Dea sudah menjadi sekretaris dan simpanan Arden Harwell selama 2 tahun. Disaat Arden akan menikah dengan wanita pilihan keluarga nya Dea memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka.
Membuatnya dan Arden menjadi mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 - Perdebatan
Jam 10 malam Arden sampai di kediaman keluarga Harwell dengan wajahnya yang terlihat dingin dan rahang mengeras. Tatapan pun mengisyaratkan kemarahan.
Sontak saja membuat beberapa pelayan yang menyambutnya merasa takut.
Silvana, Arneta dan Arsila sudah beristirahat di kamar nereka masing-masing. Dan Arden langsung melangkahkan kakinya menuju kamar sang ibu.
Mengetuk pintu kamar Silvana dengan tergesa.
Tok Tok tok!
Tok tok Tok!
"Ma, buka pintunya!"
Di dalam sana Silvana terperanjat, baru saja dia memejamkan mata dan kini ada yang menganggu. Silvana bukan marah, malah bingung mendengar suara Arden diluar sana. Dia sangat menghapal suara anaknya.
"Tunggu Ar!" sahut Silvana, dia segera turun dari atas ranjang dan bergegas membuka pintu.
"Ar?"
"Berikan ponsel Mama."
"Apa maksudmu?"
Tapi Arden yang sudah kacau tidak mengindahkan pertanyaan ibunya itu, dia menerobos masuk ke dalam kamar sang ibu dan mencari keberadaan ponsel Silvana. Hingga terlihat olehnya ponsel itu diatas nakas.
Seketika Silvana mendelik, telepon dan pesannya pada Dea belum dihapus.
"Jangan Ar! kebalikan ponsel Mama!" pekik Silvana, namun terlambat ponsel itu kini sudah berada di tangan Arden.
"Kembalikan Ar!" Silvana coba merebut. Namun Arden mengangkat tangannya tinggi hingga Silvana tidak menjangkau itu.
"Sekarang katakan, apa mama menemui Dea dibelakangku?"
"Apa wanita itu yang mengatakannya padamu? hah?!" pekik Silvana, jika sudah membawa nama Dea diantara mereka Silvana sungguh benci. Dia belum tahu jika Dea sudah pergi, yang Silvana yakini adalah Dea mengadu pada Arden tentang pertemuannya kemarin dengan Dea, itulah kenapa kini Arden datang dengan marah-marah.
"Katakan Ma! Apa mama menemui Dea?"
"Ya! mama menemui Dea!"
Perdebatan kedua orang itu sampai terdengar oleh Arneta dan Arsila, kedua gadis ini pun langsung berlari menuju kamar sang ibu. Alangkah teekenitmya mereka ketika melihat ibu dan kakaknya bertengkar.
"Ma!" "Abang." teriak keduanya bersamaan, Arneta dan Arsila melerai mereka berdua.
Arneta memegangi ibunya dan Arsila memeluk sang kakak.
"Apa yang mama katakan pada Dea?" tanya Arden, kini suaranya mulai pelan, namun terdengar begitu dingin.
Sementara Silvana malah terkekeh, sungguh dia tidak menyangka Arden akan bertindak sejauh ini. Hanya karena wanita simpanan itu Arden sampai berani bersitegang dengannya.
Dan tawa Silvana itu membuat Arneta tak nyaman, pasalnya sang kakak benar-benar menunggu jawaban ibunya.
"Jawablah Ma, apa yang Mama katakan pada kak Dea," ucap Arneta, dia dan Arsila belum tahu apa yang terjadi, mereka pun sedang mencoba untuk memahami.
"Mama mengatakan tentang merestui hubungan kalian, hanya itu, kenapa memangnya? apa yang dia adukan padamu? hah?"
"Mama jangan bohong, sekecil apapun kebohongan pasti suatu saat nanti akan terkuak."
"Kenapa kamu menyudutkan Mama? sebenarnya apa yang Dea katakan padamu Hah?!" Silvana mulai geram, Arden benar-benar lebih membela Dea dibanding dia.
"Mama hanya ingin membuat Dea pantas bersanding denganmu! Apa itu salah!"
"Harusnya kamu mengerti posisi Mama Ar?! bukannya terus membela wanita itu! yang ada dia akan semakin besar kepala!"
"Ma tenanglah."
"Diam kamu!" Bentak Silvana pula pada Arneta, dia bahkan menepis tangan Arneta yang menyentuh lengannya.
"Kalian bertiga sama saja! tidak ada yang mengerti Mama!"
"Apa yang Dea katakan! hah? apa Dea mengatakan jika mama tidak mau menerima keluarganya? itu memang benar! Mama meminta dia untuk tidak menganggap keluarganya ada! karena keluarga dia hanya akan membuat Mama MALU!"
Brak! Arden langsung melempar ponsel ibunya kuat ke lantai hingga ponsel itu hancur berkeping-keping. Arsila pun semakin memeluk erat tubuh kakaknya dengan kedua mata yang mulai menangis.
Pertengkarran hebat ini menciptakan luka untuk semua orang.