dia menjadi seorang yatim piatu setelah ayahnya tiada.
dan meninggalkan dirinya yang sakit sakitan bersama sang ibu tiri.
perhatian orang baru dalam kegersangan dan kesendiriannya membuatnya sedikit terlena dan lupa.
setitik bahagia coba ia rajut bersamanya.
namun...
dia adalah kakak tirinya.
mampukah ia menata kembali hidupnya saat ia tahu siapa sebenarnya laki laki yang di perkenalkan sang ibu tiri sebagai kakak tirinya itu ?!
sementara sesuatu yang berharga miliknya telah di renggut oleh seseorang itu.
simak cerita baru aku ya....
cinta dalam bara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19 hati yang kian terpaut
Leon melangkah keluar kamar Calista dengan langkah lebar,
Tak sekalipun ia kembali menoleh ke belakang ke arah di mana kini wanita itu tengah berdiri menatapnya.
Ia sangat kecewa dengan keputusan dan sifat keras kepala serta serakah Calista.
Bodohnya dirinya yang seakan buta akan hal itu selama ini.
Leon terus melangkah,
Langkahnya terhenti sejenak tepat di bawah anak tangga.
Kepalanya terdongak ke atas dan tatapan matanya menatap ke arah pintu kamar Raha yang nampak tertutup rapat.
Ia kembali teringat akan ucapan Raha yang terakhir kalinya saat keluar dari kamar Calista tadi.
Lagi...
Leon terlihat mengeraskan rahangnya.
" awas saja jika kau berani melakukan apa yang kau katakan tadi.
Aku bersumpah aku akan membuatmu tidak bisa berjalan Raha, jangankan untuk mencari sepuluh laki laki lain.
Untuk berjalan keluar rumah kau tak akan sanggup " desisnya dengan menahan geram.
Sejujurnya ia ingin sekali berlari ke atas dan menenangkan gadis itu.
Namun entahlah, hatinya masih bimbang dan berada di persimpangan.
Leon pada akhirnya melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar utama rumah itu.
Kepalanya terasa mau pecah. Ia butuh sendiri untuk menenangkan diri.
Sementara itu ia juga melihat para pelayan telah kembali datang ke rumah utama,
Ia merasa semua pasti akan baik baik saja.
Leon melanjutkan langkahnya menuju ke arah garasi dan segera masuk ke dalam mobilnya.
Tujuannya kini hanya satu. Menenangkan diri.
Ketika Leon memutuskan keluar dari rumah untuk menenangkan diri.
Sementara Raha...
Gadis itu kembali terpuruk di dalam kamarnya.
Saat ini ia bahkan tengah terdiam mematung duduk di sisi ranjangnya.
Tangannya nampak meremas kuat kuat kain seprai tempat tidurnya yang terdapat noda berwarna merah yang tak lain karena darahnya sendiri yang tertumpah semalam.
" papa....
Maafkan Raha papa...." desisnya pelan dengan suara bergetar.
Sungguh ia merasa hancur kini, sesuatu yang mati matian telah ia jaga selama hampir 17 tahun lebih nyatanya telah hilang begitu saja semalam.
Yang ia sesali adalah ia yang telah dengan sadar menyerahkan dirinya pada Leon.
Perlahan air mata Raha kembali meleleh.
" bodohnya aku...
Kalian pasti sedang mentertawakan ke bodohanku..." desisnya lagi, dan kini isakan penuh penyesalan mulai terdengar keluar dari bibirnya.
Gadis itu terus meratapi ke bodohannya dan ketololannya tadi malam.
Hingga ia tertidur tanpa sadar.
Seharian hingga malam menjelang, Raha tak kunjung nampak keluar dari kamarnya.
Bik Mira sedang tak berada di rumah itu, karenanya Tak ada yang berani masuk dan membangunkan Raha.
Ketika Raha tengah terlelap dan tenggelam dalam penyesalannya.
Sebuah mobil mewah yang merupakan mobil milik Leon nampak memasuki sebuah rumah mewah berlantai tiga dengan pagar besi yang menjulang tinggi.
Pagar besi itu terbuka otomatis dan mobil Leon langsung masuk melewati pagar itu.
Tiga orang satpam di pos pagar itu menundukkan kepala mereka memberi hormat kepada pemuda itu.
Mobil terus melaju melewati halaman super luas rumah itu sebelum akhirnya mobilnya masuk ke dalam garasi rumah itu yang juga sangat luas.
Beberapa mobil mobil mewah dan motor motor sport mewah juga terlihat terparkir rapi di sana.
Leon terlihat keluar dari mobilnya dan segera masuk ke dalam rumah.
Seorang pria muda seumurannya nampak sudah menunggu di dalam rumah.
pria itu segera mengikuti langkah kaki Leon menuju mini bar miliknya di rumah itu yang berada tak jauh dari kolam renang.
Leon langsung duduk di salah satu kursi di mini bar itu dan menenggak satu botol minuman keras beralkohol yang telah tersedia di hadapannya.
Pria muda yang kini telah berdiri di sisinya itu menatapnya cemas.
" presdir.....tolong kendalikan diri anda,
Lambung anda sudah sangat bermasalah saat ini "
" diamlah Omar, aku tahu dengan tubuhku sendiri..." jawab leon ketus dan kembali menenggak minuman di tangannya itu hingga hampir tersisa hanya seperempatnya saja.
Saat ini hati Leon benar benar tengah kacau, antara Calista dan Raha.
Siapa yang sebenarnya telah menggenggam jiwanya.
Kata kata Raha yang menyepelekan keperkasaannya juga cukup mempengaruhi mentalnya.
Apalagi kata kata terakhir gadis itu,
Jujur ia takut Raha benar benar melakukan apa yang ia katakan.
" Raha.......!! " teriak Leon dalam ketidak sadarannya.
" kau tak akan berani melakukan itu, kau tidak akan berani.
Kau tidak tahu siapa aku Raha....." oceh Leon lagi dan membuat Omar sang assistan menatapnya aneh.
" Raha ?!
Siapa lagi kali ini ?! " desis pria itu pelan,
Omar tahu, Leon memang seorang player. Namun yang ia tahu sang atasan tak lagi sering terlihat menghabiskan waktu dengan banyak wanita seperti dulu sejak bersama dengan seorang wanita yang bernama Calista.
Walau sesekali Leon masih melakukan itu, tapi setidaknya tak sesering dulu.
( Lalu sekarang, kenapa nama Calista berubah menjadi Raha ?! )
Tanya Omar lagi di dalam hati.
Jam di dinding mini bar itu telah menunjuk angka sebelas siang ketika Leon terkapar tak berdaya.
Hari ini hari minggu,
Pagi pukul 8 Raha nampak menuruni anak tangga dengan pakaian kasual pilihannya.
Celana jeans model pensil berwarna gelap dan ia padukan dengan kaos oblong berwarna putih.
Sepatu kads warna putih menjadi pilihannya. Begitupun dengan tas slempang warna putih berukuran mungil juga menggantung di dadanya.
" kau sudah siap ?! " dokter Zani telah berdiri di sisi mobilnya.
Ia bertanya ketika Raha telah berada di hadapannya.
Tentu setelah ia tak bisa berkedip sedikitpun karena penampilan Raha yang sangat sempurna di matanya.
Rambut panjang gadis itu yang sengaja ia gerai semakin membuat penampilannya semakin mempesona.
Pakaian gadis itu tak beda dengann pilihan pakaian remaja pada umumnya.
Tapi entahlah,
Apapun yang melekat pada gadis itu selalu pas dan semakin membuatnya terlihat cantik dan mempesona.
Apalagi rambutnya itu.
Rambut lurus dan panjang serta hitam legam milik Raha yang ia biarkan tergerai itu semakin menambah kadar kecantikan Raha di mata Zani.
Raha tak menjawab pertanyaan dokter Zani,
Tapi Raha hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis.
Tak lama ia masuk ke dalam mobil Zani dan Zani segera menyusulnya.
Mobil itu segera berlalu keluar area rumah besar Raha dan meninggalkan rumah itu.
" kau baik baik saja Raha ?! " tanya dokter Zani dengan raut wajah khawatir menatap Raha sejenak.
Pasalnya gadis itu terlihat pucat sekali.
" jangan khawatir dokter, Aku baik baik saja...antarkan saja aku tempat paman Harry " jawab Raha tanpa mengalihkan pandangannya kepada Zani yang duduk di sisinya.
Tepatnya di depan kemudi.
" Raha....
Jika kau ada masalah, kau bisa bercerita padaku. Aku siap mendengarnya " kata Zani lagi.
Kali ini Raha menoleh dan menatap laki laki itu sedikit lama.
( Masalah....?!
Masalahku terlalu rumit dokter, aku takut....jika kau tahu masalahku maka kau akan jijik padaku )
Raha berucap hanya di dalam hatinya.
" aku baik baik saja dokter, jangan cemaskan aku.
Hanya saja memang ada yang ingin aku bicarakan dengan om Harry " jawab Raha kemudian sambil melempar kembali tatapan matanya ke arah luar jendela mobil itu.
" baiklah...terserah kau saja, tapi ingatlah kau tak sendiri di dunia ini.
Masih ada aku yang akan siap menjadi tempat kau bercerita dan bersandar "
" hemmm.....
Terimakasih dokter, anda benar benar seperti kakak untukku " jawab Raha kemudia menanggapi kata kata dokter Zani,
Seulas senyum kembali tersungging di bibir dokter Zani.
( aku tak ingin hanya menjadi seperti kakak untukmu Raha...
Aku ingin lebih dari itu.
Semoga suatu hari nanti, hal itu akan terwujud )
Bisik dokter Zani di dalam hati.
Ya....
Hanya di dalam hati.
Ia takut mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Raha.
Ia takut, perasaannya akan membuat hubungan di antara keduanya menjadi canggung.
Dan Zani tak mau itu.
kok gak hubungi dokter xani..
penjahat kelamin sekelaa leon tak akan mudah mati...
😀😀😀❤❤❤❤