Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Daisy membantu Sweet memakai selimut, "istirahatlah, aku tahu sejak tadi malam kau tidak tidur. Tempat ini memang tidak nyaman, tapi kau harus terbiasa. Hidup kita tidak semudah meneguk air putih."
Sweet menatap dalam netra milik Daisy. "Terima kasih, kau sudah mau menjadi temanku."
"Jangan banyak bicara, luka di bibirmu akan semakin lebar." Daisy memberikan senyuman termanisnya. Sweet mengangguk, perlahan matanya terpejam. Rasa lelah benar-benar membuat Sweet menyerah untuk hari ini.
Daisy keluar saat Sweet sudah benar-benar tertidur. Gadis itu menutup pintu perlahan agar tak mengganggu Nyonya besarnya. Daisy terhenyak saat melihat Alex sudah berdiri di sana. Sontak Daisy pun langsung membungkuk.
"Pergilah, katakan pada yang lain untuk tidak mengganggunya," perintah Alex pada Daisy.
"Baik, Tuan muda." Daisy bergegas pergi dari sana.
Jika tuan sangat peduli pada istrinya, kenapa ia memperlakukan Sweet seperti itu. Huh, sudahlah, aku tidak mengerti jalan pemikiran orang kaya. Protes Daisy dalam hati.
Alex duduk di samping Sweet yang terlelap begitu jauh. Tangan besar miliknya bergerak ragu untuk menyentuh wajah lebam sang istri. Sweet meringis dalam tidurnya, karena Alex menyentuh luka di bibirnya.
"Sorry," ucap Alex pelan. Perlahan ia mengecup lembut kening Sweet. Jemarinya terus bergerak untuk menyingkirkan rambut yang sedikit menutupi wajah manis Sweet.
"Aku membencimu, orang tua. Aku ingin membunuhmu," umpat Sweet dalam tidurnya. Alex terkejut mendengarnya. Bahkan dalam mimpinya saja, dia berani mengumpat untukku?
"Apa aku terlihat begitu tua?" tanya Alex menyentuh wajahnya, lalu tersenyum samar. Lelaki itu tak sadar diri, jika dirinya memang jauh lebih tua dari Sweet, istrinya. Alex mengusap lembut pipi Sweet yang sudah membengkak akibat ulahnya.
"Jika saja kau bukan berasal dari keluarga Santonio, mungkin aku akan mudah menerimamu, Ana. Meski kau bukan anak kandung mereka, kau besar dalam lingkungan licik mereka. Aku tahu, mereka pasti menanamkan sifat itu padamu. Besok atau lusa, mungkin kau akan melenyapkan nyawaku dengan tangan mungil ini," ujar Alex mengangkat tangan Sweet.
"Aku tidak akan melepasmu dengan mudah. Aku ingin melihat keluargamu jatuh terlebih dahulu," lanjutnya dengan senyuman Devil. Jika saja Sweet melihat itu, mungkin ia akan bergidik ngeri.
***
Josh memasuki mansion dengan tergesa. Ia membawa sebuah informasi penting. Josh sudah hafal betul di mana Tuannya berada. Ia menaiki sebuah lift khusus. Tidak ada yang berani menggunakan itu selain dirinya. Lelaki bertubuh besar itu menarik sebuah buku berwarna hitam, seketika dinding pun bergeser. Josh langsung masuk ke ruang kerja Alex, lalu dinding itu tertutup kembali. Ruangan yang langsung terhubung dengan kamar Alex.
"Apa yang kau dapat?" tanya Alex pada Josh. Josh sedikit membungkuk. Alex duduk di kursi besarnya dengan begitu arrogant.
"Nyonya masih memiliki orang tua di Indonesia, mereka di sembunyikan keberadaannya dari Nyonya. Saat ini hidup dan mati mereka berada di tangan tua bangka itu." Jelas Josh. Ya, Alex memang meminta Josh untuk mencari informasi tentang kehidupan masa lalu istrinya.
"Bagaimana mungkin Ana tidak tahu akan hal ini? Dari mana kau tahu itu?" tanya Alex merasa heran. Josh sedikit ragu untuk menjawab.
"Kekasih lamaku yang memberi tahu, Tuan."
"Wah, gadis cacat itu? Kau masih menganggapnya kekasih? Bahkan kau lah yang membuatnya cacat," ujar Alex tersenyum getir. Josh yang mendengar itu tidak berani berargumen.
"Lalu, di mana keberadaan orang tuanya?" lanjut Alex.
"Masih diselidiki. Tidak ada yang tahu betul di mana mereka bersembunyi."
"Bersembunyi?"
"Ya, Tuan. Dari informasi, Nyonya memiliki dua adik laki-laki. Mereka hanya beda satu atau dua tahun dari Nyonya. Keduanya berhasil membawa orang tua mereka pergi dan bersembunyi di suatu tempat dari kejaran orang suruhan Santonio. Sejak Nyonya diadopsi, Santonio tidak pernah membiarkan keluarga Nyonya tenang. Saat ini Santonio terus melakukan pencarian," Josh menjelaskan semua yang terjadi. Alex terdiam cukup lama, memikirkan atas semua penjelasan yang Josh sampaikan.
"Josh, temukan mereka lebih dulu. Jangan biarkan mereka terluka, lindungi mereka semua. Habisi siapa pun yang ingin mengganggu keluarganya. Permainan ini sangat menarik," ujar Alex tertawa hambar.
"Baik, Tuan. Akan kami laksanakan. Saya undur diri dulu," sahut Josh sedikit mundur.
"Tunggu Josh, berikan gertakan kecil pada kedua adiknya. Biarkan mereka menghubungi Kakaknya. Aku ingin lihat, apa yang akan gadis itu lakukan? Apa dia masih bersifat angkuh atau luluh padaku."
Josh merasa heran mendengar perintah Alex. Tidak biasanya Tuan bersikap jahil seperti ini. Apa Tuan mulai mencintai, Nyonya? Baguslah jika itu terjadi, aku akan lebih mudah mendapatkan cintaku yang hampir hilang. Batin Josh.
"Josh, apa kau mendengarku?" tanya Alex karena tak mendapat respon dari Josh.
"Tentu, Tuan. Saya mendengar perintah Tuan. Akan segera dilakukan," sahut Josh dengan cepat.
"Lakukan dengan mulus, kau boleh pergi."
Josh mengangguk, lalu ia bergerak pergi meninggalkan ruangan Alex. Alex memutar kursinya menghadap jendela, memperlihatkan luasnya halaman depan mansion. Alex memutar kembali memorinya, bagaimana pernikahannya dengan Sweet bisa terjadi.
"Tuan, Santonio. Ada keperluan apa hingga anda datang kemari?" tanya Alex menatap lelaki paruh baya yang saat ini duduk didepannya.
"Aku sudah mengatur pernikahanmu dengan putriku. Juga sudah membuat janji dengan catatan sipil, bahwa sore ini kau akan datang. Aku juga memiliki sesuatu untukmu, pesan dari putriku." Jeremy memberikan sebuah map pada Alex. Alex menerimanya tanpa ragu.
"Perjanjian pernikahan?" tanya Alex bingung.
"Ya, jadi bagaimana, kau setuju?" tanya Jeremy menatap Alex penuh intimidasi.
"Selagi keuntungan ada dipihakku, aku tidak keberatan. Tapi, aku merasa kau sedang menjual putrimu, Tuan Santonio." Alex tersenyum kecut.
"Ini keinginannya, dia tidak keberatan menjadi istrimu. Kau lihat, dengan mudah ia menandatangani perjanjian itu. Mungkin dia mengerti, jika orang tuanya dalam masa sulit. Sejak kecil dia selalu hidup mewah, jadi dia tak ingin hidupnya jatuh begitu saja." Jelas Jeremy tertawa renyah.
Dan rela jatuh ke tanganku? Jadi kemewahanlah yang menjadi prioritas utama kalian? Baiklah, aku akan melayani permainan yang kalian mulai terlebih dahulu.
"Baiklah, aku hampir lupa jika dia adalah putrimu. Sudah pasti memiliki ambisi yang kuat sepertimu. Aku terima kesepakatan ini," ujar Alex menjabat tangan Jeremy. Jeremy terlihat senang, karena apa yang ia rencanakan berjalan begitu mulus. Hingga melupakan sebuah jurang curam yang menantinya di kehidupan yang akan datang.