenarnya siapa, sih yang tinggal di situ?" gumam Mayang. Ia mengawasi mobil Ferdi sampai lenyap dari pandangan baru ia turun.

Bergegas ia melangkah ke kamar yang di tempati Lea dan membukanya dengan kunci yang ia bawa. Betapa terkejutnya Mayang melihat keadaan kamar yang agak berantakan.

Melihat beberapa barang Lea, Mayang yakin kalau Saira dan Ferdi hanya numpang kencan di sini. Mungkin saja Lea pergi tadi, dan membiarkan dua orang itu menuntaskan percintaannya.

Mayang bergegas mencari rekening Lea di laci meja rias. Dan memang mudah ditemukan karena mereka pasti berpikir, Mayang tidak akan sampai melakukan hal senekat dan secerdik ini.

Lekas Mayang memfoto buku-buku rekening itu. Besok dia akan meminta bank membekukan rekening Lea. Pasti bisa denga bukti-bukti yang ia bawa dan juga bantuan temannya yang bekerja di bank.

"Kalian berdua akan sadar apa yang aku lakukan setelah kalian tidak memiliki segalanya!" janji Mayang dalam hati seraya merapikan lagi buku rekening itu seperti semula.

*

*

*

*

*

Aku antri minyak curah murah dulu, nanti ndak kebagian kan repot😄

Dearly

Misshel❤

1
Mba Wie
Luar biasa
Rita Zulaikha Amini
komen ah...biar cantik...😄
Yen Yen
Luar biasa
Nendah Wenda
menarik
Meri
Luar biasa
Septi Bklu
ditunggu kelanjutan nya thor
Septi Bklu
Buruk
Helen Nirawan
mas lg 😟😟😰
Helen Nirawan
mas lg nyebut ny isshh , manggil kampret cocok
Helen Nirawan
isshh jgn manggil mas mas aj ,jijik denger ny , panggil aj rayap
Helen Nirawan
jgn mau , byk virus tuh isshh
Helen Nirawan
hrs ny di rekam tuh omongan ny , dodol ,
Anonymous
keren
Helen Nirawan
sewa detektif lah , klo gk ikutin aj kmn laki lu pergi , hrs lbh pinter donk
Mia Fajar
Luar biasa
Omar Diba Alkatiri
bagus
Omar Diba Alkatiri
laki ga modal banyak mau nya ....bangun bangun dah siang
Moms Raka
ada ajja ulat bulu
Arnasih 8898
ceritanya bagus & seru..ko ga lanjut thor
Sumarsih Sumarsih
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!