Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB. 3. Ruby Pergi Dengan Membawa Duri.
Ruby bergegas turun dari ranjang setelah kepergian Emer. Ia kembali masuk ke dalam kamar mandi dan memakai pakaiannya meski masih basah. Ia harus segera meninggalkan club, sebelum Emer berubah pikiran atau hal buruk lainnya bisa saja menimpanya.
Keluar dari dalam kamar, Ruby langsung menuju pintu club, tapi di tengah langkahnya, ia melihat Emer yang sedang duduk bersama teman-temannya di salah satu meja.
Deg!
Jantung Ruby serasa ingin lepas, ketika mata tajam itu menguncinya. Tapi Ruby tetap meneruskan langkah dengan membuang pandangan—berpura-pura tidak melihat Emer.
"Kau yakin melepaskannya, Emer? Dia sangat cantik. Kalau untukku saja, bagaimana?" tanya teman Emer yang memang sedari awal melihat Ruby sudah terpesona dengan kecantikan wajah gadis itu.
Teman-teman Emer begitu terkejut saat mengetahui Emer tidak jadi menyentuh Ruby. Karena Ruby memiliki rupa yang begitu cantik, mereka yakin Emer akan langsung tertarik. Tapi nyatanya, pria itu melepaskan Ruby begitu saja.
"Dia gadis penyakitan. Bahkan di tubuhnya banyak terdapat krusta (koreng). Kau mau tertular? Aku akan memberi pelajaran pada Cakra, karena sudah berani menipuku!" ucap Emer tegas, netra tajamnya masih memperhatikan kepergian Ruby. Ia lekas meraih gelas minumnya dan langsung menegaknya.
Teman-teman Emer kompak mengangguk. Mereka membiarkan Ruby keluar dari club, karena percaya dengan perkataan Emer.
Ruby masih bisa mendengar semua ucapan Emer tentangnya, tapi ia sama sekali tidak perduli. Terserah Emer ingin menyebutnya gadis penyakitan ataupun lebih buruk dari itu. Ruby hanya ingin bebas, ia tidak ingin membayar kekalahan Cakra dengan tubuhnya.
Air mata Ruby kembali menetes. Cakra sungguh tega mengorbankannya. Ruby memeluk erat tubuhnya yang semakin dingin diterpa angin malam. Bersin serta flu ia usap sekedarnya dengan ujung lengan pakaiannya. Ruby terlihat begitu kacau, juga menyedihkan.
Dalam keadaan yang memperhatikan itu, Ruby memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya. Perbuatan Cakra sudah sangat keterlaluan. Ruby akan mengatakan ini pada Mommy dan juga daddynya. Ruby berencana mengadu.
Memasuki rumah melalui pintu samping, langkah Ruby semakin gemetar karena sudah menahan dinginnya angin malam. Wajahnya yang merah dan bengkak karena menangis membuatnya terlihat seperti telah kehilangan harapan, tapi ia akan tetap mengadukan perbuatan Cakra pada kedua orang tua mereka. Ruby berharap bisa mendapatkan pelukan dari mommynya dan pembelaan dari daddynya.
Tapi yang Ruby dapatkan bukanlah pelukan hangat ataupun pembelaan. Yang ia dengar adalah percakapan yang membuatnya merasa seperti disambar petir.
"Aku sudah memutuskan; Ruby akan dijodohkan dengan Tuan Herison, pria kaya raya dan berpengaruh." Suara daddy Ruby-Roger Sanders terdengar.
Duar!
Ruby mematung di balik tembok pembatas antar ruang tamu. Tubuhnya yang menggigil kini seakan mati rasa seiring suara-suara yang terus ia dengar.
"Tapi, bagaimana jika Ruby tidak setuju, Dad?" Shinta Sechan-mommy Ruby bertanya pada suaminya. Ia tampak khawatir Ruby akan menolak, mengingat usia Tuan Herison yang sudah sangat tua.
"Ruby tidak akan membantah ucapanku. Ini adalah keputusan yang terbaik untuk keluarga kita. Tuan Herison adalah pria kaya raya dan berpengaruh. Ruby akan hidup dengan baik di sampingnya," jawab Roger dengan nada yang tidak bisa dibantah.
Ruby merasa seperti dipukul keras. Ia tidak percaya bahwa Roger bisa membuat keputusan seperti itu tanpa mempertimbangkan perasaannya. Ia merasa seperti tidak dihargai dan tidak dicintai.
Ruby ingin maju, ia tidak terima dan akan menolak perjodohan itu. Tapi kedatangan kakaknya-Cakra mengurungkan niatnya, dan juga pertanyaan yang Rachel lontarkan pada Cakra.
"Kau meninggalkan Ruby, Kak?" tanya Rachel menyambut kedatangan Cakra yang baru saja kembali. Ia menuruni anak tangga dan lekas bergabung di ruang keluarga—duduk manis di samping Shinta.
"Hm."
"Ke mana kau membawa Ruby?"
"Aku kalah taruhan. Aku serahkan dia sebagai pembayarnya, Dad."
"Apa?!" Suara keras Roger terdengar. Ia sudah menatap putra pertamanya dengan kilatan amarah. Namun, sang istri-Shinta dengan lekas mengusap pelan lengan suaminya.
"Dad, jangan marah pada Cakra."
"Kau tidak dengar? Dia sudah membawa Ruby dan memberikan anak itu pada temannya? Bagaimana janjiku dengan Tuan Herison, hah?" tanya Roger.
"Siapa Tuan Herison?" Cakra melempar pertanyaan pada kedua orang tuanya.
Roger yang tengah menahan amarah itu duduk kembali dengan menghempaskan diri. Ia minta Shinta untuk menjelaskan siapa Tuan Herison pada Cakra.
"Aaa... ternyata begitu. Bagus juga rencana Daddy. Dia jadi lebih berguna untuk keluarga ini, jika menikah dengan pria tua yang kaya raya. Daddy tenang saja, Ruby tetap bisa menikah dengan Tuan Herison, ia pasti pulang setelah ia melayani Emer."
"Emer?" tercengang Rachel mendengar ucapan kakaknya yang setengah mabuk itu. Rachel mengenal Emer-kakak tingkatnya yang merupakan putra seorang konglomerat. Salah satu pewaris perusahaan besar Rykhad Holdings.
Namun, Cakra tidak mengetahui siapa Emer sebenarnya. Mereka hanya saling mengenal karena menjadi salah satu pelanggan club malam yang sama.
Rachel tampak protes pada kakaknya saat mengetahui ke mana Cakra sudah menyerahkan Ruby. Keduanya berdebat dan membuat Roger serta Shinta pusing.
"Hentikan pertengkaran kalian. Kau harus memastikan Ruby pulang, Cakra!" tekan Roger pada putra pertamanya. "Dan kau, Rachel. Daddy juga akan menjodohkanmu dengan salah satu putra penguasa."
Rachel tentu terkejut mendengar perkataan Roger. Ia langsung menolak keras keputusan daddynya. Ia tidak ingin bernasib sama seperti Ruby—yang dijodohkan dengan pria tua
"Daddy tidak mungkin menjodohkanmu dengan pria sembarangan. Daddy ingin kau menikah dengan salah satu putra Tuan Reagan. Daddy sudah bicara dengannya." Senyum puas terukir di wajah Roger. Membayangkan dua perjodohan putrinya yang ia rencanakan terjadi, maka bisa dipastikan, tak hanya harta yang akan semakin berlimpah, tapi juga namanya yang akan semakin besar.
"Tuan Reagan? Pemilik Rykhad Holdings, Dad?"
Roger memberikan anggukan pada putrinya.
Melihat hal itu sontak saja Rachel bersorak riang, ia mendapatkan kabar yang begitu mengejutkan sekaligus membuat hatinya senang. Ia tentu saja tidak akan menolak.
"Tapi Daddy belum tahu; putra Tuan Reagan yang mana yang akan bertunangan denganmu." Roger mengusap sayang kepala Rachel yang kini sudah berpindah duduk di sampingnya dan langsung memeluknya.
Rachel tersenyum dengan mata terpejam. Ia membayangkan wajah Emer yang begitu tampan, berharap pria itu yang akan bertunangan dengannya. Tapi meskipun bukan Emer yang akan bersamanya, Rachel tidak keberatan jika harus bertunangan dengan saudara Emer yang lainnya.
Keempatnya tampak bahagia ketika membahas dua perjodohan yang terdengar begitu luar biasa.
Tak menyadari bahwa ada hati yang kini begitu hancur dan terluka saat mendengar semuanya dan juga melihat kehangatan mereka.
Di balik dinding, Ruby menahan isakan, air matanya mengalir deras seperti sungai. Tangannya mengepal erat. Perasaan sedih, kecewa, serta amarah serasa ingin meledak dari hatinya saat ini, tapi Ruby menahannya.
Bagai sebuah pion, hidupnya diatur dan dikendalikan sesuka hati. Ia tidak memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Sesuatu yang dingin dan keras mulai muncul di hati Ruby. Kelemahan dan ketidak berdayannya selama ini seakan menyala. Ia merasa muak saat terus menjadi korban lemah dan tak berdaya.
"Aku tidak akan membiarkannya," gumam Ruby pelan. Namun, begitu menekan. "Tidak akan aku biarkan; kalian terus mengorbankanku."
Kemarahan dan kecewa yang terus dirasakan Ruby perlahan-lahan berubah menjadi dendam yang membara. Ia langsung berbalik dan memilih pergi meninggalkan rumah keluarga Sanders.
"Keinginan kalian tidak akan pernah terjadi. Tidak akan aku biarkan!"
Ruby pergi detik itu juga. Ia memutuskan meninggalkan rumah serta keluarga yang selama ini terus saja menancapkan duri di hatinya.
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃