Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERASAAN ANEH
Hari ini adalah jadwal Hanna untuk pergi terapi. Tak ada yang mengetahui hal ini, karena ia sudah menyembunyikannya rapat rapat.
Berdiri di depan sebuah bangunan beberapa saat, kemudian ia masuk ke dalam.
"Siang Han," sapa salah seorang perawat yang bekerja di sana.
"Siang Kak. Apa Kak Ben ada?" tanya Hanna.
"Ada. Tapi sedang ada tamu. Kamu tunggu di sana saja," ucap perawat yang bernama Maria tersebut sambil menunjuk salah satu sudut yang dikelilingi kaca dan berisi buku buku.
"Baiklah. Terima kasih, Kak."
Hanna masuk ke dalam ruang kaca tersebut. Mengingat ingat pertama kali dirinya datang ke tempat itu. Bahkan Ibunya tidak mengetahui mengenai hal ini. Ia tak ingin sakit yang di derita ibunya menjadi semakin parah.
Hanna melihat lemari yang berisi buku buku dan juga majalah. Ia menelisik satu persatu, kemudian ia menemukan sebuah buku. Menariknya keluar dari rak, kemudian duduk dan mulai membacanya.
Hampir 30 menit Hanna membaca buku tersebut, sampai perawat memanggilnya.
"Han, kamu sudah boleh masuk."
"Baik, Kak. Terima kasih. Oya, bolehkah aku meminjam buku ini?" tanya Hanna.
"Tentu saja, Han," ucap Maria.
Hanna memasukkan buku tersebut ke dalam tas miliknya, kemudian berjalan menuju ruangan Ben.
"Siang, Kak Ben," sapa Hanna.
"Ohhh Han. Ada apa? Sudah 2 bulan lebih kamu tidak kemari. Apa ada masalah lagi?"
"Ia kembali, dan ingatan malam itu juga kembali lagi. Kak, apa yang harus aku lakukan?" tanya Hanna.
"Kemarilah," Ben meminta Hanna untuk duduk di sebuah sofa panjang.
Ia mulai membuat Hanna tenang, dan membiarkannya memceritakan kembali apa yang ia alami. Kemudian ia memberikan semacam hipnoterapi untuk membantunya meredam segala pikiran buruk dan juga mengendalikan emosinya.
"Terima kasih, Kak," ucap Hanna.
"Tak perlu berterima kasih. Bagaimanapun, aku ini masih keluargamu. Datanglah kemari jika kamu membutuhkanku membutuhkan teman untuk berbicara. Aku dan Maria akan selalu ada untukmu. Tapi untuk saat ini, kamu harus kembali seminggu sekali lagi."
"Baik Kak. Terima kasih," Hanna memeluk Ben dan tersenyum.
*****
King duduk sendiri menatap taman belakang rumahnya. Pikirannya masih melayang kembali pada pertemuannya dengan Hanna, meskipun ia hanya melihatnya dari jauh.
Hampir 4 tahun sejak kejadian itu, tapi ia belum membuka kembali hatinya untuk wanita lain.
"Kak!" King yang sedang melamun pun kaget karena Kimberly tiba tiba saja menepuk bahunya.
"Kamu bikin Kakak kaget saja, Kim."
"Kakak lagi mikirin apa sih?" tanya Kimberly ingin tahu.
"Kakak lagi mikir, kok bisa punya ade kayak kamu gini, yang kerjanya bikin jantung mau copot aja."
"Ihhh kakak tenang aja itu mah, kan ada Papi yang bisa pasang jantung kakak balik kalau copot," ucap Kimberly sambil tertawa.
"Kamu tuh ya. Kakak pulang malah digodain gini. Udah ah, besok kakak balik aja ke Inggris."
"Jangannnn!!!" Kimberly langsung duduk di sebelah King dan memeluk lengannya.
"Aku masih kangen sama kakak," lanjut Kimberly.
"Kamu kenapa ingin kuliah di Intercon sih Kim? Kenapa nggak ikut kakak aja."
"Tapi kakak nggak akan marah kan kalau Kimmy kasih tahu alasan jujur Kimmy? Dan kakak nggak boleh kasih tahu Papi sama Mami."
"Iya, kakak nggak akan cerita. Tapi coba kamu jujur sama kakak."
Kimberly terdiam sambil memainkan jarinya.
"Sebenarnya .... Kim masuk ke sana karena ingin selalu dekat dengan William," jawabnya jujur.
"Loh, Papi bilang kamu pilih Intercon karena demi masa depan kamu."
"Lha iya. Aku kan mau deket sama William karena William bakal jadi masa depan aku."
"Ya ampun Kim. Kakak bener bener nggak habis pikir. Memangnya kamu tahu gimana perasaan William sama kamu?"
Kini Kimberly menunduk, kemudian ia kembali memeluk lengan King dan bersandar di bahu kakaknya itu.
"William jahat sama aku, Kak. Dia udah nggak sayang sama aku lagi."
"Jahat gimana?"
"Aku kan pernah cerita sama kakak yang waktu perkemahan itu. Nah setelah itu juga aku pernah dianggap kalau aku tuh nyiram cewenya pakai air. Padahal aku nggak ngelakuin itu, Kak."
"Jadi sekarang kamu ngerasa menyesal masuk ke Intercon?"
"Nggak sih, Kak. Aku nggak akan menyesal untuk apa yang sudah aku pilih. Hanya saja, aku merasa kehilangan."
"Sudah, kamu pasti akan memiliki banyak teman baru yang lain."
"Iya Kak, sekarang aku punya banyak teman. Ada Kristy, Lady, Kak Lee, Kak Hansel, juga Kak Hanna. Mereka semua baik sekali," Kimberly tersenyum saat bercerita pada King. Sementara King justru hanya mendengarkan dengan perasaan yang aneh.