NovelToon NovelToon
Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Valdris Academy : Rise Of The Fallen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Teen School/College / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Akademi Valdris. Medan perang bagi calon jenderal, penasihat, dan penguasa.

Selene d’Aragon melangkah santai ke gerbang, hingga sekelompok murid menghadangnya.

"Kau pikir tempat ini untuk orang sepertimu?"

Selene tersenyum. Manis. Lalu tinjunya melayang. Satu tumbang, dua jatuh, jeritan kesakitan menggema.

Ia menepis debu, menatap gerbang Valdris dengan mata berkilat.

"Sudah lama... tempat ini belum berubah."

Lalu ia melangkah masuk. Jika Valdris masih sama, maka sekali lagi, ia akan menaklukkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#33 : Konfrontasi???

Aula istana berpendar dalam cahaya keemasan. Lampu gantung raksasa bergoyang pelan, lilin-lilin tinggi memancarkan cahaya lembut, menciptakan bayangan yang menari di atas marmer mengilap. Para tamu berbicara dalam bisikan dan lirikan tajam, topeng kesopanan mereka tetap terjaga meski atmosfer dipenuhi dengan ketegangan terselubung.

Namun, di antara sekian banyak bangsawan yang hadir, hanya satu sosok yang menyedot perhatian lebih dari yang lain—Selene.

Gaunnya berwarna putih, tidak berlebihan, tetapi cukup untuk menarik mata. Sederhana, namun jatuh sempurna di tubuhnya, membingkai sosoknya dengan anggun. Tatapannya tenang, nyaris acuh, meski ia sadar betul betapa banyaknya mata yang mengawasi setiap gerakannya.

Di sisinya, Regis berdiri dengan sikap santai, satu tangan memegang gelas anggur, satu lagi tersampir ringan di belakang. Ia tak banyak berbicara, tetapi matanya—waspada, tajam, dan sedikit terlalu penuh perhitungan—mengamati ruangan dengan ketelitian seorang pria yang tahu betul bahwa malam ini bukan sekadar perjamuan biasa.

Dari kursinya di ujung aula, Kaisar Magnus memperhatikan mereka, bibirnya melengkung samar. Ia mengetuk pinggiran gelas anggurnya dengan jari, lalu berkata dengan nada malas yang hampir seperti gumaman,

"Aku tak pernah menyangka kau menikmati perhatian seperti ini, Selene."

Selene melirik ke arahnya, tersenyum tipis. "Bukan aku yang mencarinya, Yang Mulia. Terkadang, perhatian datang dengan sendirinya."

Magnus mendengus kecil. Ia mengangkat gelasnya, seakan mengakui ketepatan jawaban itu. "Peringatanmu tentang Ravenhollow ternyata berharga. Aku bisa mencegah para bangsawan serakah itu mempermainkan kota itu untuk keuntungan mereka."

Selene hanya mengangkat bahu ringan. "Itu hanya bagian dari tugasku."

Magnus menatapnya sejenak, lalu beralih pada Regis, matanya menyipit sedikit, nyaris jenaka.

"Regis." Nada suaranya santai, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang terlalu disengaja. "Tidak biasanya kau menghadiri acara seperti ini."

Regis tetap diam, hanya menyesap anggurnya dengan tenang.

Magnus mengangkat alis, lalu menyandarkan diri ke kursinya. "Jangan bilang kau tertarik pada Selene?" Senyum kecilnya muncul. "Dia masih terlalu muda untukmu."

Selene nyaris tersedak minumannya. Ia menoleh cepat ke arah Regis, berharap melihat reaksi yang pantas—kejutan, mungkin, atau bahkan rasa malu. Tetapi pria itu hanya menatap Magnus, tenang, tak sedikit pun terusik.

Dan justru itu yang membuatnya lebih tidak nyaman.

Ia menatap Regis lebih lama. Tidak, ini bukan anak laki-laki yang dulu mengikutinya dengan langkah kecil. Ini adalah pria dewasa—diam, penuh kendali, dan yang lebih buruk lagi, sulit ditebak.

Seakan merasakan tatapannya, Regis akhirnya menoleh. Mata mereka bertemu. Dan dalam sekejap, sesuatu yang aneh menyelinap ke dalam dada Selene—sebuah ketidakpastian yang tak ia kehendaki.

Jangan bilang pria ini benar-benar jatuh cinta padanya.

Magnus, yang sedari tadi mengamati mereka, hanya menghela napas panjang. Seolah berbicara pada seseorang yang tak ada di sana, ia bergumam, "Gideon, cepatlah kembali..."

Sesaat kemudian, Selene berpamitan. Kaisar ingin berbicara lebih jauh dengan Regis secara pribadi.

Namun, di tempat lain, drama lain telah menunggunya.

***

Keluar dari aula, Selene hampir langsung dihadang oleh Lucian, yang bersandar santai di pilar, seringainya tidak berubah sejak terakhir kali mereka bertemu.

"Jadi kau benar-benar tahu cara menjadi pusat perhatian, hm?"

Selene tersenyum manis, tetapi matanya tetap dingin. "Aku bahkan tak perlu berusaha."

Lucian tertawa kecil, lalu menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijabarkan—setengah mencemooh, setengah menilai. "Kau harus hati-hati. Seorang wanita yang terlalu menonjol di dalam istana bisa menjadi ancaman."

Selene menatapnya balik, suaranya lembut tetapi menusuk. "Ancaman bagi siapa?"

Lucian mendengus kecil. "Banyak orang."

Di samping mereka, Damien hanya berdiri diam. Matanya mengamati Selene dengan tatapan yang sulit ditebak—tidak cukup terbuka untuk disebut tertarik, tetapi tidak cukup dingin untuk dianggap netral.

Selene menghela napas. Ia menyipitkan mata, lalu menyeringai. "Jangan bilang kau jatuh cinta padaku?" Suaranya nyaris mengejek. "Atau kau butuh aku menghajarmu agar sadar kembali?"

Damien hanya tersenyum tipis. "Mungkin aku tidak keberatan."

Sebelum Selene sempat menanggapi, sebuah suara lembut memotong.

"Selene."

Ia menoleh.

Di sana, berdiri Emilia.

Aula pesta masih dipenuhi tawa dan denting gelas kristal. Musik mengalun lembut, dan para bangsawan sibuk berbisik.

Emilia melangkah mendekat, senyumnya manis tetapi palsu. "Kau benar-benar memiliki bakat dalam menarik perhatian."

Selene tidak menoleh, hanya tersenyum kecil. "Kau juga. Sayangnya, bukan perhatian yang baik."

Mata Emilia berkilat. "Lucu. Mengingat kau hanya seorang anak buangan yang beruntung bisa berdiri di sini."

Selene akhirnya menoleh. "Oh? kau terdengar seperti seseorang yang sangat ingin membuktikan tempatnya."

Emilia mendekat, suaranya rendah. "Kau tahu, aku hanya ingin memastikan kau merasa nyaman. Akan sangat buruk jika sesuatu terjadi padamu malam ini."

"Terimakasih, tapi aku tidak perlu keramahan palsu." jelas Selene sambil mengambil gelas anggur dari nampan pelayan yang baru saja lewat. Dia berjalan menjauh dari Emilia, duduk di meja yang cukup tenang disudut aula.

Emilia mengepalkan tangannya, sementara Vivianne berjalan melewatinya, sengaja menahan tawanya, "Pfft..."

Emilia hanya meliriknya sekilas, lalu pandangannya beralih ke Selene yang duduk dimeja dengan tenang.

"Selene d'Aragon...!!!"

1
sasa adzka
Luar biasa
sasa adzka
Lumayan
Nurhasaah
bagus banget karya mu thor jalan cerita dan penataan kata per kata nya sangat rapih jdi para pembaca bs dapet feel nya .. semangat thor semoga cerita ini bs di lanjut lagi
Ita Xiaomi
Emak yg sangat menyayangi anaknya. Tetap ditimang meski dah tuir😁
Aulia
thor bagusss bangettt ceritanya, wow kagum sama alurnya beda dari yang lain.
Seojinni_: Wah makasih kak 😍
total 1 replies
Ita Xiaomi
Magnus itu adik yg baik menurutmu lg ngapain tuh?
Seojinni_: Magnus gak sadar adeknya begitu 😅
total 1 replies
Ita Xiaomi
Apakah Selena akan membantu Selina?
Seojinni_: Ya, nanti dia bantu Selina buat balas dendam 😎
total 1 replies
Ita Xiaomi
Nanamnya jgn ditepi jurang😁
Ita Xiaomi
Berasa nak nulis skripsi pula aku.
Ita Xiaomi
Aku suka penulisan kalimat-kalimatnya.
Seojinni_: terimakasih 😍
total 1 replies
Ita Xiaomi
Seram ndak tuh anggota kelompok sang pangeran 😁
Yunita Widiastuti
nexxxt
Yunita Widiastuti
keren
Yunita Widiastuti
🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀🐀
Yunita Widiastuti
🎂🎂
Yunita Widiastuti
nyawa dibalas nyawa
Yunita Widiastuti
kutu busuk dilenyapkan ..
Yunita Widiastuti
sedulure yg ilang po
Yunita Widiastuti
selene 2 the power
Yunita Widiastuti
tarung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!