NovelToon NovelToon
Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Terjerat Hasrat Sang Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Paksa / Psikopat itu cintaku
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Kehidupan Hana baik-baik saja sampai pria bernama Yudis datang menawarkan cinta untuknya. Hana menjadi sering gelisah setelah satu per satu orang terdekatnya dihabisi jika keinginan pemuda berdarah Bali-Italia itu tidak dituruti. Mampukah Hana lolos dari kekejaman obsesi Yudis? Ataukah justru pasrah menerima nasib buruknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi Pahlawan

Hana tak tinggal diam. Ia membuat janji dengan Anwar untuk bertemu di kampus tempat Alin kuliah. Setibanya di sana, tampak Anwar sudah menunggu di depan gerbang, sambil menaiki sepeda motornya.

Hana segera bergegas menghampiri Anwar menuju gerbang kampus. Semburat harapan terpancar jelas di wajah Anwar tatkala Hana menghampirinya.

"Gimana? Kamu udah lapor polisi?" tanya Anwar antusias.

Hana menggeleng pelan. "Aku justru diancam sama Yudis. Katanya kalau aku melapor ke polisi, dia akan menghabisi Alin."

"Yudis? Sialan! Mentang-mentang bokapnya berkuasa, dia bisa seenaknya ngancam orang," rutuk Anwar kesal.

"Memangnya orang tua Yudis punya kuasa apa, sih? Apa dia itu anak pejabat?" tanya Hana penasaran.

"Sebaiknya kamu naik ke motor aku. Nanti aku bakal ceritain semuanya di jalan. Kita harus segera selamatin Alin sebelum Kevin sama teman-temannya datang ke rumah tua itu. Ayo!" ajak Anwar.

Hana mengangguk setuju, kemudian duduk di belakang Anwar. Pemuda itu melajukan motornya, meninggalkan kampus tempat mereka bertemu.

"Aku mau tau, sebenarnya Yudis itu siapa? Apa dia anak konglomerat?" tanya Hana, rasa penasaran masih saja bergemuruh di dalam dadanya.

"Iya, dia anak pejabat dari Bali. Bokapnya punya bisnis ilegal, jualan narkoba sama praktik perdagangan manusia, makanya dia berani ngancam kita," jawab Anwar, sembari tetap fokus mengemudikan motornya.

"Apa? Bisnis ilegal? Emangnya pemerintah nggak turun tangan buat mencopot jabatan bokapnya Yudis?" Hana mengernyitkan kening.

"Aku juga nggak ngerti. Bisnis yang dilakukan bokapnya Yudis cuma diketahui segelintir orang dan buat menjeratnya juga susah banget," jelas Anwar. "Bukan cuma bokapnya Yudis aja yang begitu. Orang tua tiga temen aku juga punya bisnis ilegal."

"Terus, kenapa kamu bisa kenal mereka? Apa kalian pernah satu tongkrongan?"

"Bakal panjang kalau diceritain mah. Aku kenal mereka karena mendiang bokap pernah menjalin kerjasama bisnis sama orang tuanya."

"Gitu, ya."

"Aku sampai sekarang nggak nyangka, mereka nekat juga ngelakuin hal di luar batas. Sebelumnya nggak pernah gini."

"Apa kamu pernah nasihati mereka kalau yang udah dilakuin mereka tuh nggak bener?"

"Tentu saja. Aku udah memperingatkan mereka buat bebasin Alin, tapi apa yang aku dapat? Yudis malah ngancam aku. Adik perempuan aku bakal dijual ke luar negeri kalau aku berani lapor polisi," tegas Anwar. "Oya, Yudis ngancam kamu kayak gimana? Kok kamu sampai nggak berani lapor polisi?"

"Yudis ngancam bakal menghabisi Alin kalau aku lapor polisi. Makanya, aku minta bantuan kamu buat selamatin Alin sekarang," jelas Hana.

"Yudis tuh bener-bener kebangetan, ya. Lihat aja nanti kalau kita berhasil selamatin Alin, kita langsung lapor polisi aja biar mereka dihukum," gerutu Anwar, melajukan motornya lebih kencang.

"Iya," sahut Hana.

Setibanya di depan rumah tua tempat Alin disekap, Hana dan Anwar segera turun dari motor. Keduanya berlari kecil menuju bangunan usang yang halamannya ditumbuhi rumput tinggi.

Ketika sampai di teras rumah, Hana mengintip ke jendela. Suasana rumah yang begitu sepi, membuatnya sangsi bahwa Alin ditahan di dalam sana.

"Apa benar ini tempat Alin disekap?" tanya Hana menoleh pada Anwar.

"Iya. Kemarin aku membuntuti Kevin sampai sini. Bahkan aku hampir berhasil bawa Alin pergi," tegas Anwar meyakinkan.

"Ya udah, kalau gitu, sekarang buka pintunya. Siapa tau kita bisa nemuin Alin di dalam," ujar Hana.

Anwar mengangguk setuju, kemudian menggerakkan gagang pintu. Sayang, ternyata pintu itu dikunci. Hana yang berdiri di sebelah Anwar, meminta pemuda itu menggunakan segenap kekuatannya untuk mendobrak pintu. Satu kali percobaan gagal. Dua sampai tiga kali dobrak, akhirnya pintu berhasil dibuka.

Setelah berhasil masuk, Hana dan Anwar memanggil-manggil Alin. Anwar yang masih ingat betul kamar tempat Alin disekap, berjalan menuju ruangan itu. Kebetulan, pintu kamar tidak dikunci, sehingga memudahkannya segera masuk ke sana.

"Alin!" seru Anwar, tatkala memasuki kamar gelap itu.

Pemuda itu seketika terdiam. Tak ada siapa pun di kamar yang ia yakini sebagai tempat Alin disekap.

"Apa kamu menemukan Alin?" tanya Hana, memasuki kamar tempat Anwar berdiri.

Anwar menoleh, lalu menggeleng lemah. "Nggak ada."

"Kita cari ke ruangan lain. Ayo!" ajak Hana.

Anwar dan Hana bergegas menyelusuri setiap ruangan di dalam rumah itu. Tak ada tanda-tanda keberadaan Alin di sana. Mereka hanya menemukan bekas botol minuman, perabotan yang ditutup kain putih, serta barang-barang tak layak pakai.

Di tengah kebingungannya, Hana menerima panggilan masuk di ponselnya. Diangkatnya panggilan dari nomor tak dikenal itu, lalu menempelkan ponsel di telinga.

"Halo," sapa Hana.

"Kamu sedang mencari siapa, Hana? Apa kamu masih belum menyerah buat menemukan Alin?" Suara berat seorang pria di seberang telepon menggetarkan dada Hana.

"Yudis?" Hana tercengang. "Katakan! Di mana Alin!"

"Untuk apa kamu terus-terusan mencari Alin? Kan sudah kubilang, Alin baik-baik saja. Apa kamu ragu sama ucapan aku?"

"Cepat katakan, di mana Alin! Aku udah muak berbasa-basi sama kamu!" bentak Hana meninggikan nada bicaranya.

"Aku nggak akan ngasih tau sampai kamu mau menerima aku," tutur Yudis dengan santai, lalu mengakhiri panggilannya.

Adapun Hana yang menyadari panggilan telah berakhir, menatap ponselnya dengan gusar. Rahangnya mengeras, kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun.

"Apa yang Yudis bilang? Apa dia ngasih tau tempat penyekapan lain?" tanya Anwar cemas.

"Yudis malah minta aku buat pacaran sama dia," jawab Hana mendesah kasar.

"Kalau gitu, lakukan saja," usul Anwar.

Hana menoleh pada Anwar sambil menunjukkan raut kesal. "Apa? Aku nggak mau, loh, mempertaruhkan harga diri aku demi keselamatan Alin. Kita harus cari cara lain."

"Ayolah, Hana! Ini demi keselamatan Alin. Mau nggak mau, harus ada yang dikorbankan," tuntut Anwar.

"Aku nggak bisa gitu aja nurutin kemauan Yudis. Dia itu orangnya licik. Apa kamu nggak tau itu?" bantah Hana dengan tegas.

Anwar mengembuskan napas berat. Sejenak ia termenung memikirkan berbagai cara, hingga akhirnya satu ide cemerlang terlintas di benak pemuda itu. "Gimana kalau kita minta bantuan orang tuanya Alin? Siapa tau aja lewat mereka, polisi bisa cepat bertindak," cetusnya.

"Ah, benar juga! Tapi ... gimana kalau ibunya malah semakin cemas dan bikin kesehatannya menurun? Aku nggak kuat kalau sampai ibunya Alin kenapa-napa."

"Kamu mau Alin selamat, kan? Kalau kita nggak bisa lapor polisi, mungkin lewat kekuatan ibunya Alin, kita bisa menemukan dia sekaligus menjerat Yudis sama teman-temannya masuk penjara," tutur Anwar penuh harap.

"Baiklah. Mudah-mudahan itu jadi jalan keluar buat menemukan Alin dan menghukum teman-teman kamu," ucap Hana mengangguk setuju.

Sementara Hana menghubungi keluarganya di kampung untuk meminta nomor ponsel ibunya Alin, Yudis melajukan mobilnya dari depan rumah tua itu. Pemuda itu tersenyum-senyum, merasa puas akan keberhasilannya yang membuat Hana kebingungan setengah mati.

1
heri mulyati
aku juga jadi Hana takut kalo harus menerima Yudis 😱😱 serem
Putri vanesa
Pngennya hana sma yudis sih tpi yudisnya gtu iwww
Myra Myra
kasihan Hana...
Myra Myra
kasihan Hana...jht btl judis
heri mulyati
lanjut ya Thor dan semangat 💪💪💪👍
Putri vanesa
Ih makin penasaran kk
Ira Adinata: update tiap hari. stay tune aja 😄
total 1 replies
heri mulyati
lanjut Thor 💪💪💪
Ira Adinata: siap 💪
total 1 replies
heri mulyati
saya suka
Lovely Shihab
lanjut thor
Ida Saputri
belum ada kelanjutannya
Ira Adinata: lagi diketik
total 1 replies
gaby
Ga sudi menyentuh tubuh wanita yg pernah di sentuh pria lain maksudnya apa y?? Apa kalo Arum msh perawan dia mau nyentuh?? Itumah namanya bkn psikopat tp penjahat kelamin.
Ira Adinata: bisa iya, bisa enggak, tapi tujuan utama Yudis tetep membunuh Arum. penjahat kelamin? kenalan dululah sama Ted Bundy, psikopat yang memerkosa dan membunuh banyak perempuan.
total 1 replies
gaby
Aq baru gabung thor, tp knp dah lama ga up y?? Apakah novel ini berhenti gitu aja, ga mau di lanjutin lg??? Suka kecewa baca novel on going yg tiba2 hiatus
Ira Adinata: ini novel baru, sayang. novel hororku udah tamat bulan September lalu 😅
total 1 replies
ℍ𝕒𝕟𝕚 ℂ𝕙𝕒𝕟
Bener" psikopat sih Yudis, merinding lihat kelakuannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!