Pahatan Waktu | Kembali Ke Masa Kerajaan Cina

"Hmh. Jenderal militer rupanya mengajarkan hal yang buruk pada Cheng Yi putrinya ini." gumam Xia Yi.

"Zui Lan! Pastikan pesan Cheng Yi ini sampai pada telinga orang tuanya!" titah Xia Yi.

"Baik yang mulia." jawab Zui Lan.

"Prajurit! Kembalikan perdana menteri Liu ke kamarnya. Tabib Xiang! Rawat ia sampai sembuh!" titah Xia Yi lagi.

Setelah menyelesaikan kasus itu, seluruh hadirin belum dipersilahkan untuk pergi.

Ibu suri berjalan mendekati Xia Yi seperti akan menyampaikan sesuatu.

"Xia Yi, ibu ingin segera menobatkanmu menjadi kaisar mulai besok. Kita tak boleh menunda nunda. Ibumu ini sudah lelah bertahun tahun menangani Kerajaan Ming." keluh ibu suri pada Xia Yi.

"Baiklah bu, ibu pasti puas. Ibu tinggal duduk manis saja menikmati tahun tahun ibu dengan bahagia. Serahkan semuanya padaku dan Xian Zhen." ujar Xia Yi sembari berdiri lalu berjalan keluar dari Aula Raksaksa.

"Anak baik." gumam Ibu suri seraya tersenyum lega.

"Para perdana menteri dan semua yang hadir. Siapkan penobatan putraku Xia Yi untuk menjadi kaisar besok malam. Dilanjutkan dengan pernikahan pangeran Xia Yi dengan Putri Xian Zhen dimalam kedua setelah penobatan Xia Yi." titah Ibu Suri

"Untuk pangeran ke dua Xuang Fei, anda akan dianugerahi gelar Kaisar Pengganti dikota besar kekuasaan kerajaan Ming, yaitu kota Ming Dong dan kota Ming Luan." seru ibu suri.

"Hamba berterimakasih atas keputusan ibu suri." seru Xuang Fei sembari sujud hormat kepada ibu suri.

"Hidup Yang Mulia Ibu Suri!!!"

"Hidup!!!"

"Hidup Yang Mulia Kaisar Xia Yi!!!"

"Hidup!!!"

"Hidup Yang Mulia Kaisar Pengganti Xuang Fei!!!"

"Hidup!!!"

Terdengar suara serentak dari kedua belas perdana menteri yang menyembah ibu suri sampai ke tanah. Terdengar juga sorakan gembira para warga kerajaan yang hadir.

Beruntung Selir Kaisar Hou hanya satu dan satunya lagi adalah Permaisuri Xu. Sehingga tak ada lagi ancaman untuk penobatan anak pertamanya itu. Tapi entah apa yang akan dilakukan Perdana Menteri Pei Qi, ayah kandung Xuang Fei itu setelah mendengar hal ini.

______________________________________________

Xia Yi berjalan menyusuri lorong kerajaan. Tiba-tiba langkah kakinya berhenti sejenak setelah tak sengaja melihat gadis yang ia cintai itu sedang duduk-duduk ditaman kerajaan di seberang tempat ia berada ini.

Xia Yi dengan cepat melangkahkan kakinya ke arah Xian Zhen itu.

"Xian Zhen..." panggil Xia Yi sembari duduk di sebelah Xian Zhen.

Suara Xia Yi itu membuyarkan pikiran Xian Zhen yang sedang merenung ria itu.

"Eh? Kau sudah kembali rupanya." sapa Xian Zhen.

"Kenapa disini? Bukannya tadi aku menyuruhmu untuk istirahat?" tanya Xia Yi sebal.

"Hmm aku sudah tidak apa-apa." jawab Xian Zhen singkat.

Xia Yi menatap gadisnya yang sepertinya pikirannya masih melayang kemana mana.

"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Xia Yi lembut.

"Aku tidak menyangka saja. Awalnya hidupku sangat tersiksa di tahun 2020. Sekarang aku sudah disini dengan banyak daiyang yang melayani dan sangat puas dicintai oleh seorang insan disini. Bersamamu." ujar Xian Zhen.

Matanya masih melihat lihat tanaman tanaman lebat nan indah di taman kerajaan itu. Udaranya sangat sejuk, suara gemercik air milik air mancur kerajaan sangat menenangkan pikirannya.

Xian Zhen baru kali ini dapat dimanjakan oleh alam. Baru kali ini ia dapat berfikir dengan sudut pandang yang berbeda. Xian Zhen merasa telah bebas dari tempurung yang hanya membuatnya berfikir sempit seperti : makan ; tidur ; mengerjakan PR ; sekolah ; dimarahi orang tua ; patah hati ; kembali ke rutinitas tidur dan begitu seterusnya.

"Ceritakan padaku duniamu sebelum kau ada disini..." ujar Xia Yi dengan penasaran.

Ia menyangga dagunya siap mendengarkan Xian Zhen.

"Kau tau? Semuanya harus kukerjakan sendiri disana. Menyapu, mengepel, mencuci baju, memasak, mengerjakan PR, dan lainnya. Sedangkan disini semuanya dikerjakan oleh para daiyang. Aku heran apa Tuhan ingin aku berlibur sejenak disini?" jelas Xian Zhen.

Xia Yi tampak memutar bola matanya untuk berfikir.

"Hmmm. Apa itu pemikiran rakyat jelata?" tanya balik Xia Yi.

Xian Zhen mendengus kesal.

"Hmh... Terserah. Mungkin memang begitu ya? Aku hanya seorang budak kehidupan di tahun 2020." keluh Xian Zhen.

"Kau tidak berlibur kan? Kau tidak boleh pergi dari sisiku. Aku juga berfikir mengenai masalah hidupku... Bukan hanya kamu." ujar Xia Yi.

"Apa?" tanya Xian Zhen.

"Aku terus berfikir bagaimana caranya menghentikan bunuh membunuh di dunia ini. Aku selalu dalam bahaya sejak kecil. Aku memang pangeran yang hidup mewah, tapi nyawaku dapat melayang kapan saja. Semua menginginkan posisiku." curhat Xia Yi.

Xian Zhen sejenak berfikir mencerna curhatan Xia Yi. Ia mengangguk-angguk mengerti. Sepertinya tak hanya seorang budak sekolah yang punya masalah. Seorang pangeran yang hidup mewah juga punya masalah.

"Begitu ya? Kau pasti sangat tertekan diumur yang sangat muda." kata Xian Zhen dengan wajah sok mengerti.

"Iya. Ibuku pernah bilang padaku dengan menangis saat aku hampir mati akibat sabotase warga kerajaan saat aku berumur 6 tahun. 'Andai ibu melahirkanmu sebagai rakyat jelata. Kita tak akan dalam bahaya.' " cerita Xia Yi.

"Jangan, jadi rakyat jelata, apa lagi jadi buruh sekolah itu sangat menyengsarakan." saran Xian Zhen.

"Haha. Intinya selama kita hidup kita harus berjuang hidup itu saja. Semua pasti punya tantangan dalam hidup." ujar Xia Yi menyimpulkan.

Xian Zhen tersenyum mendengar jawaban Xia Yi yang terdengar bijaksana itu lalu ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Xia Yi sembari menatap langit dan menikmati suasana damai sementara ini.

Like dan masukkan cerita ini dalam rak favorite kamu di NovelToon, dan jangan malas memberi semangat pada author lewat komentarmu~♡ Vote dari kamu juga sangat dinanti.

Kalau berkenan, baca juga novel kedua saya yang berjudul "Cinta Suci Seorang Selir", terimakasih.

Kalau berkenan, baca juga novel ketiga saya yang berjudul, "A Story Of Zhen Xi", terimakasih.

Dibawah ini adalah foto Xia Yi yang sangat serius tapi penyayang ituuu~