NovelToon NovelToon
Menjemput Cahaya

Menjemput Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Sekuel dari cerita Jual Diri Demi Keluarga.

Setelah melewati masa kelam yang penuh luka, Santi memutuskan untuk meninggalkan hidup lamanya dan mencari jalan menuju ketenangan. Pesantren menjadi tempat persinggahannya, tempat di mana ia berharap bisa kembali kepada Tuhannya.

Diperjalanan hijrahnya, ia menemukan pasangan hidupnya. Seorang pria yang ia harapkan mampu membimbingnya, ternyata Allah hadirkan sebagai penghapus dosanya di masa lalu.



**"Menjemput Cahaya"** adalah kisah tentang perjalanan batin, pengampunan, dan pencarian cahaya hidup. Mampukah Santi menemukan kedamaian yang selama ini ia cari? Dan siapa pria yang menjadi jodohnya? Dan mengapa pria itu sebagai penghapus dosanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24_Kekhawatiran Seorang Ibu

"Kok bisa lama sekali kamu di pesantren Kiyai Nasir?" tanya Hana kepada Fahri.

Pagi ini, Fahri dan Hana duduk di taman rumah mereka, sambil menikmati segelas teh hangat.

Perlahan Fahri menyesap tehnya, kemudian menjawab pertanyaan ibunya, "kan Fahri sudah memberi tahu umi, kalau Kiyai Nasir meminta Fahri untuk menginap satu malam lagi di sana, Umi."

Hana melipat kedua tangannya di dada. Ada sesuatu yang sejak tadi mengusik pikirannya, "bukan karena Santi, kan?" tanyanya dengan nada yang lebih serius.

Fahri menatap ibunya dengan bingung, "Umi, umi kenapa sih akhir-akhir ini sensitif kepada Santi? Padahal awalnya umi tidak seperti ini. Lagipula, bukankah selama ini umi selalu mengajarkan agar Fahri selalu berbuat baik kepada siapa saja?" jawab Fahri dengan nada selembut-lembutnya, takut ibunya tersinggung hatinya.

Hana mendesah. Ia memang mengajarkan anaknya untuk menolong sesama, tetapi kali ini hatinya dipenuhi dengan kegelisahan, "ya, umi tahu itu. Tapi umi perhatikan perhatianmu kepada Santi berlebihan. Minggu lalu kamu bela-belain ke Pesantren Darul Hikam dengan perjalanan memakan waktu empat jam lebih demi adik-adiknya Santi, dan sekarang kamu juga bela-belain ke Pesantren Darussalam dengan perjalanan berjam-jam demi menjenguk Santi."

Fahri mengangkat bahu, "ya, terus masalahnya apa, Umi? Mereka itu sudah tidak punya ibu, ayahnya tidak jelas ke mana. Mereka tidak punya siapa-siapa lagi, Umi. Sebagai umat muslim yang baik, sudah sepatutnya kita membantu mereka. Kasihan mereka."

Hana terdiam sejenak. Ia tahu anaknya tidak salah. Ia hanya takut…

"Umi tidak melarang kamu membantu atau berbuat baik kepada Santi dan adik-adiknya. Kalau kamu mau membantu, cukup dengan menghubungi pengasuh pondok Darussalam dan Darul Hikam, dan transfer uang melalui mereka. Jadi kamu tidak perlu harus pergi ke sana langsung." katanya pelan, "Umi hanya takut kamu terlalu dekat dengannya. Umi takut kalau kamu malah jatuh hati kepadanya.

Fahri menghela napas panjang, lalu duduk di samping ibunya, "Umi…" katanya lembut, "kenapa umi bisa berpikiran seperti itu? Fahri hanya menganggap Santi sebagai saudara seiman. Fahri hanya kasihan kepadanya dan adik-adiknya. Tidak lebih, umi tidak perlu khawatir sampai sejauh itu." Fahri berusaha selembut mungkin.

Hana menatap wajah anaknya yang bersih dan teduh. Betapa ia menyayangi Fahri. Betapa ia ingin yang terbaik untuk anak laki-lakinya itu. Terlebih, Fahri adalah anak tunggalnya. Ia tidak mau, Fahri yang selama ini terjaga, mendapatkan wanita dengan masa lalu sekelam Santi.

"Kamu tahu kan sekelam apa masa lalu Santi?" ujar Hana, suaranya lebih rendah dari sebelumnya, "Umi tidak benci kepada Santi, Umi juga tidak merasa Santi itu derajatnya lebih rendah dari kita, hanya saja umi ingin agar kamu mendapatkan jodoh yang terjaga dan tidak memiliki masa lalu yang buruk. Sama seperti dirimu, yang selama ini terjaga dan tidak memiliki masa lalu buruk. Alias sekufu."

Fahri menatap ibunya dengan mata yang penuh pengertian. Ia tahu, ini bukan sekadar masalah Santi. Ini tentang kekhawatiran seorang ibu yang ingin anaknya mendapatkan pasangan hidup terbaik.

"Kamu sudah umi didik dengan baik," lanjut Hana, "Umi sekolahkan setinggi-tingginya. Tolong, jangan patahkan hati umi, Nak."

Fahri menggenggam tangan ibunya dengan lembut, "Umi tenang saja," katanya dengan suara yang meyakinkan, "itu tidak akan terjadi. Fahri murni menganggap Santi sebagai saudara seakidah, tidak lebih dari itu."

"Bagus kalau begitu Nak, umi senang mendengarnya," Hana tersenyum.

*****

Pagi ini, Adam memantau para santri/santriwati kebersihan lingkungan pesantren.

Viona adalah anak orang kaya, yang manja, jadi dia merasa sangat malas jika ada hari bersih-bersih seperti ini.

Jadi, dia duduk sambil melihat teman-temannya kebersihan.

"Ih, kesel banget lihat tuh anak," cicit Alea sambil melipat tangannya di dada. Matanya menatap tajam ke arah Viona yang duduk santai di teras kelas, seolah tak peduli dengan kerja keras teman-temannya.

"Siapa?" tanya Zahra, mengernyitkan dahi.

"Biasa, si Viona, males-malesan lagi," ucap Alea, nada suaranya penuh kejengkelan.

Santi, Fatimah, dan Zahra mengikuti arah pandang Alea. Di sana, Viona tampak santai, bersandar pada salah satu tiang sambil mengipasi wajahnya dengan buku tulis. Sesekali, ia mengangkat kaki dan menyilangkan pergelangan kakinya, benar-benar tidak peduli pada kewajiban kebersihan hari ini.

"Mentang-mentang anak orang kaya, banyak banget tingkahnya," celetuk Zahra dengan nada sinis.

"Kenapa enggak dilaporin aja sama Ustadzah?" tanya Santi polos.

Tiga temannya langsung bereaksi cepat.

"Eh, jangan!" seru Fatimah, Zahra, dan Alea hampir bersamaan.

Santi mengernyitkan kening, bingung dengan reaksi mereka yang berlebihan, "kenapa?" tanyanya lagi.

Fatimah mendekat dan menurunkan suaranya, "berurusan sama dia itu ribet. Orangnya toksik banget, pokoknya kamu nggak usah cari gara-gara sama dia," bisiknya pelan, seolah takut Viona mendengar.

"Bener, dia suka cari gara-gara," Alea menimpali dengan nada penuh kewaspadaan.

Santi terdiam, menyimpan informasi itu dalam pikirannya.

Sementara itu, di tengah kesibukan para santri, seorang laki-laki berperawakan tegap dengan wajah tenang datang memantau lingkungan. Langkahnya mantap, matanya tajam memperhatikan satu per satu santri yang sedang bekerja.

Ustadz Adam.

Sosok yang cukup dihormati di pesantren ini.

Tiba-tiba, suara seseorang memanggil dengan nada cukup keras.

"Viona, Ustadz!" seru Vivi dari kejauhan.

Viona yang semula asyik duduk-duduk langsung tersentak. Dengan gerakan cepat, ia meraih sapu yang tergeletak di dekatnya dan mulai menyapu tanah yang bahkan belum banyak kotoran.

Seolah-olah sudah bekerja sejak tadi.

"Assalamualaikum, Ustadz," sapanya dengan senyum manis begitu Adam melewati tempat mereka.

"Wa'alaikumussalam," sahut Adam datar. Sekilas, ia melirik area sekitar Viona. Matanya dengan cepat menangkap tanah yang masih kotor dan hanya sedikit tersapu. Namun, ia memilih untuk tidak berkomentar.

"Wah, rajin sekali kalian. Kapling yang tadinya berumput tinggi sekarang sudah bersih," ujarnya dengan nada memuji, meskipun ia tahu siapa yang benar-benar bekerja dan siapa yang hanya berpura-pura.

"Biasa saja, Ustadz," ucap Viona, menundukkan wajah, seolah malu-malu.

Namun, Adam tidak benar-benar memperhatikan Viona. Fokusnya bukan pada gadis itu. Ia sedang mencari seseorang.

Matanya menyapu area kebersihan, hingga akhirnya menemukan sosok yang dicarinya.

Santi.

Gadis itu tengah jongkok, sibuk mencabuti rumput liar. Gerakannya telaten, dan wajahnya penuh konsentrasi. Bahkan saat santri lain sudah mulai melambat, Santi masih tetap bekerja dengan sungguh-sungguh.

"Silakan lanjutkan kebersihannya," ujar Adam kepada Viona dan teman-temannya sebelum melangkah menuju kapling Santi dan teman-temannya.

"Baik, Ustadz," ucap Viona, dengan suara yang dibuat semanis mungkin.

Adam tak membalas lagi, ia terus berjalan sambil memperhatikan para santri laki-laki yang mengangkut sampah. Ia berhenti sejenak, lalu berteriak, "hei! Itu sampahnya jangan lupa langsung dibawa ke tempat pembakaran!"

Suara lantangnya mengejutkan para santri, termasuk Santi dan teman-temannya.

"Ustadz," bisik Zahra, mencuri pandang ke arah Adam.

"Sst! Kerja!" Alea menyikut lengannya pelan, mengingatkan agar tidak terlalu memperhatikan Adam.

Namun, Santi mulai merasa tidak nyaman. Ada firasat aneh dalam dirinya ketika menyadari bahwa Adam berdiri tepat di belakangnya.

Ia menelan ludah. Perasaan gelisah menyelimutinya.

Berusaha mengabaikan ketidaknyamanannya, Santi pun berinisiatif berpindah tempat. Ia berdiri, hendak melangkah ke area lain yang belum dibersihkan.

Namun, belum sempat ia melangkah, suara tegas Adam menghentikannya.

"Heh! Kamu mau ke mana?"

Langkah Santi terhenti. Dengan sedikit panik, ia menunduk.

"Maaf, Ustadz. Saya mau membersihkan area di sana, karena di sini sudah bersih," jawabnya dengan nada sopan.

Adam melirik tempat yang ditinggalkan Santi. Memang benar, area tersebut sudah bersih. Namun, itu bukan alasan utama ia memanggil gadis itu.

"Kamu ikut saya," ujar Adam, nadanya tak terbantah.

Santi menoleh dengan ragu. Begitu juga teman-temannya yang kini saling tatap dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Kemana, Ustadz?" tanyanya hati-hati.

Adam tidak langsung menjawab. Ia hanya memberi isyarat dengan dagunya.

"Sudah, tidak perlu banyak tanya. Ayo."

Santi menelan ludah. Mau tidak mau, ia harus menurut. Dengan langkah ragu, ia berjalan di belakang Adam, meninggalkan teman-temannya yang masih kebingungan.

Dari kejauhan, Viona melihat kejadian itu dengan rahang mengatup rapat.

"Itu kan santri baru itu?" ujar Vivi, suaranya penuh tanda tanya.

"Mau ke mana dia dengan Ustadz Adam?" timpal Syasa, ikut penasaran.

Viona menggertakkan giginya. Matanya menyipit penuh kebencian.

Tangannya mengepal erat.

Kenapa harus gadis itu?

Kenapa Ustadz Adam tiba-tiba memberi perhatian lebih pada gadis itu?

Apakah Santi berusaha mencari muka di depan Ustadz Adam?

Tidak. Viona tidak akan membiarkan itu terjadi.

Ia berjanji, Santi akan tahu tempatnya.

Dan dia, tidak akan tinggal diam.

1
Susi Akbarini
ya ampun sebenarnya Ros jga tahu Fahri...
tqpi kenapa ia cuek gtu..
apa yg membuatnya begitu..
atau emang orangnya gak mau gr..

klo gtu..
fahri harus swgera nembak.

biar Ros tau kalo fahri suka ama Ros..
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
laahhhh..
Fahri harusnya sat set cari no wa Ros..
bisa tanya Adam kan..
kenapa Ros punya firasat gak enak..
aoa dia jga ada rasa ama Fahri ...

klao iya..
kenapa kesannya dia cuek seolah gak ibgat mereka pernah temenan saat SMA..

Adam..
Adam..
kok gak muncul2..
kangen ini..
😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
waduhhh..

Adam amna Adam.

kok gak munvil..
kangen ini..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
ngaku aj Fahri klao Ros cinta pertama dan terakhirmu..
biar abi dan umimu pergi melamar Ros...
❤❤❤❤❤❤
0v¥
thor udah lama ngak up up
Susi Akbarini
jeng3..
klao sampai ketahuan gmna ya..
aoa mereka akan langsung dinikahkan?

apakah adam tidak kecewa saat tau santi gak perewan???
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
waaahh..

fahri bisa salah paham.

pasti ros yg dikira mau dijodohkan ama dia..
pasti fahri langsung terima..

atau ris yg akhirnya sadar ada rasa ke fahri saat tau fahri mau dijodihka ama sahabatnya...

penasarannn....
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kak...

kok lama gak up..
kangen ama adam dan santi...
❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalao suka halalin aja..
jgn asal nyosor..
bahaya donk..
kan udah jadi ustad..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
sayang di pesantren gak ada cctv..

myngkin saja ada yg lihat mereka lagi ambil vairan pel atau saat nuang di lantai..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalo suka ama santi..
halalin aja.

😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
adam terciduk..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
bakal ketahuan ga ya.....
Lianali
cerita yang penuh makna.
Susi Akbarini
Adam ..
dingin..
menghanyutkan..

❤❤❤❤❤❤😉
Susi Akbarini
sebagai mantan penikmat wanita.

pasti Adam.paham Santi punya daya tarik pemikat..

mudah2an..
Adam.mau halalin Santi lebih dulu...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
oalah..
mudah2an karena sama2 pendosa..
jadi sama2 mau neryonat dan menyayangi..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
tatapan Adam seperti menginginkan Santi..
Santi jadi gak kuat..
😀😀😀❤😉❤
Susi Akbarini
mungkin Adam ada rasa ama Santi.

atau jgn2 Dam pernah tau Santi sblm mereka ktmu di bus.

mungkinkah hanya Adam yg tulus mau nikahi Santi..
mengingat ibu Adam kan udah meninggal.. .
jadi gak ada yg ngelarang seperti ibu Fahri..
❤❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
ada yang panas nih.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!