* Mohon bijak memberi bintang 🌟!!! Jika tidak berkenan dengan cerita ini,,, silahkan langsung di tinggalkan.... tanpa perlu berkomentar yang menyakitkan...
Kusumaningtyas seorang gadis Kalimantan yang di nikahi Bayu wicaksono 1,5 tahun yang lalu. Pernikahan bahagia yang di impikan ternyata malah menjadi petaka baginya. Berharap suami yang menjadi pelindungnya ternyata justru malah menghancurkannya. Memiliki suami yang tukang selingkuh.
Membuat Ningtyas merasa di uji kesabarannya. Nafkah yang seharusnya di berikan ke istrinya ternyata malah di kuasai oleh ibunya. Ningtyas selalu di Hina jadi Benalu di keluarga itu. Padahal Ningtyas merasa dirinya tidak pernah menuntut apapun sama Bayu. Berapapun nafkah yang Bayu kasi dia tidak pernah protes. Ningtyas di perlakukan seperti Babu di rumah mertuanya. Mampukah Ningtyas melewati cobaan demi cobaan yang dia hadapi? atau kah Ningtyas memilih pulang ke Kalimantan dan berkumpul bersama orang tua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Ibu Minta Uang
Ning...
Begitulah mertua ku yang hobinya teriak-teriak mulu manggil nama ku.. Kayak di hutan aja..
Aku yang sedang mencuci baju bergegas masuk kedalam. Ya setiap hari aku mencuci baju menggunakan tangan. Walaupun di rumah mertua ku memiliki mesin cuci tapi aku di larangan menggunakannya dengan alasan nanti aku ke enakan jadi malas-malasan.
Padahal aku saat ini sedang mengandung cucunya tapi sama sekali tidak ada belas kasih dari mertua ku.
"Iya bu ada apa"? Tanya sedikit lebay, " Kenapa sih bu setiap memanggilku harus teriak. Inikan bukan di hutan. Sindir ku.
"Cihh"... Bukannya menjawab pertanyaan ku malah hanya berdecih kesal.
" Hehhhh...Apa-apa"? Kamu tidak lihat apa ini sudah jam berapa? Kenapa kamu belum masak untuk makan siang!!! Kerjaan mu itu apa aja sih dari tadi gak selesai-selesai. Ini juga lantai masih kotor. Dasar menantu tidak berguna. Sentak ibu mertua ku.
"Iya bu sebentar, aku selesaikan nyuci dulu. Takutnya nanti keburu hujan. Baju jadi gak kering. Kan ibu juga yang gak ngizinin aku pake mesin cuci. Jadi ya sabar". Jawab ku.
" Kamu itu kalo di suruh selalu saja membantah. Bisa durhaka kamu jadi menantu suka bantah mertua". Selalu itu jawabannya ketika tak lagi bisa menjawab pertanyaan ku.
Malas berdebat ku tinggalkan mertua ku begitu saja. Walau pun masih mengomel. Entah apa yang di omelnya.
"Ning cepat masak aku lapar, sebentar lagi aku mau pergi sama kakak ipar mu ke pasar Rembang". Teriak mertua ku.
Segera ku selesai kan cucian ku yang menggunung, semua itu alah tumpukan baju kotor yang di bawa suami ku pulang kemarin.
" Huhhh........akhirnya selesai juga. Masak dulu ah. Nanti baru jemur baju. Nanti kalo masaknya kelamaan bisa keluar tanduk mak lampir". Ucap ku lirih.
Aku pun langsung masak. Hari ini aku masak yang praktis aja biar cepat. Masak sayur asem, sambel terasi, tempe goreng dan ayam goreng. Untung semua bumbu dan sayuran sudah aku siapin sebelum nyuci tadi. Jadi bisa langsung cemplang cemplung dan goreng-goreng. Karena ayamnya tadi sudah di Kenas lebih dahulu.
Makanan sudah siap di meja. Aku langsung jemur baju di teras belakang. Sengaja aku tidak menjemur baju di luar takutnya kalo hujan mendadak jadi repot. Cuaca agak sedikit mendung, dengan angin sepoi-sepoi menerpa dedaunan.
Baru selesai menjemur baju, kakak ipar ku Mila datang bersama anaknya.. Anaknya yang kini berusia 4 tahun dan sangat aktif sekali, kadang membuat ku kewalahan mengurusnya.
"Ning aku titip zidan ya, aku mau ke pasar sama ibu". Pintanya...
" Kenapa gak di bawa aja mba". Aku kan belum selesai beres rumahnya. Takutnya nanti aku lengah".
"Ya kamu beberesnya nanti aja kalo aku udah pulang dari pasar". Perintahnya lagi.
" Nanti kalo ibu marah gimana? Kan mba tau sendiri ibu seperti apa". Ujarku lagi.
"Udah tenang aja nanti aku yang bilang sama ibu. Lagian aku ini ke pasar kan memang nganterin ibu". Ucapnya sedikit memaksa.
" Ya sudah terserah mba deh". Kata ku pasrah. Memang kalo harus berdebat dengan iparku yang satu ini gak pernah bisa menang. Orangnya suka maksa.
"Ning pinjam duit dong, gak banyak kok cuma 1 juta aja". Pintanya
" Aku mana punya uang segitu mba, kalo 50 rb aku punya". Jawab ku sambil cengengesan.
"Alah bohong kamu, Bayu kan baru datang pasti uangnya langsung di kasihkan ke kamu".
" Beneran mba. Aku gak bohong. Lagian utang mba bulan kemarin aja belum mba bayar". Tagih ku lagi.
Ya bulan kemarin kakaknya sempat pinjam duit pada Ningtyas, dengan alasan kehabisan duit. Dan suaminya belum pulang dari miang (jadi nelayan yang cari ikan di tepian dan pulang 1 minggu 1x).
Daerah ku memang di pesisir pantai utara dengan gelombang pantai yang tidak terlalu besar sehingga memudahkan para nelayan kecil untuk mencari ikan dan akan pulang minimal 3 hari - 7 hari baru bersandar.
"Alah kamu ini, sama ponakan sendiri aja perhitungan. Sesekali sedekah sama ponakan biar rezekinya berkah". Ucapnya tanpa rasa berdosa.
" Apa, sesekali katanya". Ucap ku dalam hati. Yang ada tiap suamiku pulang pasti minta duit sama aku alasannya untuk kebutuhan zidan. Zidan kan punya bapak tapi kenapa aku yang harus repot ngurus keperluan zidan.
Belum selesai berdebat dengan kak Mila. Ibu Mertua ku datang.
"Ning ibu minta uang dong buat belanja keperluan dapur. Kan kamu tau sendiri keperluan dapur sudah habis semua. Ini mumpung ibu mau ke pasar sama kakak mu". Pinta ibu ku sambil mengarahkan tangan.
" Aku gak punya duit bu, aku aja belum di kasi mas Bayu". Jawab ku jujur.
"Jangan bohong kamu", bentak ibu mertua ku. "Kamu jangan serakah ya ingin menguasai uangnya Danu". Mertua ku semakin emosi.
" Sumpah bu, kalo ibu gak percaya aku bisa tunjukin isi dompet ku". Ku ambil dompet lusuh ku di kamar dan ku tunjukkan isinya yang memang tersisa 50 rb.
Saking gak percayanya mertua ku sampai menggeledah kamar ku. Dan ternyata tidak juga menemukan uang yang di cari. Mereka meninggalkan apa yang sudah mereka berantakin tanpa mau ngembaliin ke tempat asal.
"Dasar mertua dan ipar gak ada akhlak bisanya cuma berantakin". Aku menggerutu. Ku kemas kembali barang yang tadi di berantakin mereka.
Selesai beberes aku menghampiri zidan yang sedang main HP.
" Hai zidan". Aku duduk di sampingnya. "Kamu mau ikut tante Jalan-jalan gak? Tanya ku mengalihkan keseriusannya bermain HP.
" Mau tante, memangnya kita mau jalan kemana"? Tanya zidan dengan raut wajah serius. Namanya juga anak kecil kalo udah dengar kata jalan pasti semangat 45.
"Tapi tante mandi dulu ya, kamu main HP dulu di sini jangan ke mana-mana". Ujarku sambil mengunci semua pintu biar aman kalo di tinggal mandi.
Zidan yang sudah berusia 4 tahun, tapi belum di masukan ke sekolah oleh ibunya. Dengan alasan malas mau nungguin.
Hari ini rencananya, aku mau ajak zidan jalan ke sekolah PAUD yang ada di desa ku. Biar dia belajar bersosialisasi dengan anak seusianya.
Aku mandi dengan kilat cukup 5 menit sudah selesai karena aku takut zidan kenapa-napa kalo ku tinggal lama.
Aku langsung ganti baju di kamar mandi sekalian agar tidak lama. Rumah yang belum di sapu dan di pel aku biarkan saja. Toh mertua ku yang suruh aku jagain zidan jadi gak ada alasan buat dia marah karena melihat rumah masih berantakan.
Untung tadi aku sudah cuci baju n piring serta masak jadi agak sedikit santai.
Saat akan berangkat ke PAUD aku berpapasan dengan bapak mertua, di teras samping.
"Kamu mau kemana ndok"? Tanya mertua ku yang baru turun dari motor.
" Ini pak momong zidan". Jawab ku.
"Lho ibunya mana? Kok kamu yang momong".
" Ke Rembang ngantar ibu belanja". Aku ngomong apa adanya.
"Pergi kok anaknya gak di baw. Orang kok kebiasaan ninggalin anak". Omel mertua ku. " Lain kali kamu itu jangan mau di titipin. Kamu kan lagi hamil, butuh istirahat ". Kata mertua ku lagi.
Bapak memang jarang ngomong karena orangnya memang pendiam. Tapi dia perhatian sama keluarga tanpa membedakan anak dan menantu. Dia selalu bersikap adil. Itu yang aku suka dari bapak. Beda sama ibu mertua ku.
"Pak boleh pinjam motor"? Tanya ku
" Iya ndok tapi sing ati-ati bawa motornya".
"iya pak". Aku langsung naik ke atas motor bareng zidan.
"Ayo zidan kita let's go". Kata ku dengan semangat 45.
" Let's go". Zidan menirukan ucapan ku..
Terlihat jelas rona bahagia di wajah zidan. Tampak sekali dia gak pernah di ajak keluar oleh orang tuanya. Bapak sibuk cari uang sedangkan ibunya kalo keluar gak mau repot anak hanya dititipin terus.
Kasihan banget kamu zidan punya orang tua lengkap tapi, seperti tidak punya orang tua.
up yg banyak ya,,,,😍