Suka cerita tentang toko utama wanita yang tidak mudah ditindas? Di sinilah lapaknya!
Renata Carissa, seorang putri dari Panglima TNI yang berprofesi sebagai Psikiater. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan memiliki suami yang begitu mencintainya dan anak laki-laki yang sangat tampan.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
Bukannya ke akhirat dan bertemu dengan suami tercintanya. Namun, Renata justru secara misterius berubah menjadi tokoh antagonis yang berperan menjadi pelakor. Nasib tokoh yang menyedihkan, hidup dalam penderitaan, dan berakhir bunuh diri.
Ya, dia masuk ke dalam novel!
Tidak ingin nasibnya berakhir tragis, Renata memutuskan untuk mengubah alur cerita yang sudah tertulis itu.
Dan takdir mempertemukannya kembali dengan Jefra, suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elwi Chloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Angel Sudah Mati
"Angel kamu..." Sanaya tidak bisa melanjutkan perkataannya, diliriknya Alvaro yang menatap Renata tidak berkedip. Lalu dipegangannya lengan suaminya.
Alvaro sontak tersadar, pemuda itu langsung kembali fokus pada makanannya.
"Kak Zayn," Renata tersenyum ceria pada pemuda yang kini menjadi Kakaknya itu. Kemudian memberikan kecupan sekilas pada pipi tirus milik Zayn.
Zayn tersenyum tipis untuk meresponnya, lalu memberikan isyarat pada Renata untuk duduk di kursi sebelahnya, dengan menepuk kursi.
Sedangkan Rendra menatap Renata dengan rumit. Entah kenapa hatinya agak tercubit karena Renata tidak menyapanya. Biasanya putrinya itu akan langsung bergelayut manja padanya untuk mencari perhatian, mekipun akan mendapatkan kemarahan darinya. Namun, jangankan bergelayut manja, untuk melihatnya saja tidak. Putrinya itu seakan menganggapnya tidak ada. Rendra tidak suka karena hanya Zayn yang diberikan kecupan.
"Makan ini, Renata," ujar Zayn sembari memberikan roti tawar yang sudah diolesi selai cokelat.
"Terima kasih, Kak Zayn," Renata menerimanya dengan senang hati.
"Kenapa kamu memanggilnya Renata, Zayn?" tanya Santy yang merasa penasaran.
"Memangnya tidak boleh? Itu kan juga namaku," sela Renata menatap sinis Santy.
Renata sudah menandai Santy sejak di rumah sakit kala itu. Sebagai mantan Psikiater, tentu saja dia tahu jika Santy hanya berpura-pura baik padanya.
"Perbaiki perkataanmu itu, Angel. Kamu tidak boleh berkata sinis pada Ibumu," ucap Rendra merasa tidak suka dengan sikap Renata.
Santy seketika berekspresi masam, "Sudah tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan sikap Angle, Suamiku."
Renata hanya memutar bola mata jengah.
Tuh kan. Santy memang seperti rubah betina. Seorang Ibu tiri memang tidak mengherankan bersikap bermuka dua seperti itu.
Kemudian Renata melirik Sanaya yang sedang duduk di sebelah Alvaro, berhadapan dengan Zayn. Semoga saja Sanaya tidak memiliki sifat seperti Ibunya itu.
Sejatinya, Renata sangat menyukai si tokoh pemeran utama wanita, kisah cinta Sanaya bersama Alvaro sangatlah manis. Ya, Renata akan mendukung hubungan suami-istri itu. Sebisa mungkin dia tidak ingin menjadi orang ketiga di antara mereka.
Di sisi lain, Renata yang sebenarnya sedang menatap Sanaya justru membuat Alvaro salah sangka, pemuda bermata hijau itu menganggap Renata sedang menatapnya.
"Aku tahu kamu hanya pura-pura hilang ingatan, bisa-bisanya kamu menatap suami adikmu dengan tatapan memuja seperti itu," celetuk Alvaro dengan tersenyum sinis.
Renata segera menatap Alvaro, "Waras?"
Alvaro mendelik seketika, tentu saja dia waras.
"Kak Angel, aku mohon berhentilah menganggu rumah tangga kami," ucap Sanaya dengan tatapan berkaca-kaca.
"Siapa yang menganggu rumah tangga kalian? Sejak tadi aku hanya dia──"
BRAK
Rendra mengebrak meja makan dengan kepalan tangannya, "Hentikan itu, Angel!" bentaknya.
Segera ditatapnya Rendra, Renata sungguh tidak mengerti dari mana salahnya. Padahal Alvaro yang kepedean sendiri.
"Jangan terlalu banyak berharap untuk orang yang bukan milikmu, Angel! Sekarang Alvaro sudah menjadi suami Sanaya, adikmu sendiri. Tidak hanya menjadi anak pembawa sial, tapi hatimu benar-benar busuk!" sentak Rendra memarahi Renata, bahkan sampai menunjuk-nunjuk dengan jari.
"Kenapa kamu masih tidak sadar, Angel? Kamu juga tidak akan mendapatkan apapun ketika merebut Alvaro dari Sanaya," timpal Santy semakin memanasi keadaan.
"Kukira kita adalah saudara yang saling memahami perasaan satu sama lain, tapi belakangan aku sadar, Kak Angel yang sangat berusaha mencuri Alvaro dariku," ujar Sanaya yang sudah berlinang air mata.
Benar-benar wanita yang lemah dan perasa. Siapa yang tidak akan bersimpati pada air mata Sanaya?
"Jangan khawatir, sayang. Aku tidak mungkin berpaling darimu. Aku adalah milikmu, dan akan selamanya seperti itu," ucap Alvaro sembari menggenggam salah satu tangan Sanaya yang berada di atas meja makan.
Renata mengepalkan tangannya yang berada di bawah meja makan. Tentu saja itu bukan reaksi dari iri ataupun cemburu. Tapi, karena sangat marah dengan orang-orang yang seenaknya menyudutkan dirinya.
Apakah ini perasaan tertekan yang dirasakan si Antagonis? Tidak heran jika Angel berakhir bunuh diri karena perasaannya ini.
"Sebenarnya siapa yang mengambil milik siapa? Bukankah Sanaya yang mengambil Alvaro yang sedang menjalin hubungan denganku selama empat tahun?"
Semua sontak bungkam, karena memang itu ada benarnya.
Kemudian Renata menatap Sanaya yang masih berderai air mata, sungguh menyebalkan sekali seseorang yang hanya bisa menangis, seolah-olah dirinyalah yang paling tersakiti.
"Jadi Kak Angel menyalahkan aku?" Sanaya semakin menangis tersedu-sedu.
"Cukup, Angel! Sanaya tidak seperti itu!" hardik Rendra yang justru membela anak tirinya.
Renata beralih menatap Rendra, "Seorang ayah tidak akan memberikan kata-kata pedih kepada anak perempuannya. Melainkan memberikan kalimat motivasi dan pelukan hangat."
"Seharusnya seorang Ayah memberikan bahu tegasnya untuk bersandar dan membiarkan air mata putrinya membasahi bajunya. Tapi Tuan Rendra, kenapa bahumu itu terlalu jauh untukku bersandar?”
Rendra mematung, lidahnya keluh seketika. Hatinya merasa tidak enak ketika Renata memanggilnya 'Tuan Rendra' bukan 'Ayah' seperti biasanya.
"Kak Angel──"
"Jangan panggil aku Angel lagi. Angel yang kalian kenal sudah mati!" ujar Renata menyela perkataan Sanaya.
"Apa maksudmu Angel! Jangan bicara yang tidak-tidak!" hardik Rendra setelah tertegun, entah kenapa dirinya tidak suka dengan perkataan putrinya.
Renata tersenyum miring, menatap satu-persatu orang yang berada di meja makan, "Mulai sekarang panggil aku Renata, aku bukanlah Angel yang dulu, karena Angel yang kalian kenal sudah mati."
"A-apa maksudmu?" tanya Zayn yang sejak tadi diam, terlihat sangat terkejut dengan apa yang dikatakan adiknya itu.
"Angel yang selalu mengharapkan kasih sayang Tuan Rendra sudah mati, kini hanya ada Renata yang ingin mencari kebahagiannya sendiri," ucap Renata seraya menatap Rendra tepat pada bola mata cokelat miliknya, dan itu sukses membuat hati Rendra resah.
Tatapan Renata teralih ke Sanaya, "Kamu harus ingat satu hal, kenyataan yang merebut Alvaro adalah kamu. Selama ini aku hanya ingin mengambil milikku kembali. Tapi, setelah dipikir-pikir dunia ini sangat luas untuk mencari cowok yang lebih baik dari pada Alvaro-mu itu. Ambil saja cowok yang tidak seberapa itu. Aku sudah tidak perduli dengan hubungan kalian."
Kemudian Renata bangkit dari posisi duduknya, "Kalian tenang saja, cepat atau lambat aku akan segera keluar dari rumah yang seperti neraka ini."
Setelahnya, Renata berbalik pergi, meninggalkan keempat orang yang terdiam seribu bahasa. Entah apa yang tengah dipikirkan masih-masing dari mereka.
"Puas kalian," pada akhirnya Zayn membuka suaranya, "Puas kalian menyakiti hati adikku?"
"Zayn, kami tidak bermaksud," kata Santy mencoba membela diri.
Zayn menghela napas berat, "Selama ini aku hanya diam karena tahu jika Angel adalah gadis yang kuat, tapi kali ini kalian sudah sangat keterlaluan. Jika ada yang harus keluar dari rumah ini, itu bukan dia tapi kalian."
"Kamu tidak bisa berkata seperti itu pada Ayahmu, Zayn!" seru Rendra marah.
"Tentu saja aku bisa, akulah pewaris keluarga Tan. Ayah bukan siapa-siapa di keluarga ini. Jadi enyah saja bersama istri dan putri tirimu itu."
"Zayn!"
_To Be Continued_