NovelToon NovelToon
Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Ternyata, Aku Salah Satunya Di Hatimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:20.3k
Nilai: 5
Nama Author: X-Lee

Di balik kebahagiaan yang ku rasakan bersamanya, tersembunyi kenyataan pahit yang tak pernah ku duga. Aku merasa istimewa, namun ternyata hanya salah satu dari sekian banyak di hatinya. Cinta yang ku kira tulus, nyatanya hanyalah bagian dari kebohongan yang menyakitkan.


Cinta yang seharusnya menguatkan, justru menjadi luka yang menganga. Eva, perempuan dengan hati selembut embun, dikhianati oleh pria yang dulu ia sebut rumah.

"Cinta seperti apa yang membuatku merasa sendirian setiap malam? Yang membuatku meragukan harga diriku sendiri? Cintamu .... cintamu telah membunuhku perlahan-lahan, hingga akhirnya aku mati rasa." gumam Eva Alexia


Bagaimana takdir cinta Eva Alexia selanjutnya? Apakah dia akan tetap mempertahankan pernikahan nya atau mengakhiri semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon X-Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Menunggu

Di sebuah rumah besar yang dulunya penuh dengan canda tawa dan kehangatan, kini hanya sunyi yang menggema di setiap sudut ruangannya. Lebih tepatnya di ruang makan, tempat yang seharusnya menjadi saksi kebahagiaan malam itu terlihat sepi. Makanan pun sudah dingin karena terlalu lama di abaikan.

Di ujung meja, duduk seorang perempuan cantik bernama Eva Alexia, usianya dua puluh delapan tahun. Rambutnya disanggul rapi, make-up tipis menghiasi wajah yang pucat, namun matanya tampak lelah, menyimpan duka yang sudah terlalu sering dipendam.

Eva tidak menyentuh sepiring pun makanan di hadapannya. Tangannya hanya menopang dagu, sementara pandangannya terpaku ke arah pintu depan yang tertutup rapat dan ponselnya yang tergeletak di meja. Sesekali ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang bergemuruh oleh harapan dan kekecewaan yang saling bertarung.

“Apakah ini akan terulang kembali... seperti tahun-tahun sebelumnya?” gumamnya lirih, dengan suara yang nyaris tenggelam dalam keheningan. Tawanya pelan, getir, nyaris seperti isak yang ditahan.

Beberapa saat yang lalu, Eva menghubungi suaminya.

"Mas... kamu lagi sibuk yaa?"

"Iya sayang, mas sibuk banget. Maaf yaa, Mas bakal pulang terlambat nantinya. Enggak apa-apa, kan?"

"Enggak apa-apa kok, Mas."

Panggilan berakhir, namun menyisakan sesak di dadanya.

Ini bukan pertama kalinya ia menunggu dalam diam. Sudah lima tahun lamanya ia menjalani peran sebagai istri—seorang istri yang selalu merindukan kehadiran suaminya di momen-momen yang paling berarti. Hanya tahun pertama pernikahan suaminya menemani nya merayakan anniversary pernikahan.

Namun, tahun berikutnya, setiap tahun, setiap tanggal yang seharusnya istimewa, ia selalu ditinggal dengan alasan yang sama: pekerjaan, kemacetan, urusan mendadak. Alasan yang terus berulang, dan semakin lama, terasa semakin hampa.

Padahal, dulunya--suaminya sangat romantis dan paling antusias saat ulang tahun pernikahan mereka tiba.

"Sayang, Mas bikin kue ini spesial buat kamu. Kamu coba yaa." ucap Ardian dengan wajah sumringah

Eva mencobanya dan dia memekik girang, "Wah, enak banget, Mas. Kamu hebat banget bikin kue."

"Siapa dulu dong yang bikin."

"Suamiku tercinta dong."

"Kasih kecupan dong."

Cup.

"Jangan di pipi."

"Lho, jadi mau di mana?"

"Di sini." Setelah mengatakan hal tersebut, Ardian mengecup bibir istrinya yang terasa candu sekali. "Bibir kamu manis sekali, sayang."

"Maasss...." pekik Eva manja dan malu

Ardian terkekeh pelan, "Serius sayang."

Setelah itu, mereka tertawa bersama-sama. Lalu pasangan suami-istri itu melanjutkan aktivitas mereka.

Eva tersenyum sendiri saat mengingat semua itu. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, ke kursi kosong di seberangnya. Kursi itu seharusnya diduduki oleh sosok yang ia cintai. Seseorang yang dulu berjanji akan membuatnya bahagia. Tapi malam ini, seperti malam-malam lainnya, ia hanya ditemani oleh kesunyian dan janji yang kembali tak ditepati.

Air matanya menetes perlahan, jatuh ke atas meja, menyatu dengan sejuknya malam. Mungkin ia masih berharap, mungkin ia masih percaya. Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam, ia mulai bertanya... sampai kapan ia harus terus menunggu?

Wajah perempuan itu kian memucat. Sudah berjam-jam ia duduk di ruang makan, menatap jam dinding yang terus berdetak tanpa kompromi. Perutnya sudah sejak tadi memberontak, namun ia menahannya. Bukan karena tak ada makanan, tapi karena satu alasan yang terus ia pegang teguh—ia ingin menyambut suaminya pulang, makan bersama seperti dulu, seperti saat semuanya masih terasa hangat dan penuh cinta.

Padahal, tubuhnya tidak sekuat dulu. Ia memiliki riwayat asam lambung yang parah. Sedikit saja terlambat makan, tubuhnya bisa gemetar, perutnya terasa perih seperti disayat. Tapi demi pria yang ia cintai—atau yang masih ia yakini cintanya—dia rela menanggung semuanya.

Bukankah itu definisi dari cinta yang bodoh? Cinta yang tak logis, tapi terus dipelul erat-erat.

Di sudut ruang, seorang asisten rumah tangga memperhatikan dengan gelisah. Ia sudah lama bekerja di rumah ini dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa sabarnya majikannya menanti setiap malam. Sering kali dalam diam. Sering kali dengan tatapan kosong ke luar jendela, seperti berharap sesuatu akan berubah.

Perlahan, dia mendekat. Suaranya pelan dan penuh khawatir. "Nyonya, tuan pasti akan terlambat lagi untuk pulang. Sebaiknya nyonya makan saja dulu."

Perempuan itu tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip dengan topeng daripada ekspresi tulus. "Aku baik-baik saja, Bi. Aku akan menunggu kepulangan Mas Ardian. Dan aku yakin sekali, dia akan datang sebentar lagi," ucapnya sambil membelai pergelangan tangannya, menenangkan diri.

Tapi dalam hatinya, keraguan membuncah. Bahkan ia tak tahu apakah ucapannya itu ditujukan untuk Bibi atau untuk menenangkan dirinya sendiri. Kalimatnya seperti mantra kosong yang diulang-ulang agar luka batinnya tidak semakin dalam. Sungguh, ini bukan sekadar kesabaran—ini adalah bentuk manipulasi terhadap diri sendiri.

ART itu membuka mulut, ingin berkata sesuatu, namun belum sempat keluar satu kalimat pun, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Suara mesin yang begitu dikenal, yang tiap malam ditunggu dengan harap-harap cemas.

"Tuh kan, apa aku bilang. Mas Ardian pasti datang," ucap perempuan itu, senyumnya kali ini sedikit lebih tulus, meski tetap ada getir yang sulit disembunyikan. Ia berbisik lirih, nyaris tak terdengar, "Walaupun dia datang terlambat."

Bibi hanya membalas dengan senyum kecil, tidak ingin mengganggu momen itu. Namun, di dalam hatinya, ia merasa getir. Ia tahu, nyonyanya terlalu baik. Terlalu setia. Bahkan untuk seseorang yang kadang lupa pulang, lupa memberi kabar, dan lupa bahwa di rumah ini ada seseorang yang menunggunya dengan seluruh cinta yang tersisa.

Bibi pernah tanpa sengaja melihat sang nyonya menangis sendirian di kamar. Perempuan itu selalu berusaha terlihat kuat di depan orang lain, namun begitu pintu tertutup, air matanya mengalir deras, seolah seluruh luka yang dipendam tumpah sekaligus. Tak pernah sekali pun dia mengadu. Tak pernah memaki. Ia hanya menangis dalam senyap.

Hari ini pun, meski suaminya akhirnya datang, Bibi tahu luka itu belum sembuh. Hanya tertunda. Seperti luka lama yang ditutupi perban baru. Dan setiap malam, drama yang sama akan terulang. Cinta yang diam-diam menyiksa, tapi tetap dipeluk dengan sabar oleh seorang perempuan yang terlalu setia.

Pintu utama akhirnya terbuka. Ardian, sang suami, masuk dengan langkah cepat namun tak tergesa. Raut wajahnya seperti biasa—tenang, sedikit lelah, dan sulit dibaca. Ia melepas sepatu di depan pintu, menyampirkan jas kerja ke lengan, lalu tersenyum ketika melihat istrinya masih duduk di ruang makan.

“Eva sayang... maaf ya, aku pulang telat lagi,” ucapnya seraya berjalan mendekat. Ia mencium kening istrinya sekilas, kemudian duduk di sebelahnya.

Perempuan itu menatap suaminya dengan pandangan yang sulit dijelaskan—antara lega, kecewa, dan tetap ingin percaya.

"Aku masak makanan kesukaanmu," ucapnya pelan, mencoba menyembunyikan suara gemetar. "Aku kira kita bisa makan bareng malam ini."

Ardian tersenyum, lalu mengusap lembut punggung istrinya. “Aduh, sayang... aku tadi ada meeting dadakan. Klien dari luar negeri, susah banget dijadwalin. Tadinya aku pikir bisa kabur lebih cepat, tapi tahu sendiri lah kalau udah urusan kerjaan.”

Istrinya mengangguk kecil. Ia tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya menyimak.

“Terus,” lanjut Ardian, seolah merasa perlu memperkuat alasannya, “habis dari kantor, aku sempat mampir ke toko roti langganan kamu itu, yang kamu suka banget. Tapi udah tutup, yank. Aku telat banget sampai sana.”

Dia merogoh sakunya, mengeluarkan selembar kertas kecil—struk parkir—dan menunjukkannya seperti bukti tak terbantahkan.

“Lihat, ini jam aku keluar dari sana. Setengah sembilan lewat. Aku niat kok, yank. Beneran.”

Perempuan itu mengangguk lagi. Kali ini senyumnya muncul, tapi tetap lemah. “Iya… aku percaya, Mas.”

“Sorry banget ya, kamu nunggu lama. Aku tahu kamu suka nahan lapar kalau belum makan bareng aku. Tapi kamu nggak usah kayak gitu lagi, yank. Jangan sampai sakit, aku nggak mau lihat kamu kayak gini terus.”

Ardian memeluk istrinya dengan satu tangan. Dalam hatinya, Ardian mengumpat dirinya sendiri. Karena dia telah berbohong. Sementara itu, Eva bersandar di bahunya. Ada sedikit kenyamanan di sana, meski hatinya masih menyimpan pertanyaan yang tak berani ia ucapkan.

"Maafkan aku, Eva.' batin Ardian

***

Apa yang telah dilakukan oleh Ardian? Sampai-sampai, dia berbohong seperti itu?"

1
Mundri Astuti
bongkar sekalian Adrian....biar tau kebenarannya...
tapi kamu juga salah si Adrian ...
Mardathun Lie: otw bongkar semuanya
total 1 replies
Nur Nuy
lanjut lah ungkapin semuanya eneg sama jalang sama adenya Adrian ga ada yg bener
Mardathun Lie: oke siap
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
lagiii donk...penisirin ini
Mardathun Lie: tungguin yaa hehe
total 1 replies
Nur Nuy
so sweet persahabatan ini
Mardathun Lie: kita juga bisa jadi sahabat KK 😁😂
total 1 replies
Nur Nuy
hahahaha mampus jalang, mampus mantan mertua eva tau kenyataan mantu jalang lu ga bener wkwkwkkw
Mardathun Lie: enaknya di apain yaa tuh mantu 😅🤣/Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
enak kan Adrian diselingkuhi ....pro...prok...
itu yg dirasakan Eva saat ia tau kamu selingkuh
Mardathun Lie: tersiksa lahir batin yaa /Joyful//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: wokeeee
total 1 replies
Nur Nuy
kasih tau tuh jalang bayar pembunuh bayaran, biar mertua nya kaget wkwkkwwk
Mardathun Lie: ide yg bagus 🤣
total 1 replies
Nur Nuy
lah ngapa jadi perkosa bukannya siksa kurung, tololl anak itu juga bukan anaklu biarin aja sih dia dipenjara
Mardathun Lie: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Mundri Astuti
next thor
Mardathun Lie: okeeee
total 1 replies
Mundri Astuti
nah harus sebanding ntu balesannya, dah nyelakain Eva, mestinya penjara
Mardathun Lie: di siksa Ardian dulu yaa, baru di penjara 😁😂
total 1 replies
Nur Nuy
haha kebusukannya jalang dikasi tau Adrian mampus lu jalang, udah bukan anak Adrian itu jangan jangan sama adenya Adrian dia punya anak wkwkwkwk tunggu jeruji besi nunggu lu pelakor
Mardathun Lie: lu semangat banget kalau pelakor kena siksa yaa kak 🤣🤣🤣🤣/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
jangan baik banget eva jadi orang, cukup lu sampein depan keluarga Adrian kalau pelakor yang sengaja celakain lu, dan tara anaknya lisna bukan anak Adrian mampuskan
Mardathun Lie: yaudah deh, gpp. lanjutkan 🤣🤣🤣 senggol bacok yaa
Nur Nuy: hahahaha gue jahat lo sama pelakor thor
total 3 replies
Mundri Astuti
perlu dipertimbangkan tuh va idenya Julia, hayyoo arsenn sok lahhh..gas keun...
Mardathun Lie: wih 😁😁/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
kapan terbongkarnya yak
Mardathun Lie: sabar yaa 🤩
total 1 replies
Mundri Astuti
adriann kamu tanyeee.../Frown/
Mardathun Lie: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
Mundri Astuti
yg nyelakain Eva ngga dilanjutkan ke jalur hukum
Mardathun Lie: Belum, satu persatu yaa konfliknya /Facepalm/
total 1 replies
Nur Nuy
semoga arsen jodoh eva☺☺☺kalian terlalu manis, ih kapan pelakor ketahuan ini up dikit banget y
Mardathun Lie: Itu banyak lho, 1410 kata sangat sedikit yaa /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/🤣🤣🤣
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
dalam penulisan kata katanya bagus
saya suka
Mardathun Lie: Makasih 🤩🤩🤩
total 1 replies
Ibrahim Ibrahim
aku suka penulisan nya 👍
Mardathun Lie: Makasih ❤️🤩🤩🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!