Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada Artinya
Kehebohan tadi belum mereda, tapi itu tidak menganggu Qian. Lagipula, apa orang-orang yang bergosip itu akan mengingat wajahnya? Atau mereka akan menebak-nebak sambil bertanya kesana kemari. Itu sangat membuang-buang waktu. Qian mengitari istana ini ditemani oleh bibi pelayan nya.
"Bibi, apa bibi sudah selesai?" Bibi pelayan mengangguk, dia sudah bertekad tidak akan meninggalkan nona kecil nya.
"Memang Nona mau apa? Tuan Jenderal bilang jangan keluar dari istana Nona kecil." Ucap bibi mengingatkan.
"Aku tau, aku hanya mau berjalan-jalan disini. Istana nya indah bibi. Begitu juga dengan sekitarnya, sangat indah." Jelas Qian sembari matanya melihat keindahan tebing yang dikelilingi oleh warna hijau.
"Iya Nona." Bibi mengawasi Qian yang menikmati pemandangan. Dia sudah mendengar apa yang terjadi tadi pada nona kecil nya. Dan itu menjadi pelajaran untuk nya untuk semakin siaga menjaga nona Qian.
Qian berpindah ke tempat lainnya, dia menuju halaman istana. Terlihat prajurit berbaris rapi sesuai tempat mereka. Sesekali tumbuhan bunga menyapa Qian yang ia lewati.
Suara ringikan kuda mengalihkan perhatian Qian, gadis kecil itu langsung menuju sumber suara dengan cepat. Matanya terpaku melihat beberapa kuda sedang mengitari arena nya.
"Nona!" Bibi menyetarakan langkah kakinya, tubuh kecil itu begitu sigap.
"Ayah! Bibi, lihat! Ada ayah!" Ujar Qian sambil menunjuk ke arah ayahnya yang sedang menunggangi kuda dengan beberapa pria lain.
"Nona mau kemana?" Tanya bibi.
"Mau kesana, ketempat ayah!" Jawab Qian.
"Jangan nona, disana berbahaya. Sebaiknya kita ke taman saja ya."
"Tapi aku mau lihat..."
"Kita ke tempat lain saja Nona. Contohnya taman, di sana Nona akan bertemu teman baru." Jelas bibi seraya membujuk Qian.
Qian mengalah kali ini, tapi dia pasti akan masuk ke sana.
********************
Dan benar saja, Qian merasa bosan dengan tempat ini. Anak-anak perempuan seusia nya justru bergosip dan saling adu outfit.
"Apa kau tau, aku melihat pangeran tampan disini... Dia melihat ku juga."
"Benarkah?" Ujar lainnya.
"Iya, itu benar! Pasti itu karena hiasan rambut ku bewarna cerah ini, serta anting-anting nya. Cantik kan!" Ucapnya.
"Aku juga punya, ini dari perak. Kalian tau kan, kerajaan ku terkenal dengan kerajinan perak nya. Ini buatan khusus..."
Bibi mengamati Qian yang tidak begitu antusias dengan teman-teman sebaya nya. "Nona Qian, ada apa?"
"Tidak ada bi." Jawab Qian.
"Tapi nona Qian terlihat tidak senang. Apa ada yang menganggu Nona?" Qian menggeleng.
"Apa Nona mau ketempat lain?"
"Aku....."
"Hei, kau! Kau darimana?"
"Kau tuan putri kerajaan mana?" Entah mengapa kumpulan putri-putri rumpi itu mendekati Qian.
"Iya, kami baru melihat mu. Kau dari kerajaan mana? Apa kau putri seorang menteri? Atau kaisar?"
"Atau mungkin, putri dari keluarga kusir?"
"Aku dari kerajaan Xia." Jawab Qian.
"Apa kau putri kaisar disana?"
"Bukan." Jawab Qian.
"Ayah mu seorang menteri?" Tanya yang lain.
"Bukan." Jawab Qian.
"Jadi apa? Apa seorang kusir?"
"Bukan, ayahku seorang jenderal!" Jawab Qian, dia sudah muak berada disini.
"Jenderal? Kalau begitu kau punya keterampilan apa?"
"Menenun? Menjahit? Memasak atau berpuisi?" Tanyanya kembali.
"Kau bisa bersyair? Atau menari? Menyanyi?"
"Atau kaligrafi?" Tapi melihat Qian diam saja, anak-anak itu saling menatap.
"Nona, mereka bertanya." Ucap bibi pelayan dengan pelan.
"Kau tidak punya keahlian apapun?"
"Aku bisa memanah." Jawab Qian yang membuat mereka terkejut.
"Memanah?" Ucap mereka serempak.
"Yang benar saja, hanya karena kau putri seorang jenderal kau bisa memanah? Itu kan berat.... Jika kau tidak bisa apa-apa katakan saja, tidak perlu berbohong."
"Iya, itu benar."
"Bukan begitu, nona Qian....."
"Pelayan tidak boleh bicara ketika putri tuan mereka bicara!"
"Apa tidak ada aturan itu dikediaman mu?"
"Memang kenapa kalau bibi ku bicara. Itu bukan dari suara kalian bukan? Atau pita suara kalian?"
"Bibi? Kau memanggilnya bibi? Astaga, kau sungguhan putri seorang jenderal?"
"Tidak boleh akrab dengan pelayan. Apa kau tidak tau?"
"Mungkin kalian yang tidak tau. Pelayan yang kalian katakan itu nyatanya adalah sosok yang penting. Ibu kalian pasti menggunakan jasa mereka, memasak, mencuci dan mengasuh kalian."
"Tapi itu tugas mereka!"
"Lalu tugas ibu kalian apa?"
"Setidaknya hormati bibi pelayan. Karena dia lebih tua, apa kalian tidak diajarkan tentang itu? Di istana ataupun kerajaan kalian? Kalau kalian tidak diajari artinya keahlian kalian itu tidak ada artinya."
"Ayo bibi kita pergi." Ajak Qian.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏
ceritanya menarik ❤️❤️❤️❤️❤️
❤️❤️❤️❤️❤️❤️