NovelToon NovelToon
Possessive Leader

Possessive Leader

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Perjodohan / Cintamanis / Kehidupan di Kantor
Popularitas:20.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Net Profit

📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂

Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.


"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."

"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.

"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kontrak

"Selamat pagi dunia tipu-tipu." Ucap Jesi begitu masuk ke dalam ruang kerja. Pagi ini dia datang paling terakhir, tapi tak kena tegur karena jam kerja baru akan dimulai lima menit lagi.

Semua menjawab sapaannya dengan ramah, kecuali Mba Dina yang tampak tak peduli.

"Pagi Mba Siska." Sapanya pada senior yang duduk di sampingnya.

"Pagi juga..."

Jesi meletakan tas yang ia bawa kemudian mengeluarkan kopi sachet seribuan yang ia bawa dari kosan. Mengambil cangkir bergambar karakter BTS unyu yang sejak awal magang ia bawa sebagai penyemangat.

"Biar good day kita minum good day dulu." Ucapnya setelah membuat kopi rasa vanila latte kesukaannya.

"Mba-mba yang lain ada yang mau juga nggak nih? Biar aku buatin." Tawarnya.

"Nggak usah. Nanti kita bisa bikin sendiri." Ucap Mba Iis.

"Okelah."

"Mba Dina barang kali mau?" Ulangnya karena sedari tadi wanita itu selalu diam.

"Nggak perlu. Kamu cukup kerja yang bener aja supaya nggak bikin masalah udah sangat-sangat membantu saya." Jawabnya ketus.

"Ini perjanjian kerjasama yang akan di tandatangani nanti siang. Saya sudah memeriksa keuangannya, ada beberapa perubahan dan sudah saya perbaiki." Dina memberikan dokumen yang sudah di corat coret hasil revisinya pada Jesi.

"Kamu baca terus ketik ulang perbaikannya. Soft filenya masih ada kan yang kemarin saya share di email?"

Jesi membuka lembaran kertas yang tak terlalu tebal itu. Berisi poin-poin dari mulai identitas pihak-pihak yang melakukan kerjasama, kewajiban dan hak setiap pihak, anggaran biaya, hingga sanksi yang berlaku.

"Iya, Mba. Masih ada." Jawab Jesi yang masih membaca poin-poin dari perjanjian.

Dina beranjak dari duduknya dan berdiri di belakang Jesi.

"Terutama bagian keuangan yang ini kamu harus teliti, jangan sampai salah ketik. Hitung jumlah nol nya dengan benar. Pastikan tidak salah dalam mencantumkan nominal." Dina menunjuk bagian anggaran biaya yang berisi nilai kontrak hingga rencana penggunaan biaya yang sudah banyak coretan.

"Iya, mba."

"Ingat harus teliti, jangan sampai salah. Kamu tau sendiri kan akibatnya kalo akuntan salah menulis nominal. Selisih satu digit saja bisa fatal akibatnya." Ulang Dina mengingatkan.

"Iya, Mba. Siap. Aku akan lebih teliti lagi. Maaf kemarin-kemarin sering bikin mba emosi gara-gara pekerjaan aku yang hasilnya nggak maksimal."

"Iya. Saya maafkan, tapi kalo kali ini ada yang salah lagi saya nggak bisa ngasih toleransi."

"Iya, Mba."

Jesi mulai mengerjakan tugasnya, kali ini dengan benar-benar teliti. Ia bahkan memeriksa berulang kali sebelum dokumen itu di cetak.

"Perlu bantuan nggak, Jes?" Tanya Dini.

"Nggak, Din. Makasih. Ini udah tinggal cetak kok. Kamu istirahat duluan aja nggak usah nungguin aku. Nanti aku nyusul."

Saat yang lain kembali setelah istirahat, Jesi baru menyelesaikan pekerjaannya. Dia menyerahkan dokumen kerjasama itu pada Dina.

"Udah selesai Mba. Aku jamin kali ini nggak ada kesalahan deh. Udah bolak balik aku cek."

"Iya. Kamu boleh istirahat sana. Dari tadi belum istirahat kan?" Jesi mengangguk.

"Istirahat tiga puluh menit buat kamu." Imbuhnya.

"Tapi kan sekarang waktu istirahatnya udah abis, Mba?" Ucap Jesi.

"Nggak apa-apa. Istirahat dulu aja sana, Jes. Kita tim keuangan emang suka fleksibel gini. Ada kalanya bisa istirahat tepat waktu, rada molor, kadang nggak istirahat. Karena kami tadi belum istirahat dan pekerjaan lain buat kamu juga belum ada. Jadi sana istirahat dulu." Timpal Mba Siska.

"Oh gitu. Oke deh aku istirahat dulu, mau makan. Kasihan ini cacing udah pada demo dari tadi." Pamitnya kemudian pergi ke kantin.

Setelah makan siomay di kantin, Jesi kembali ke ruangan dengan masih menyedot susu kotak rasa vanila di tangan kanannya.

"Jesi!" Teriak manager begitu Jesi masuk ke dalam ruangan.

Sedotan di bibir mungilnya langsung di lepaskan. Di lihatnya semua anggota divisi yang menunduk frustasi. Dini yang hanya diam menatapnya kemudian menggeleng.

"Sini kamu!" Panggil manager keuangan dengan suara tinggi hingga Jesi kaget.

Jesi menghampiri meja manager, di depan manager ada Mba Dina yang berdiri dengan wajah menunduk. Mendapati Jesi berdiri di sampingnya, Dina langsung menatapnya dengan penuh intimidasi.

"Kamu bener-bener nggak bisa diandalkan, Jesi!" Ucapnya lirih.

"Maksud Mba apa?" Tanya Jesi.

"Diam kalian!" Manager di depan mereka melempar dokumen yang Jesi cetak tadi.

"Lihat hasil kerja kalian! Kalo seperti ini siapa yang akan tanggungjawab hah?" Bentaknya lagi.

"Apa ada yang salah sama isi kontraknya pak?" Tanya Jesi.

"Pake tanya lagi kamu tuh! Kalo nggak ada yang salah nggak mungkin kita di panggil kesini." Kali ini Dina ikut membentaknya.

"Saya kan sudah berulang kali peringatin kamu supaya teliti. Tapi lihat ini! Nol nya kurang satu!" Dina menunjuk nominal kerjasama.

"Sudah-sudah sekarang siapa yang akan tanggung jawab? Pak Darmawan sekarang sedang rapat penandatangan kontrak ini. Perusahaan bisa rugi kalo sampai ditandatangani."

"Dina, kamu pergi ke ruang rapat sekarang dan segera ganti dokumen kontraknya sama yang sudah diperbaiki."

"Siska bawakan kesini kontrak yang sudah di revisi." Teriak manager lagi.

"Cepat!" Ulangnya lagi.

"Nih anterin ke sana dan jelaskan ada kesalahan nominal. Semoga pak Darmawan belum tanda tangan kontraknya." Ucap manager memberikan dokumen pada Dina.

"Kamu yang pergi ke sana. Nih bawa id card saya supaya diijinkan masuk ruang rapat. Kamu yang bikin ulah, kamu juga yang harus tanggungjawab. Saya sudah bosan kena tegur gara-gara kesalahan kamu." Ucap Dina ketus.

"Sudah jangan berdebat. Salah satu dari kalian pergi kesana cepat." Perintah manager.

"Lantai tujuh, ruangan kedua samping lift." Ucap Dina.

"Buruan pergi! Malah bengong lagi." Sentaknya.

Jika boleh jujur, Jesi sudah hampir menangis. Dibentak seperti ini benar-benar membuatnya terluka. Selama dua puluh tahun ia hidup belum pernah sekalipun ia di bentak. Kedua orang tuanya selalu bicara dengan lembut. Tapi demi berusaha profesional Jesi menahan diri untuk menangis meski matanya sudah berkaca-kaca.

Menunggu lift yang tak kunjung terbuka, sekarang Jesi kembali mengulang insiden berlari menapaki setiap anak tangga seperti saat pertama ia masuk. Bahkan kali ini ia harus berlari melewati empat lantai. Dari lantai tiga ke lantai tujuh. Bukan main, tiba di lantai tujuh keringatnya sudah bercucuran dengan rambut tergerai yang berantakan karena di bawa lari.

Dengan nafas yang terengah-enggah Jesi tanpa permisi langsung masuk ke ruang rapat.

"Pak jangan di tandatangan dulu!" Teriaknya begitu masuk ke dalam ruangan. Semua orang di dalam ruangan beralih menatapnya. Di depan sana terlihat Rama yang baru saja selesai menjabat tangan rekan bisnisnya pertanda kesepakatan kontrak sudah deal.

"Heh Aqua gelas ngapain lo matung di situ?" Raka manarik Jesi supaya duduk di kursi yang kosong.

"Abis maraton, lo? Sampe keringetan gitu." Imbuhnya.

"Kontraknya kak?" Tanya Jesi lirih.

"Udah deal dong. Tuh si Karam udah jabat tangan. Udah tanda tangan juga. Beres."

"Astaga naga dragonball. Mampus udah gue. Auto kena semprot lagi ini mah." Batin Jesi.

1
Markonah Salim
aku jd ilfeel klo gni ah. gk jd terharu krn kasus nikah. ini hl sakral kok jd mainan. tau sekolah jas jus
destiana
Luar biasa
Khairul Azam
itu nanti si rama di rumah gak makan 🤣🤣🤣
Khairul Azam
didunia nyata mumet, baca novel ini jd menghibur ketawa aja 🤭🤭
Khairul Azam
itu bapaknya jas jus yg mau ditemuin 🤣🤣🤣
irma hidayat
zydan nya juga nyuruh aborsi biarkan dulu nginap diprodeo
irma hidayat
good ayah burhan
irma hidayat
makanya hidup tuh jangan jahat Dina,raya yg dituai psti sesuai perbuatan
Khairul Azam
aku lagi maskeran, baca ini langsungvretak maskerku 🤣🤣🤣
irma hidayat
hamil kayanya jasjus
Khairul Azam
itu emang disengaja jes sama ayah km, 😅😅😅
irma hidayat
ayo Jes upload aja buku nikahnya biar mereka shok
Khairul Azam
udah bener bapaknya membatasi uang jajan anaknya, anaknya dimanfaatin
endang nastusil
Luar biasa
Reni Reni
Kecewa
Reni Reni
Buruk
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
irma hidayat
Shok jasjus saat tau calon suaminya
irma hidayat
bikin hati jadi nano nano puny asisten kaya jasjus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!