Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
"Aku mulai kesal dengan sipir-sipir bangsat itu" ucap nya lirih kepada sesama teman napi yang ada di samping nya. Napi itu hanya sedikit menoleh ke wajah nya sesaat.
"Ingin sekali ku bunuh mereka" sambung nya dengan perasaan jengkel dan bernada lirih.
"Percuma, mereka kuat, kita lemah" jawab nya lirih, sambil kedua tangan napi tersebut tetap bekerja dan tidak saling berpandangan supaya tidak mengundang kecurigaan para sipir penjara yang mengawasi nya dari jauh.
"Tolong bantu aku" pinta nya meminta bantuan Prapto untuk mengangkat penutup selokan yang terbuat dari lembaran cor semen yang lumayan tebal dan panjang
"Uugh" mereka mengangkat bersamaan berhadap-hadapan.
"Hahh !!!!" Teriak shock Prapto, di sertai kedua mata nya membelalak takut.
"Pesssssttttt" teman nya langsung ngasih kode suara untuk tidak usah teriak.
"I ini jari jari kaki dan telapak tangan kenapa bisa ngumpul di sini?" Tanya Prapto ketakutan di sertai hawa merinding
Dia mencoba mengalihkan pandangan lain karena tidak kuat melihat pemandangan yang mengerikan dan menjijikan itu. Potongan jari-jari kaki dan telapak tangan tersebut sebagian sudah mulai berbelatung.
"Hooeeeek !!! Hoeeeek!!" Prapto pun tak tahan dengan bau busuk yang keluar dari potongan-potongan tubuh manusia yang sudah mulai membusuk itu.
"Minggir kau, biar aku yang memasukkan nya ke kantong sampah" perintah teman nya yang sudah mendekam 10 tahun di penjara tersebut
Ia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu, jadi dia sudah tidak kaget. Prapto pun langsung menyingkir menjauh dari nya.
"Penjara apa ini? mengerikan sekali !" Gumam nya dengan nafas cepat dan dangkal, karena panik dan takut sambil duduk seiza ( duduk nya khas orang jepang) dengan kepala tertunduk ke bawah.
"Hey! Bantu aku menutup nya kembali" pinta nya sambil menyingkirkan kantong sampah yang sudah terikat erat.
Prapto pun beranjak dari duduk nya dan menghampiri nya.
"Inilah kelakuan mereka" ucap nya lirih penuh emosional, ekspresi wajah nya menunjukan marah dan sedih serta berusaha membendung kesedihan nya itu.
"Sungguh keji mereka" balas Prapto dengan perasaan emosional juga, sambil tangan mereka tetap sibuk membetulkan tutup selokan itu dengan posisi mereka saling berhadap-hadapan.
"Bagaimana kalau kita kabur dari sini?" Ajak nya lirih sambil mencondongkan badan nya ke arah napi bermata satu itu dan sesekali matanya melirik ke sekitar memastikan tidak ada sipir yang ada di dekat nya.
"Percuma" jawab nya pesimis
"Kau lihat mata ku ini?" Ucap nya
Ibu jari dan jari telunjuk kiri nya mengangkat dan menekan kelopak mata kiri nya sehingga nampak jelas mata sebelah kirinya bolong, tidak ada lagi bola mata nya. Prapto yang melihat lobang mata menganga di depan nya, ekspresi wajah nya langsung merinding.
"Aku pernah mencoba kabur dari penjara mengerikan ini, tapi gagal" ucap nya sedih sambil kepala nya tertunduk.
"Mereka mencongkel bola mataku, tanpa obat bius sama sekali" sambung nya dengan ekspresi wajah sedih dan marah
Ia mencoba menyembunyikan kesedihan nya itu dengan cara menundukkan kepala nya dalam-dalam, karena kejadian mengerikan yang menimpa dirinya sembilan tahun yang lalu.
Muncul lagi di otak nya, yang sesungguhnya ingin ia lupakan. Karena tiap kali teringat, rasanya marah sekali dan sedih sekali kehilangan satu bola matanya, yang dengan sengaja di congkel.
"Prapto !!!!" Tiba-tiba dari arah samping kiri suara sipir membentak memanggil nama nya.