MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
BAB 11.
‘’Mami naik apa tadi?” tanya Reza.
“Sama sopir lah, kamu kaya gak tahu papi aja,” jawab mami Elena di sela sela kegiatan makannya. “Jadi mami nanti pulang bareng kamu saja, Emira … gak papa kan kalau mami mengganggu kencan kalian.”
“Hahaha … apaan sih tant eh mi … orang kami juga kesininya gak janjian, aku bawa mobil sendiri kok, jadi aman,”
Mami Elena mengangguk seraya menampakkan senyum cantik nya.
“Eh … ngedance yuk, udah lama juga kita gak seru seruan, di dance Revolution.” ajak Reza, dulu mereka memang sering menghabiskan banyak energi bersama mesin dansa tersebut, terutama sekali jika Emira mulai jenuh dengan aktivitasnya di rumah sakit, maka Reza adalah kawan sefrekuensi, yang asik untuk diajak seru seruan.
# (Dance Dance Revolution adalah seri permainan video musik yang diproduksi oleh Konami. Diperkenalkan di Jepang pada tahun 1998 sebagai bagian dari seri Bemani, dan dirilis di Amerika Utara dan Eropa pada tahun 1999, Dance Dance Revolution adalah seri perintis dari genre rhythm and dance dalam permainan video. Pemain berdiri di atas "platform dansa" atau panggung dan memukul panah berwarna yang diletakkan di atas salib dengan kaki mereka ke isyarat musik dan visual. Pemain dinilai berdasarkan seberapa baik mereka mengatur waktu tarian mereka dengan pola yang disajikan kepada mereka dan diizinkan untuk memilih lebih banyak musik untuk dimainkan jika mereka menerima skor kelulusan.)
“Ayo aja sih, tapi gimana Luna?”
“Kan ada mami, biar mami yang jaga, sekalian latihan ngasuh cucu.” seloroh Reza.
Mami Elena membola kan kedua matanya mendengar ocehan Reza, “ya mi …?” tanya Reza memastikan, pemuda itu bahkan menaik turunkan alisnya sebagai kode.
Tanpa menunggu persetujuan mami Elena, Reza menyeret Emira ke Time*zone yang berjarak tak jauh dari restoran yang baru saja mereka singgahi.
Mereka berjalan beriringan menuju zona bermain untuk berbagai kalangan tersebut, Emira menggulung lengan kemeja dan menguncir rambut panjangnya, Syukurlah tadi ia memakai sepatu kets, jadi semuanya aman, ia bisa Bebas bergerak, tanpa perlu khawatir cedera kaki.
Reza mendatangi meja kasir guna mengisi saldo, tak lupa membeli dua botol air mineral.
Ketika mereka mendatangi mesin dansa tersebut, mesin dalam kondisi kosong hingga mereka tak perlu mengantri, tak jauh beda dengan Emira, Reza pun menggulung lengan kemeja dan melepas dasinya, Emira mulai menempelkan kartu kemudian mesin mulai menampilkan menu irama dansa, emira sengaja memilih irama pelan sebagai pemanasan, agar otot otot kakinya tidak terkejut, karena irama nya bertempo pelan, mereka bisa memulai pemanasan masih dengan berbincang, dan saling melempar candaan.
Musik pertama usai, berlanjut dengan musik kedua dengan tempo sedang, semakin lama mereka semakin menikmati permainan, bahkan tanpa melihat pun, kaki kaki mereka seolah sudah tahu di arah mana harus berpijak, semakin lama tempo nada semakin cepat, hingga musik pun semakin keras terdengar, di sela sela istirahat mereka meminum beberapa teguk air mineral untuk mengganti cairan yang keluar dari pori pori kulit, rambut, wajah dan sekujur tubuh mereka sudah bermandikan keringat, namun seperti narkoba, semakin lama mereka semakin tak bisa berhenti, hingga tanpa sadar banyak pasang mata yang memperhatikan kekompakan mereka, termasuk geng Arjuna yang juga masih seru seruan di wahana bermain tersebut.
Beragam komentar terucap di benak masing masing, tapi rata rata mereka mengagumi kekompakan dua sahabat tersebut, bahkan ada diantara mereka yang mengabadikan momen ketika Reza dan Emira berdansa, terutama para gadis yang mengagumi wajah tampan cucu dari pemilik mall tersebut.
Egi, Rendi, Rafi dan Atar bahkan tak bisa berkedip menyaksikan Emira yang wajahnya tampak berseri kala sedang lincah bergerak di atas lantai dansa tersebut, peluh yang kini membasahi wajahnya, terlihat berkilau di bawah cahaya lampu, bahkan senyum lebarnya terlihat sangat menawan, membuat keempat kawan Arjuna tersebut semakin terpesona.
Tapi Arjuna nampak biasa saja, ia memang memperhatikan Emira , tapi tak sedikitpun ia mengenali wajah cantik Emira, yang dulu culun ketika berada di hadapannya.
Setelah satu jam berlalu, energi mereka terkuras habis, hingga akhirnya mereka memilih mengakhiri permainan.
“Capek?” Tanya Reza seraya menyingkirkan anak rambut yang menjuntai menutupi sebagian kecil wajah Emira, interaksi yang manis hingga membuat para Gadis mencebik cemburu.
Emira mengangguk, “ayo, sudah sore, kasihan Luna dan tante Elena, terlalu lama menunggu kita bermain.”
Mereka pun kembali menghampiri meja tempat mami Elena dan Luna menunggu, Luna sudah bangun dan kini tengah menikmati ice cream, mami elena bahkan mengusap sayang rambut hitam milik Luna, wanita yang kini tak lagi muda itu sangat ingin memiliki anak perempuan, tapi sang suami sudah tidak menginginkan anak lagi dalam kehidupan pernikahan mereka.
“Maaf mi … kami terlalu lama mainnya.” Emira meminta maaf.
Mami Elena tersenyum menggeleng, “tidak papa, ketika mami muda dulu, papi nya Reza juga teman yang asik untuk diajak bermain.” kenang mami Elena.
“Aunty, ayo pulang,” Rengek Luna, walau gadis kecil itu nampak menikmati ice creamnya, namun ia juga tak bisa menyembunyikan rasa lelahnya.
Mereka berpisah di lorong tempat parkir, karena Reza masih harus kembali ke ruangannya, dan melanjutkan sedikit pekerjaannya yang tertunda, benar benar mirip dengan papi Haris yang juga sosok pekerja keras.
.
.
.
Mobil yang Emira kendarai memasuki pekarangan, Geraldy Kingdom, yang kini dihuni oleh daddy Alex dan mommy Stella, ia tak berani pulang ke rumah Kevin apalagi Andre, belum siap menghadapi amukan kedua saudara sulungnya, karena siang tadi ia sudah memanfaatkan kedua kartu ajaib milik Andre dan juga Kevin.
Luna sampai di buat keheranan, manakala melihat Emira kembali mengikat rambut panjangnya, juga mengencangkan kembali tapi sepatunya.
“Ayo turun,” ajak Emira pada keponakan kecilnya.
Luna menurut kemudian ia mengikuti Emira, berjalan memasuki pintu utama, benar saja dugaan Emira, kedua kakaknya sudah menanti kedatangannya dengan wajah tidak biasa, Emira hanya memasang senyum ekstra manis agar kedua kakak nya tidak terlalu marah.
Sebenarnya wajar jika keduanya marah, karena berkali kali mereka dibuat mengerutkan kening dengan ulah adik kecil mereka yang kini sudah dewasa, kedua kembar Geraldy tersebut bahkan tak bisa konsen bekerja karena terus menerus mendapatkan pesan singkat yang mengkonfirmasi tagihan kartu kredit yang tiada habisnya.
Andre bahkan sudah menggerakkan jarinya, sebagai sebagai tanda agar Emira mendekat.
Dan seperti biasa Emira hanya nyengir jika menghadapi kedua kakak nya yang belakangan sering emosi, apa mungkin karena mereka sudah semakin tua, hahahaha.
“Ada apa sih kak?” tanya Emira pura pura oon dan tak mengerti situasi. “Abang juga aneh gitu wajahnya.” Emira sudah menyiapkan kuda kuda, dengan berjalan pelan mendekati Andre dan Kevin.
“Dasar gadis nakal,” pekik Kevin yang sudah tak sabar ingin memarahi adik kecilnya, namun sebelum sempat mendekat, dengan gesit Emira berlari, tentu saja tujuannya adalah berlindung di balik punggung pria kesayangannya, Daddy Alex.
“Daddy … tolong,” rengeknya manja.
Mendengar putri kesayangannya meminta tolong, membuat Alex segera bersikap waspada, mantan duda tampan ini bahkan bisa lebih galak daripada induk ayam, jika ada yang berani mengganggu dan menyakiti putri kesayangannya.