Haii…
Jadi gini ya, gue tuh gay. Dari lahir. Udah bawaan orok, gitu lho. Tapi tenang, ini bukan drama sinetron yang harus disembuhin segala macem.
Soalnya menurut Mama gue—yang jujur aja lebih shining daripada lampu LED 12 watt—gue ini normal. Yup, normal kaya orang lainnya. Katanya, jadi gay itu bukan penyakit, bukan kutukan, bukan pula karma gara-gara lupa buang sampah pada tempatnya.
Mama bilang, gue itu istimewa. Bukan aneh. Bukan error sistem. Tapi emang beda aja. Beda yang bukan buat dihakimi, tapi buat dirayain.
So… yaudah. Inilah gue. Yang suka cowok. Yang suka ketawa ngakak pas nonton stand-up. Yang kadang galau, tapi juga bisa sayang sepenuh hati. Gue emang beda, tapi bukan salah.
Karena beda itu bukan dosa. Beda itu warna. Dan gue? Gue pelangi di langit hidup gue sendiri.
Kalau lo ngerasa kayak gue juga, peluk jauh dari gue. Lo gak sendirian. Dan yang pasti, lo gak salah.
Lo cuma... istimewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoe.vyhxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan pertama
Kian dan Rohit sudah sampai diparkiran sekolah tepat sebelum bel terakhir berbunyi.
Melangkahkan kaki menuju kelas XI IPA 3 . kian dan Rohit satu kelas, satu meja, dan satu prinsip.
Prinsipnya adalah menjadi siswa teladan anti bolos walaupun dikelas tidur. Bahkan guru mereka mengapresiasi tindakan mereka. Setidaknya mereka masih niat dateng ke sekolah. Jadi anak baik gak harus instan, bisa mulai dari niat dulu.
No problem!
......................
"Eh.. hit. Ntar jangan bangunin gue ya pas istirahat. Badan lemes habis habisan. Kepengen tidur panjang"
"Tapi nanti sellin dikantin "
"Ga doyan. "
Setelah mengutarakan, kian segera menutupi wajahnya menggunakan buku paket tebal yang ia bawa.
Tidak puas dengan jawaban kian, rohit menyenggol punggung kian. "CK!! Semangat gitu kek. Gue bayarin deh" . Sembari melakukan hal sama seperti kian. Meletakkan kepalanya diatas meja .
Rohit menghela nafas. Memang susah kalau udah urusan sama ngantuknya kian. Matanya yang lengket dan mimpinya yang ga kelar kelar bikin dia susah Bangun. Alhasil bunyi bel istirahat Rohit pergi sendirian kekantin. Bahkan menatap sellin yang katanya kakak tingkat paling cantik tidak membuat sahabatnya tergiur untuk ikut nimbrung kekantin.
"Dasar bocah absurd" Rohit mengguman tak karuan. Ia kesal.
Biasanya kian paling semangat tentang makanan. Entah apa yang ia lakukan sampai harus memilih tidur daripada cuci mata.
Plakk!! Rohit menepuk jidatnya sendiri seperti orang gila.
"Begoo!! Kan temen gue gay. Tolil tolil "
"Kenapa Lo? "
Dias. teman tim basket Rohit disekolah itu menunjukkan batang hidungnya setelah libur panjang akibat cedera lutut.
"Gapapa. Gimana lutut Lo?"
Rohit penasaran dengan kondisi Dias selaku kapten di timnya. Sedikit kesal karena tidak adanya Dias membuat club basket menjadi off play.
Ga semangat sama sekali. Stamina down!!
"Aman. Tapi gue belum ikut main. Gadibolehin sama dokter. "
"Iyalah, ntar copot lagi tuh sekrup-sekrup. Santai dulu, jangan maksa "
Sambil menyeruput es Rohit, Dias berkata sambil ngegas, "Ngaco!. Gue belum jompo " .
Dias lebih nyaman dengan Rohit yang bisa dibilang orang yang sangat care. Baginya, ia lebih leluasa berbicara dengan Rohit daripada anggota tim yang lain.
Rohit Memundurkan sedikit kakinya takut mengenai orang yang ada dihadapannya.
"Udah. Lo fokus sembuh dulu. Kalo masalah basket mah. Pas kuliah juga ada olahraga basket. Diluar sekolah Lo juga ikut basket kan?" Mencoba menenangkan. Rohit tahu kalau Dias adalah maniak basket.
"Iyeee. Tapi ya tetep kangen lapangan sih " jawab Dias sambil menatap gorengan dipiring rohit
Sambil cengar cengir dia menempelkan senyum merekah. "Pinjem seratus dong"
"Wahh.. gila ni anak. Gue udah berduka cita atas perginya Lo berobat. Dateng Dateng pinjem seratus"
Seriuss!! Kaptennya gaberes.
Dias yang ditatap ngeri temannya hanya bisa cekikikan. Mengerjai Rohit adalah hobi utamanya. Ekspresi 'iddiih' nya sangat ngena terpampang nyata.
"Sumpah Lo jadi miskin ? Beneran? "
"Enggak sih. Tapi kalo Lo kasih ya gue terima"
"Ogahh!! . Bapak Lo kepala sekolah disini. Kenapa ga Lo minta aja Sono .. noohh diruang rapat. Tempatnya masih sama. Dari sini pentok belok kiri "
"Pelit"
"Ya Lo ga make sense gila "
"Lo lebih kaya dari gue "
"Sinting ni orang"
"Ga. Gaada Seratus-seratusan kagak ada. Mending lo balik aja ke rehab lutut.”
"Bwahahhahaha"
"Gue balik kelas duluan deh. Mau bangunin si sleeping beauty. Keburu ngimpi sampai Jerman"
"Kian?"
"Yoi"
"Salamin."
"Apaan salam salam. Muka Lo kek Walid"
"Ehh... Cemburu banget nih Abang Rohit"
"Beda konteks well "
"Bye. Sehat sehat deh kapten "
......................
Jam terakhir pelajaran sekolah hampir usai. Mau tak mau rohit harus membangunkan tetangganya ini. Ia tahu pasti kian tidak akan bangun. Namun, ia bosan jika harus mendengarkan materi kewaganegaraan sendirian. Harus ada yang diobrolin.
“ lo ga mau diseret guru bp kan ki”
“ didepan lo ada bu sastro “ Rohit berbisik tepat disebelah telinga kian.
Kian langsung reflek ngegeplak lengan Rohit. "Gue udah bangun dari tadi. Gausah sok-sokan nakutin gitu,” katanya dengan suara serak habis tidur.
“ hehe.. sorry.”
Kian yang sudah kepalang malas sekolah ingin segera pulang dan melanjutkan sereal drama kolosal favoritnya.
“ harusnya gue nonton dulu sampai selesai. Kalau gini kan jadi penasaran “ kian menggaruk belakang kepala.
Rohit yang sudah mengetahui tabiat tetangga beda gang itu hanya fokus dan berkelut dengan layar tablet dirumah. Otaknya hanya drama, anime , movie , film , semacam itu. Hobi belajar bahkan tidak ada didalam otaknya.
“ jangan obsesi nyari duda tajir melintir. Itu cuma di drama yang lo tonton “ lirih rohit sembari menutup bukunya.
“ ya bisa aja kan? Didunia ini gaadaa yang ga mungkin .” Ikut menutup buku
Pelajaran terakhir sudah usai. Setelah guru berpamitan diikuti dengan bunyi bell pulang sekolah, seluruh siswa bergegas keluar dari kelas masing masing.
Niat hati ingin segera pulang, namun pikiran rohit yang entah ide darimana ingin mencoba menginjakkan kaki di mall besar dikotanya.
Tak lain dan tak bukan kian hanya mengekor mengikuti rohit .
“ kita mau nyari apa sih?”
“ cuma mau buat story aja sih. Udah lo diem aja nengok sana”
“ ngapain ?”
“ diem. Nurut” sambil mendorong kian mendekat kearah eskalator.
Rohit memotret kian dari belakang tanpa sadar membuatnya tersenyum.
“ bagus “ rohit mengguman.
“ moto apaan? “ tanya kian yang sudah sampai lebih dulu di lantai 3
“ kepo. Udah ayok”
“ kemana ? Gue gabawa duit hit”
"Lo bawa duit gak sih?” tanya Kian curiga.
“Gue bawa. Dua ratus lima puluh.”
“Duit segitu bisa apa, cuy? Di mall paling cuma dapet sehelai kaos sama teh botol,” katanya sambil ngakak.
“Gue pengen nyari baju, kali aja nemu diskon. Lo mau gue beliin apa?”
“Kaos Dior sama sempak Calvin Klein. Set, kece.”
“Anjir ngaco. Duit gue aja belum tentu cukup buat bayar parkir ntar.”
“ kita muter aja dulu . Yuk”
Rohit menarik paksa tangan kin agar menyamai langkah girangnya. “ semangat dong” katanya.
Dengan memaksa kaki yang sudah hampir gempor karena beberapa kali jalan, ia masih harus menuruti dan mengiringi langkah rohit yang bisa dibilang lebih lebar dibanding dirinya.
Ia menyesal !!
“ kita beli baju couple yuk!” Rohit spontan menoleh kearah baju keren disampingnya.
“ duhh.. jangan kebiasaan narik narik. “ kian sebal.
Tak menunggu lama. Kian yang masih mengekor rohit dari belakang hanya bisa terdiam.
Rohit yang sibuk nyari baju dan kian yang entah fokus melihat seseorang yang sedang duduk di pojok dekat bagian celana.
Sambil menganga dan mematung, kian mengguman “ ganteng banget astaga !!!” .
Mata membelalak itu seperti melihat sosok pangeran yang selama ini ia idamkan.
“ eh hit. Lo masih lama ga nyari bajunya?”
“ bentar. Gue nyari yang ukurannya agak besar. “ rohit tidak fokus dengan kian. Ia hanya menjawab sambil melihat label harga di tag baju yang terpasang.
“ gue juga mau liat liat ahh” kata kian sembari berjalan menjauh dari rohit. .
“ ucup dicinta ulam pun tiba. Namanya jodoh ga kemana. Ada aja gebrakannya”
Kian mencoba melihat lihat sambil sesekali melirik seorang pria berjas yang tengah sibuk menelepon .
Tangan berurat dengan jam mahal bertengger di pergelangan tangan kirinya menambah keseksian tersendiri bagi mata kian.
Sedikit mendekat. “ ukuran yang cocok buat gue apa ya ?” Kata kian mencoba berdialog.
“Mmm… kalo xl kebesaran sih. Apa ya ?” Sambil melihat melihat yang lebih jauh. Kian sudah berhasil duduk disamping pria yang sedang matanya incar.
“ huftt.. capek banget muter muter”
Ia mencoba menjadi friendly sebisanya. Ini diluar batas kemampuan kian untuk pdkt dengan orang yang lebih tua.
“ om” sapa kian ramah
Tidak ada jawaban dari sapaannya.
Kian mencoba duduk lebih dekat.
Sambil mengibas seragam dan rambutnya ala cowok cool yang dicintai banyak orang, kian memperagakan apa yang ada di drama korea favoritnya.
“ udah gausah jaim . Khm pepet aja kali ya “ batin kian ga sabar.
“ kenapa kamu?” Tanya pria itu
.
“ eh. Gapapa om.”
“ kalau gapapa. Kenapa nginjek sepatu saya?”
Plak!!!. Mental Kian langsung bubar jalan. Mukanya kayak abis ditampar mental reality. Panik, malu, semua jadi satu.
“ eh. O oh sorry om gasengaja. Aduh ni kaki gatau tempat. Maaf om”
“ gajelas “
Setelah mengatakan itu. Pria gagah dengan urat kecintaan kian pergi meninggalkan tempat duduk.
“ AKhhhh… MY TYPE MY TYPEEEE” Kian kegirangan bukan main. Ia menunduk meringkuk untuk menutupi muka merahnya sekarang.
“ kenapa lo? “ tanya rohit yang tiba tiba datang sambil menenteng paperbag isi pakaian.
“ ayo pulang. Gue udah selesai nih”
“ yuk. Tapi kita muter dulu ya”
“ katanya pegel.”
“ siapaa? Gue ga ngomong tuh”
Sudah berjalan memutari seluruh mall bahkan rohit yang awalnya oke oke aja mendadak lemas.
“ lo nyari apaan?”
Kian yang masih tolah toleh ingin berusaha nyari bau wangi pria paruh baya yang sedikit menggetarkan hatinya.
“ bau mint”
“ hah!!?”
“ ssstt.. nafas lo merusak indra penciuman gue” sambil berjalan menuju kearah lift .
“ kayaknya dia diparkiran deh “ mengguman
“ hit. Pulangnya lewat sini kan ? “ menunjuk lift
“ pulang sekarang aja ya ?”
Rohit yang sudah pegal menenteng kesana kemari satu paperbag berisi dua baju ditambah kakinya yang hampir mengikuti ketua kapten basketnya untuk berobat kedokter segera menekan tombol lift didepannya.
Sewaktu didalam lift, Dengan wajah tanpa dosa kian segera menekan tombol lift untuk mengantarkan mereka ke parkiran.
Setelah sampai, kian segera berlari menuju basemant mobil paling ujung.
Rohit yang melihat tingkah kian sedari tadi aneh segera menarik kerah seragam temannya
“ motor kita disana. “
kian melepas paksa tangan Rohit karena tanpa sengaja mencekik lehernya tanpa kira “ duhh.. iya tahu. Tapi bentar gue mau mastiin sesuatu”
Sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada “ mastiin sesuatu apaan gue tanya?”
“ daritadi lo kek bocah lingkung tolah toleh kanan kiri ga nemu apa apa.”
Iya juga sih!!
Kian tahu itu hanya sesaat. Tapi hatinya masih mengganjal.
Dengan berat hati. Ia harus segera kembali kerumah sebelum sang mama khawatir karena sudah keluar terlalu lama.
“ bye cinta pertama “
“ lo kenapa ?”
“ kepo aja! Nyetir yang bener. Nabrak malah jadi ribet nanti”
Entah kenapa mood kian jadi lebih sensitif. Ia kesal.
Sungguh!! Kian ga dapet apa-apa kecuali wangi mint segar dari aroma pria yang ia temui tadi.
...****************...