JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Manis
"Morning, Sayang. Masak apa?" tanya Regan sambil memeluk Sena dari belakang.
"Masak telur ceplok saja."
Regan mencium wangi rambut Sena. Dia sangat senang ketika Sena sudah mulai jinak seperti biasanya.
"Aku ingin ikut Kak Re pulang, aku tidak mau tinggal di sini," ucap Sena.
"Nanti kau bertengkar lagi dengan Maya, ngambek lagi?"
Sena mencubit pinggang sang suami dengan gemas. "Aku akan berusaha akur dengan dia, lagian kita 'kan tidak satu rumah."
Regan menarik tubuh Sena, ia mengelus perut Sena perlahan, mata mereka saling menatap dan Regan mendekatkan bibirnya ke bibir Sena. Bibir mereka saling bertaut dan menikmati ciuman panas itu.
Sena dengan cepat menarik bibirnya dan mendorong tubuh Regan.
"Cium terus sampai akunya capek," gerutu Sena.
"Bibirmu sangat manis sekali. Ehm... baiklah, kau siap-siap dan kita akan pulang ke kota sebelah."
Sena begitu senang, setelah memasak telur untuk mereka makan ia segera merapikan semua bajunya dan menyeret koper dan ia masukan ke mobil Regan. Regan sangat menikmati telur buatan Sena, walaupun hanya telur namun ia sangat menyukainya karena Maya pernah memasakan telur untuknya namun keasinan dan terkadang hambar. Setelah memasukan kopernya, ia berdiri di depan cermin lalu menyisir rambutnya yang ungu. Sena juga memakai lipstick yang merah merona. Semua sakit hati yang di deritanya ini membuat dia menjadi kuat.
"Sayang, kenapa berdiri di depan kaca? Oh ya, aku lebih suka rambut keritingmu. Rubah bisa?"
Sena mengernyitkan dahinya. "Bukankah ini sangat pas untukku?"
"Aku tidak suka. Rambut keriwilmu sangat unik apalagi jika warnanya hitam."
Sena mendekati Regan, dia duduk di depan suaminya sambil tersenyum. "Tapi aku sangat suka yang sekarang, bagaimana dong?"
"Lebih baik turuti suamimu, 'kan kau menikah juga untuk suamimu. Semua tubuh dan penampilanmu hanya untuk suamimu."
Cih... Aku berubah hanya untuk diriku sendiri. Enak saja menyuruh merubah. Untuk apa mikirin cowok aneh ini? Batin Sena.
"Baiklah, nanti aku rubah jika ada waktu."
Regan sangat senang, ia segera menghabiskan makanannya dan segera kembali ke kota sebelah padahal Regan sudah menyewa tempat ini sebulan penuh namun Sena malah ingin pulang ke rumah.
Setelah masuk mobil, Regan segera melajukan mobilnya menuju ke sebelah. Di dalam mobil Sena hanya sibuk berdandan mempercantik diri.
"Sena, untuk apa dandan? Kita 'kan hanya pulang ke rumah."
Sena menepuk-nepuk bedak ke lehernya dan memberikan lipstick di bibirnya yang sudah merah sejak tadi.
"Aku hanya ingin tampil cantik."
"Jujur, kau seperti tante-tante jika dandan begitu."
Sena langsung menatap tajam pada Regan. Sepertinya Regan salah bicara. Dia memilih fokus menyetir. Sena kembali pada kacanya, ia tersenyum senang tatkala Regan mulai risih dengan apa yang dilakukannya.
"Oh ya, aku akan tetap bekerja di kantor itu. Akhir bulan ada tes kenaikan pangkat. Aku ingin coba setelah beberapa kali gagal," ucap Sena.
"Kau sudah keluar dari kantor itu, aku akan carikan tempat lain."
Sena menggelengkan kepalanya. "Aku belum sah keluar dan 2 hari ini aku terhitung cuti."
Ekspresi Regan berubah menjadi dingin dan kesal, ia mungkin saja takut jika sang istri bertemu dengan Devan lagi. Sena begitu senang jika Regan cemburu seperti itu.
Sesampainya di rumah, Sena bisa bernafas lega karena bisa pulang ke rumah sendiri sedangkan Regan harus buru-buru ke kampus.
"Nanti pulang lagi 'kan ke sini?" tanya Sena.
"Iya, besok juga namun lusa aku harus ke tempat Maya."
Sena mengangguk, ia segera mencium tangan sang suami yang akan berangkat bekerja. Regan juga mencium keningnya lalu memeluknya dengan mesra. "Maafkan, aku!"
Sena mengangguk, ia lekas menyuruh sang suami untuk pergi. Tak dapat dipungkiri lagi jika Sena sudah pandai memainkan mimik wajahnya menjadi lebih lugu seperti dulu padahal ia hanya berakting di depan Regan.
Setelah kepergian suami, Sena segera berganti pakaian formal untuk ke kantor. Dia tidak ingin berhenti begitu saja di perusahaan impiannya.
Sena melihat motornya yang sudah diperbaiki oleh Regan. Dengan cepat dia berangkat ke kantor sebelum terlambat. Tak dapat dipungkiri lagi jika dia merindukan wajah Devan. Sepertinya Sena sudah gila jika ingin melihat wajahnya.
Ingat! Tujuanmu hanya bekerja saja. Untuk Pak Devan segera lupakan!
Sena menyalakan motornya lalu segera meninggalkan rumah. Dia begitu senang saat pikirannya tidak bersedih lagi karena tujuannya hanya ingin berpisah dengan Regan setelah satu tahun. Sena juga akan meminum obat KB jika sewaktu-waktu Regan mencuranginya.
Jalanan sudah ramai dan lancar, untung saja tidak macet membuat Sena tidak terlambat sampai ke kantor. Sesampainya di kantor, Sena memarkirkan motor dan merapikan rambutnya. Dia menatap Devan yang baru saja keluar dari mobilnya, jantungnya berdegup kencang namun setelah itu seolah terhenti saat tangan Devan menggandeng Winda, istri yang sudah dia talak.
Apa mereka rujuk lagi?
Devan memandang sekilas Sena, Sena tersenyum namun malah pria itu memalingkan wajah.
What?! Dia tak mau menatapku lagi?
Semua pegawai memandang pasangan itu, Sena juga lekas masuk namun Devan dan Winda terhenti seolah ingin mengumumkan sesuatu.
"Pagi kalian semua. Saya akan mentraktir kalian hari ini, kalian boleh pesan apa saja di kantin biar saya yang bayar," ucap Winda.
Semua orang berteriak senang dan kegirangan sedangkan Devan tidak merespon apapun dan segera masuk ke lift namun sebelumnya dia melirik Sena sekilas. Mereka bertatapan walau hanya 3 detik.
"Sena." Seseorang menepuk bahunya membuat Sena terkejut.
"Papa?"
"Masuklah ke ruangan Papa!"
Sena mengikuti Papa mertuanya, semoga saja Sena tidak dianggap keluar dari perusahaan itu akibat ulah Regan yang sembrono. Sesampainya di ruangan itu, Bram mempersilahkan Sena untuk duduk. Sena masih takut dengan Papa mertuanya.
"Ini formulir untukmu. Kinerjamu sangat bagus sehingga mendapat kesempatan untuk melakukan tes."
Sena membacanya dengan teliti, dia sangat senang mendapat formulir itu namun jika pegawai lain tahu pasti akan iri dengannya namun siapa sangka jika formulir itu untuk menjadi calon sekertaris direktur utama.
"Eh... ini untuk kenaikan menjadi sekertaris Pak Devan?" tanya Sena.
"Iya, Pak Devan yang meminta Papa untuk memberikan kesempatan untukmu. Ada 5 kandidat dan semuanya pegawai lama, kau termasuk baru namun tidak menutup kemungkinan untuk menjadi pemenang," jelas Bram.
Sena menyerahkan formulir itu, dia sadar tidak akan menang karena Sena merasa sangat payah. Membuat skripsi saja sering revisi dan dibuang Regan ke tempat sampah apalagi menjadi sekertaris direktur?
"Sena, ini kesempatan emasmu. Pak Devan sendiri yang merekomendasikanmu, Papa juga heran kenapa Pak Devan memilihmu?"
Sena menjadi kikuk, bagaimana jika Papa mertuanya sampai tahu kalau ia dan Devan sedang dekat dibelakang putranya? Bram pasti sangat kecewa dengan Sena.
"Oke, aku akan pikirkan, Pah. Aku ambil formulirnya." Sena mengambil formulir itu walau agak ragu.
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2