Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginap Di Rumah Erika
Nagoya, 01.35 AM
Aldi terbangun dari tidurnya dan seketika merasakan kepalanya berputar. Sambil memegang kepalanya ia melihat sekelilingnya yang nampak asing baginya.
Dia mengambil ponselnya dan melihat jam menunjukkan 01.35 AM. Kemudian dia berdiri dan keluar dari ruangan itu mengamati tiap sudutnya sampai akhirnya pandangannya terfokus pada foto yang terpajang di sebuah meja.
Dia mendekati meja itu dan mengambil foto yang terpajang di sana. Nampak seorang wanita berpakaian toga diapit oleh pria paruh baya dan wanita seusia pria itu, berambut pirang dan bermata biru.
"Kamu sudah bangun?" Suara seorang wanita terdengar dari arah belakang tempat dia berdiri.
Aldi menoleh dan mendapati Erika sedang berdiri memegang sebotol air mineral. Erika mendekati Aldi. Dan memberikan botol air mineral itu pada Aldi.
"Maaf membangunkanmu!" kata Aldi sambil membuka botol dan meminumnya.
"Tidak, kebetulan aku terbangun dan melihatmu!"
"Kenapa aku bisa berada di rumahmu?" Aldi penasaran, karena seingatnya,dia sedang berada di restorant bersama temannya dan para staf proyek termasuk Erika.
"Apa kamu tidak ingat?" Erika kembali bertanya pada Aldi.
Aldi menggeleng. Dia menuju sofa yang ada disana dan Erika pun mengikutinya duduk di samping Aldi.
"Kamu mabuk berat dan teman-teman yang lain sudah pulang. Papaku datang menjemputku saat itu dan dia berinisiatif membawamu ke rumahku."
"Uufh ... memalukan!" Aldi mengumpat dirinya sendiri sambil memukul jidatnya.
Erika tersenyum melihat tingkah Aldi.
"Tidak apa-apa. Sepertinya kamu tidak biasa minum?
"Tepatnya tidak pernah! Sebenarnya saya sudah katakan pada Natsuki, saya tidak minum alkohol karena agama saya melarang keras, jadi saya memesan jus, tapi entah apa yang di campurkan di dalamnya?" Aldi mencoba mengingat-ingat kejadian di restoran itu.
"Seharusnya kamu menolak saja ajakan Project Manager tadi!"
"Tapi itu tidak sopan bukan?" kata Aldi menegaskan.
Erika mengangguk membenarkan perkataan Aldi.
Mereka terdiam agak lama. Kemudian Aldi berdiri.
"Sebaiknya aku kembali ke hotel saja! Besok sebelum kita kembali ke Tokyo, aku akan mengunjungi papamu untuk mengucapkan terima kasih"
"Baiklah. Aku pesankan taxi dulu!"
Erika mengambil ponselnya dan menekan beberapa nomor disana. Sementara Aldi beranjak ke kamar yang ditempati semula untuk mengambil tasnya.
Aldi kembali dari kamar dan mendapati Erika sedang berada teras rumah itu sedang berbicara dengan supir taxi yang berada di dalam mobilnya. Aldi mendekat, seketika Erika menoleh.
"Arigato." Aldi membungkuk dan begitupun Erika membalasnya dengan membungkuk.
Aldi masuk kedalam taxi.
"Sampai jumpa besok!" Erika mengucapkan salam perpisahan.
Aldi menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
Kemudian taxi itupun meninggalkan rumah Erika menuju hotel tempat Aldi menginap.
Dalam perjalanan ke hotel, Aldi mengecek ponselnya. Dia mendapati beberapa panggilan dari kekasihnya.
Aldi menghela nafas.
"Aku memang keterlaluan! Bisa-bisanya aku selalu lupa menghubungi dia!" gumamnya pelan sambil mengetik beberapa pesan pada tunangannya itu.
Beberapa saat berlalu dan taxi itu sampai di hotel tempat Aldi menginap. Dia membayarnya dan segera masuk menuju kamarnya yang berada di lantai 5.
*********
Nagoya, 08.00 AM
Aldi baru saja selesai cek out dari hotel tempat dia menginap selama di Nagoya dan kemudian masuk ke dalam taxi yang dipesannya. Taxi itu pun meluncur membelah pusat kota Nagoya yang sibuk. Wajar saja, karena ibukota Prefektur Aichi ini merupakan kota terbesar keempat di Jepang dalam hal jumlah penduduk. Bahkan dua produsen mobil ternama di dunia, Toyota dan Mitsubishi memiliki kantor pusat di Nagoya.
Selang beberapa menit kemudian taxi yang membawa serta Aldi telah berada di depan rumah Erika.
"Mohon ditunggu ya, Pak!" kata Aldi pada supir taxi itu dengan sopan dalam bahasa Jepang
"Baik, Tuan!" Supir itu menjawab sambil menganggukkan kepalanya.
Aldi kemudian masuk menuju teras rumah itu. Belum sempat Aldi memencet belnya tiba-tiba pintunya terbuka dan napaklah seorang gadis cantik bermata biru.
"Agatte kudasai." Erika menyambut Aldi dengan ucapan 'Selamat Datang'. Kemudian ia melanjutkan lagi, "Papa sudah menunggu di dalam!"
Gadis itu mempersilahkan Aldi masuk dan saat sampai di ruang tamu nampak seorang pria paruh baya berkulit putih dan berparas Jepang berdiri menyambutnya.
Aldi membungkukkan badannya memberi hormat dan begitupun papa Erika. Kemudian dia mempersilahkan Aldi duduk. Sementara Erika masuk ke kamarnya.
"Maaf tentang semalam Tuan dan terima kasih banyak atas bantuannya!" Aldi berbicara pada Papa Erika dalam bahasa Jepang
"Tidak masalah, Oh ya bahasa Jepangmu lumayan bagus, kamu bisa meminta bantuan Rika untuk memperlancarnya, dia sudah menguasai 5 bahasa. Bahkan akhir-akhir ini dia berniat untuk belajar bahasa Indonesia lagi!"
"Terima kasih, Tuan! Kalau begitu nanti kami bisa saling membantu!"
Erika keluar dari kamarnya dengan membawa koper.
"Papa, kami sudah harus berangkat!" Dia kemudian memeluk papanya.
"Baiklah, saya titip Rika ya!" Papa Erika berpesan pada Aldi sambil membungkuk.
"Baik, Tuan." jawab Aldi ikut membungkuk memberi hormat.
Mereka berdua pun masuk ke dalam taxi yang kemudian membawa mereka meninggalkan rumah itu menuju Bandara Internasional Chubu Centrair.
Beberapa saat berikutnya mereka pun sudah berada di dalam pesawat yang membawa mereka menuju Tokyo.
"Erika apa benar kamu ingin belajar bahasa Indonesia?"
Aldi memecah kesunyian mereka selama didalam pesawat.
"Iya, apa kamu tahu dari papaku?" Erika balik bertanya
Aldi menganggguk. Erika tersenyum
"Mulai sekarang panggil saja aku Rika!" katanya sambil menatap Aldi penuh arti.
...****************...
Disebuah Rumah sakit lain.
Kevin tampak baru selesai sarapan dan hendak meminum obatnya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Seorang pria tampan dengan menggunakan hodie hitam dan celana jeans hitam dipadu dengan sneaker putih berdiri disana melihat Kevin dari jauh.
"Uhhh, bikin jantung mau copot lu!" kata Kevin sambil mengelus dadanya.
"Kenapa?" tanya Yori datar sambil mendekati Kevin.
"Kirain malaikat maut yang datang ternyata mahluk kutub!" Ejek Kevin pada saat sahabatnya itu.
Yori tidak menanggapi candaan Kevin dan dengan cueknya duduk di sofa.
"Udah buruan minum obat lu!" Perintahnya pada Kevin yang masih memegang obatnya.
Kevin kemudian meminum obatnya dan bersandar di tempat tidur yang sudah ditinggikan.
"Kamu nggak ketemu Nindi?" tanya kemudian
Yori menggeleng. Dia mengambil apel yang ada di meja dan memakannya.
"Nindi nungguin lu dari semalem! Dia baru balik gak lama sebelum lu datang." Kevin memulai membahas tentang Nindi, sahabat mereka semenjak SMP.
"Siapa suruh! Gue udah bilang semalam."
Yori masih cuek, dia enggan membahas mengenai gadis itu. Dia menyibukan diri dengan apel yang hampir kehilangan seluruh bagian tubuhnya akibat gigitan Yori.
"Lu jangan terlalu keras sama Nindi! Dia sadar kesalahannya kok." Kevin masih saja terus membahasnya dan itu membuat Yori jengah.
"Baguslah! ... Apa kata dokter?" Yori mengalihkan pembicaraan mereka.
"Disuruh istirahat total, mungkin seminggu atau dua mingguan!"
"Makanya jangan bandel!" ledek Yori pada sahabatnya itu.
Kevin melempar Yori dengan bantalnya tapi dengan sigap ditangkap oleh Yori. Dia kemudian mengembalikan bantal ke Kevin.
"Gue gak bisa lama, Rena juga sakit!" ucap Yori sudah berpindah posisi disamping tempat tidur Kevin.
"Sakit apa dia?" tanya Kevin penasaran.
"Nanti gue ceritain. Lu istirahat aja ... tapi jangan sampe gak bangun, oke!
Kevin tersenyum. Dia tahu sebenarnya sahabatnya itu sangat perhatian meskipun sikapnya dingin dan acuh.
"Salam sama Rena ya! Bilang gue kangen!" goda Kevin pada sahabatnya.
Yori menatap tajam Kevin. Sementara yang ditatap hanya tertawa renyah melihat sahabatnya itu berhasil dipermainkannya.
Kemudian Yori pun beranjak meninggalkan Kevin sambil melambaikan tangan dari belakang. Dia menyusuri lorong rumah sakit itu melewati perawat-perawat yang saling berbisik dan tatapan kagum kaum hawa yang tidak bisa melewatkan pesona seorang pria seperti Yori.
Bersambung.
...****************...
... Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya teman-teman! Dengan cara like, Komen, vote dan rate bintang 5....
...Terima kasih atas supportnya selama ini....
...Love you all...
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut