Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Penilaian
"Papa bilang, Mas itu orangnya baik, sopan, mengerti banyak hal juga. Emang tepat sih waktu Mas datang, ada keluarga papa dan mama yang lagi kumpul. Mereka itu yang selalu mengompori mama dan papa. Katanya, kapan lagi dapat mantu yang baik, pintar, tuturnya halus, adab dan agamanya juga baik." Cerita Runi.
"Sebenernya aku gak mau cerita sama Mas, sih. Takut Mas ngefly!" Gurau Runi.
"Ck! Kamu gak tau aja, dari tadi Mas nahan sayap Mas biar gak keluar." Balas Abi yang membuat mereka tertawa.
"Mbak Runi dan Mas Abi, di minta naik ke puade untuk foto bersama." Seorang staf WO menghampiri mereka berdua.
Mereka berdua pun segera mengikuti staf WO untuk menuju ke puade. Setelah mengambil beberapa foto, Abi menyempatkan diri mengucapkan selamat pada Bang Bayu dan istrinya, Kak Tiara.
"Selamat menempuh hidup baru ya, bang. Semoga jadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah. Barakkallah hulakumma wabaraka'alaikumma wajama'a baynakumma fii khoir." Ujar Abi sembari bersalaman dan memeluk calon Abang iparnya.
"Aamiin. Makasih, Bi. Abang titip Runi, ya. Tolong bahagiain dia, jangan di sakitin, abang belum bisa bahagiain dia selama ini. Abang akan selalu jadi garda terdepan buat hubungan kalian berdua." Lirih Bayu saat memeluk Abi.
"In syaa Allah, bang. Doakan kami bisa cepat menyusul Abang membangun rumah tangga." Pinta Abi.
"Aamiin." Jawab Bayu.
Abi bersalaman singkat dengan Tiara, istri dari Bayu sebelum ia menemui kedua orang tua Runi.
"Mas Abi memang sudah mau pulang?" tanya mama Hanum.
"Belum, Ma. Abi ngikut gimana dek Runi saja." jawab Abi.
"Pulang nanti sore saja, sekalian bareng mama dan papa." Timpal papa Aryo.
"Baik, pa. Kalau gitu Abi izin turun, sekalian mau ke masjid." jawab Abi.
"Yasudah, ayo. Bareng papa saja ke masjidnya. Adek duduk di sini saja, temani mama dulu." kata Papa Aryo yang akhirnya ikut ke Masjid bersama Abi.
"Ma, itu papa kenapa? Bisa cepet akrab sama Mas Abi?" tanya Runi yang masih belum percaya kalau Abi bisa merebut hati papanya dalam waktu singkat.
"Abi itu pandai mengambil hati papamu. Apa lagi setelah melihat cara dia memperlakukan kamu yang kayak gini, bisa selembut dan sesabar itu." Jawab mama Hanum.
"Aku memang kayak mana, Ma?" Sinis Runi.
"Manja, cerewet, galak, keras kepala, gak mau ngalah!" Rinci mama Hanum.
"Kenapa kok gak ada baik - baiknya sih? Oh iya, Ma, emang siapa sih yang mau di jodohkan dengan Runi? Papa udah gak ngebahas perjodohan Runi lagi, kan?" tanya Runi penasaran.
"Surya, anak temannya papa yang lulusan Kairo itu. Kamu ingat, kan?" Jawab mama Hanum.
"Haaa? Dia? Untung aku nolak!" Seru Runi.
"Emang kenapa, dek?" Tanya mama Hanum.
"Ya karna aku bisa dapat Mas Abi yang jauh lebih baik dari dia walaupun gak kuliah di Kairo. Dia itu redflag banget, Ma." Jawab Runi sambil cengengesan.
"Redflag gimana?" Mama Hanum penasaran.
"Play boy, Ma. Temen koas Runi itu ada yang mantan pacar dia. Runi juga pernah mergokin dia selingkuh sama cewek lain waktu masih pacaran sama temen koas Runi." Cerita Runi.
"Masak iya sih, dek? Kelihatannya alim kok, waktu mama dan papa ketemu dia." kata mama Hanum.
"Ck! Coba aja mama cari tau sendiri kalo gak percaya." kata Runi yang hanya di jawab cebikan oleh mama Hanum.
"Oh iya, semalam Abi izin sama papa mama mau sediakan souvenir untuk acara ngunduh mantu abangmu. Dia ada bilang sama kamu, dek?" Tanya mama Hanum.
"Iya, dia udah bilang sama Runi. Tapi gak bilang kalau mau izin sama mama papa." jawab Runi.
"Tuh, dari situ aja, kita udah bisa menilai karakter dan adab dia." jawab mama Hanum.
"Keluarga dia ke kamu gimana, dek?" Tanya mama Hanum.
"Baik ma, baik banget malah. Bapak dan ibu itu sayang sama Runi termasuk kakak dan adiknya Mas juga baik ke Runi. Bapak dan ibu itu gak ngebolehin Runi pergi sendiri, apa lagi malam. Pasti kalau gak Mas Abi, Agil atau Ica yang temenin Runi. Ibu juga sering nganterin sayur atau lauk untuk Runi, kadang Runi juga di auruh ke rumah untuk sarapan atau makan malam bareng." Cerita Runi.
"Mereka gak keberatan nemenin kamu, dek?" tanya mama Hanum.
"Enggak, Ma. Bahkan pernah hampir jam satu malam, ada pasien yang berobat ke rumah, Ibu yang nemenin Runi periksa pasien di rumah." Jawab Runi.
"Alhamdulillah, Maa syaa Allah banget keluarganya si Mas." Mama Hanum senang karena putrinya di perlakukan sangat baik.
"Ma, tapi Runi gak enak deh sama Mas. Kerjaan Mas itu banyak banget, tadi aja stafnya nelfonin dia terus. Sampai hape Mas, dia nonaktifin karna kesal." Cerita Runi.
"Iya? Duh kasihan juga ya kalo dia terlalu lama ninggalin kerjaan." Mama Hanum ikut merasa tidak enak.
"Tapi ya gitu deh, Mas. Kalau di tanya, pasti jawabnya selalu gak apa - apa, bisa Mas atur, bisa Mas handle, itu urusan gampang. Ada aja alasannya." Kata Runi.
"Coba deh, dek. Kamu bicarain lagi sama si Mas, baiknya gimana. Kasihan kalau sampe kerjaan dia menumpuk nantinya." Pesan mama Hanum.
"Iya, Ma. Nanti Runi bicarain lagi sama Mas Abi." jawab Runi.
...****************...
"Mas, kita mau kemana?" Tanya Runi.
"Ke perusahaan dulu sebentar ya, dek. Ada yang harus Mas periksa." Jawab Abi. Runi pun hanya mengangguk, menyetujui permintaan kekasihnya.
"Mas, yakin mau ninggalin kerjaan sampe selesai acara ngunduh mantu?" Tanya Runi.
"Aku gak enak sama Mas, takut kerjaan Mas jadi keteteran juga nantinya." Imbuhnya.
"Iya, dek. Mas kan udah bilang, gak akan pulang kalo gak sama kamu." Jawab Abi.
"Masalah kerjaan, percaya sama Mas, semua bisa Mas urus. Ini bukan kali pertama Mas handle kerjaan dari jauh, kok." Lanjut Abi meyakinkan Runi.
"Aku takut Mas kurang istirahat." Kata Runi.
"Mas usahain istirahat Mas cukup. Sudah, ya jangan khawatir lagi." Ujar Abi sembari mengusap lembut kepala Runi.
"Mas, kenapa suka sama aku?" Tanya Runi.
"Emang harus ada alasan? Kalau di tanya, Mas juga gak tau, dek. Tapi Mas merasa ada ketertarikan aja sama kamu. Kalo kamu, kenapa mau sama Mas?" Tanya Abi.
"Mas tuh bikin aku nyaman tanpa maksa. Jadi aku mau sama Mas ya karna aku ngerasa nyaman, ngerasa aman, ngerasa di sayang, diperlakukan dengan baik setiap sama Mas." Jujur Runi yang membuat Abi tersenyum bahagia.
"Eh, Mas. Aku kangen sama Almira. Tapi takut mau vidio call, takut Mira tantrum." Keluh Runi.
"Nanti kita vidio call sama Mira kalo kamu rindu." kata Abi.
"Nanti kalo Mira tantrum, gimana?" Runi ragu.
"Ya itu urusan yang di rumah lah. Hehehe" Jawab Abi.
"Jangan Ah. Kasihan Mira juga." Putus Runi akhirnya.
Abi membelokkan mobilnya ke sebuah perusahaan yang cukup terkenal di kota itu. Ia melajukan mobil memasuki basement kantor untuk memarkirkan mobil.
"Gebrakan apa lagi ini, Mas?" Runi menatap pria di sampingnya yang tampak santai.