NovelToon NovelToon
Ellisa Mentari Salsabila

Ellisa Mentari Salsabila

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Pengganti / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:714
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Syukurlah kau sudah bangun,"

"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"

"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”

Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.

"Ha-- Hachiiih!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sam mendengus

"Es, gue harus pulang dulu buat ngabarin rumah," kata Sam sambil merapikan jasnya.

Esa memutar bola matanya, merasa aneh. "Kenapa nggak telepon aja? Kan lebih gampang."

Sam menghela napas panjang. "Elmira lagi di rumah gue. Dan lo tahu kan, rumah gue kayak apa? Nggak ada asisten rumah tangga atau siapa pun di sana."

Esa menatap Sam tajam. "Lo serius ninggalin Elmira sendirian di rumah?"

"Nggak sendirian. Dia sama seseorang," jawab Sam santai sambil mengambil kunci mobilnya.

"Siapa?"

"Nanti lo juga tahu," balas Sam sambil tersenyum samar.

Langit mulai gelap saat Sam dan Esa akhirnya duduk di dalam mobil. Suasana di jalanan masih cukup ramai, lampu-lampu kota berkilauan di kejauhan.

Sam fokus mengemudi sementara Esa bersandar malas di kursi penumpang, memainkan ponselnya.

Awalnya perjalanan mereka tampak lancar. Tapi begitu melewati jalan yang lebih sepi, deru mesin motor terdengar semakin keras di belakang mereka.

Beberapa detik kemudian, sekelompok geng motor muncul, melaju dengan ugal-ugalan di sekitar mobil Sam.

“Sial!” Sam mendengus panik, menggenggam kemudi lebih erat. “Kita bakalan kejebak di sini, Es.”

Esa menoleh ke belakang, melihat motor-motor itu semakin mendekat. “Tenang, gue telepon polisi sekarang,” katanya sambil mengambil ponselnya.

Salah satu anggota geng motor berteriak dari samping. “WOI! TURUN!” suaranya menggema di antara suara knalpot bising.

Sam mengabaikan teriakan itu dan terus melaju. Namun, seorang pengendara motor dengan kecepatan tinggi tiba-tiba melaju ke depan mobil dan memotong jalur.

Sam menginjak rem mendadak, membuat mobil berhenti dengan suara decitan tajam. “ASTAGA!” Esa terkejut.

Motor-motor lain segera mengepung mobil mereka. Lampu-lampu sorot dari motor menyilaukan mata. Salah satu pria bertubuh besar turun dari motornya dan mengetuk kaca mobil Sam dengan kasar.

“Keluar, sekarang!” teriak pria itu.

Sam menoleh ke Esa dengan rahang mengeras. “Lo cepetan telfon polisi. Gue yang urus ini.”

“Lo gila? Mereka nggak main-main, Sam!” Esa mencoba menahan lengan Sam, tapi Sam sudah membuka pintu mobilnya dan keluar.

Sam berdiri dengan tegap, menatap pria besar itu tanpa rasa takut. “Apa mau kalian?” tanyanya dingin.

Pria itu tersenyum miring, menunjukkan deretan giginya yang kuning. “Cuma sedikit uang bensin, Bos. Atau mungkin... sesuatu yang lebih berharga?” Dia melirik ke arah mobil dengan tatapan licik.

Sam mengepalkan tangan, “Denger, gue nggak ada waktu buat drama. Ambil ini, dan pergi.” Sam melemparkan dompetnya ke pria itu.

Pria itu tertawa kecil sambil menangkap dompet yang dilempar Sam. “Cerdas juga lo,” katanya sambil membuka dompet itu. Dia menoleh ke anggotanya dan memberi perintah dengan suara lantang, “Ambil juga mobilnya! Jangan biarkan mereka lolos!”

"Sialan!" Mendengar itu, Sam mengepalkan tinjunya, memasang kuda-kuda. “Lo mau masalah? Gue kasih masalah,” katanya dingin.

Salah satu anggota geng mendekat sambil memegang rantai besi, mengayunkannya ke arah Sam.

Sam berhasil menghindar, lalu melayangkan pukulan keras ke perut pria itu, membuatnya terhuyung mundur.

Namun, dua orang lainnya langsung menyerang dari sisi lain. Sam memutar tubuhnya cepat, menendang satu pria hingga jatuh, tapi yang lain berhasil melayangkan pukulan ke bahunya.

Esa, yang masih duduk di dalam mobil, melihat situasi semakin ricuh. “Sam?!” teriaknya sambil memegang ponsel.

“Jangan keluar, Es! Gue bisa urus ini!” balas Sam sambil menangkap tangan pria yang mencoba menyerangnya dengan tongkat, lalu memelintirnya hingga pria itu berteriak kesakitan.

Tapi jumlah mereka terlalu banyak. Salah satu dari geng itu berhasil menyelinap ke belakang Sam dan melayangkan pukulan keras ke sisi wajahnya.

"Arg!" Ujung bibir Sam mulai berdarah, matanya menatap tajam ke arah mereka. “Itu aja yang lo punya?” tantangnya sambil menyeka darah di bibirnya.

Keadaan semakin kacau. Sam terus bertarung dengan pria-pria itu, menghujani mereka dengan pukulan dan tendangan, meskipun dia mulai terlihat kelelahan.

Pria yang tadi memegang rantai besi kembali maju, mengayunkannya dengan lebih ganas. Esa datang dan memukulnya dari belakang.

"Duag!!"

“ASTAGA, HATI-HATI BEGO!” Sam berteriak karena pria itu terhuyung ke arahnya.

"Sorry, Sam."

Tiba-tiba, suara sirine polisi terdengar dari kejauhan, memecah kekacauan. Geng motor itu saling bertukar pandang dengan wajah panik. “Polisi! Cepat cabut!” teriak pemimpin mereka.

“Gue berhasil bawa polisi, kan?” gumam Esa menyeringai puas.

Pria-pria itu segera berlarian menuju motor masing-masing. Beberapa dari mereka bahkan meninggalkan barang-barang di tempat.

Dalam hitungan detik, mereka semua sudah melaju pergi, meninggalkan Sam berdiri di tengah jalan dengan napas terengah-engah.

Sam kembali masuk ke mobil, wajahnya tegang. Esa menatapnya dengan tatapan meledek. “Jadi, siapa yang lebih berguna disini?”

Sam hanya mendesah berat, menyalakan mesin mobil lagi. “Brengsek, lo. Tapi bagus juga.” Ujung bibirnya yang berdarah itu menyeringai sadis.

"Kita tim yang bagus, kan. Lo yang ngadepin mereka, gue yang manggil bala bantuan.”

Sam tersenyum tipis, lalu melajukan mobil mereka menuju rumah. "Ayo kita cepat, gue nggak mau ninggalin Elmira lebih lama lagi."

Malam semakin larut, Sam serta Esa akhirnya sampai di rumah. Suasana yang biasanya hangat kini terasa aneh, sangat sunyi.

Begitu memasuki ruang tengah, Sam langsung merasa ada yang tidak beres. Mainan Elmira berserakan di lantai, tampak seperti ada kekacauan yang tidak biasa.

"Astaga! Apa ada maling masuk?" tanya Esa, matanya berkeliling dengan curiga.

"Lo jangan ngada-ngada ya!" Sam menjawab cepat sambil memukul bahu sahabatnya, agak kesal tapi juga jadi cemas.

"Sakit woy!" Esa mengerutkan dahi.

Sam tidak menggubrisnya. Dia berjalan dengan hati-hati, matanya terus mencari-cari sambil memanggil dengan suara lembut. "Elmira..."

Tidak ada sahutan.

"Ellisa..." Panggilnya lagi, kali ini sedikit lebih cemas.

Tidak ada jawaban.

Esa yang mulai penasaran mendekat, mendengarkan dengan seksama. "Ellisa? Siapa itu?" gumamnya, berpikir sejenak, tetapi tidak berani bertanya lebih jauh.

Sam berjalan dengan cepat ke kamar, dan saat melihat pintu yang terbuka sedikit, cahaya kamar tampak menyilaukan dari dalam.

Perlahan dia mengintip ke dalam, dan di sana, terbaring dua gadis itu, Elmira dan Ellisa, tertidur dengan tenang di tempat tidur.

Jantung Sam hampir melompat keluar dari dadanya. Rasanya seolah-olah beban yang dipikulnya seharian tiba-tiba menghilang begitu saja.

Dengan napas yang ditahan, dia mengelus dadanya perlahan, merasa lega. "Fiuh, syukurlah..." bisiknya pelan, senyum tipis muncul di wajahnya.

Esa yang melihat perubahan ekspresi Sam, mengernyitkan dahi. “Lo khawatir banget, Sam. Gimana? Aman” tanyanya.

Sam hanya mengangguk sambil menatap kedua gadis itu dengan rasa sayang yang mendalam. "Mereka baik-baik aja," ujarnya, matanya tetap tak lepas dari Elmira dan Ellisa yang tertidur pulas.

Esa, yang sudah merasa agak canggung dengan suasana itu, akhirnya melipat tangan santai. "Trus, apa yang harus lo lakuin? Mereka udah pada tidur. Apa harus dibangunin dulu?" Tanyanya.

1
Serenarara
Tolong selametin Esa dok. Esa aset berharga bagi banyak wanita. /Whimper/
Serenarara
Nah loh, masih idup nggak tuh adiknya? Takutnya kalian santai-santai, jasad adiknya udah dikubur di belakang asrama lagi.../Scream/

BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/
Miu Nh.: lah, jadi horor donk kak ceritanya.

Itu sebenarnya adekny Kak Esa udh ada di dpn mata. Cuman, di depan mata siapa 🤭 coba tebak...

oke, aku meluncur ke Poppen~
total 1 replies
Serenarara
Salah bgt nyelesain masalah dengan maaf2an lbh dulu. Selesain dulu akar masalahnya, validasi mana yg benar, koreksi mana yg salah. kalo udah pada tau salahnya baru suruh minta maaf. kalo gini mah cm lama2in dendam doang.
Miu Nh.: Masalah dan kenakalan Alana masih belum bisa selesai. Kesalahan Sam krna dia lebih memilih jalur 'instan' itu dgn harapan tak ingin masalah itu terulang lagi.

Dan Sam tidak bisa dibenarkan disini. Bahkan Esa lebih membela Alana dn Alana juga gk mau disuruh minta maaf gitu doank.

Terima kasih kak udh mau kritis mengikuti cerita aku 🤗
total 1 replies
Tara
wah bisa menyusui tanpa punya suami dan masih perawan..mantap...itu keberuntungan atau kutukan...🤔🫣👏
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terimakasih bintangnya...
ugh, bagi Ellisa sendiri itu kutukan 🥲
total 1 replies
Bu Kus
kelebihan yang luar biasa
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terima kasih udah ngikutin cerita ini, semoga lanjut baca terus...
total 1 replies
Serenarara
Kok idenya unik.
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 semoga sukka...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!