NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Malam

Ahmad Al Fatih Pranadipa adalah siswa SMA yang dikenal sebagai pembuat onar. Kenakalannya tak hanya meresahkan sekolah, tetapi juga keluarganya. Hingga akhirnya, kesabaran orang tuanya habis—Fatih dikirim ke pesantren untuk dididik langsung oleh seorang kyai dengan harapan ia berubah.

Namun, Fatih tetap menjadi dirinya yang dulu—bandel, pemberontak, dan tak peduli aturan. Di balik tembok pesantren, ia kembali membuat keonaran, menolak setiap aturan yang mengikatnya. Tapi hidup selalu punya cara untuk mengubah seseorang. Perlahan, tanpa ia sadari, langkahnya mulai berbeda. Ada ketenangan yang menyusup dalam hatinya, ada cahaya yang mulai membimbing jalannya.

Dan di saat ia mulai menemukan jati dirinya yang baru, hadir seorang wanita yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga—getaran yang mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Hari adalah hari Ahad, hari libur bagi seluruh santri. Tidak ada kegiatan apapun di pondok. Fatih memutuskan untuk duduk santai bersama beberapa santri lain yang menonton permainan bola basket.

"Aduuhh aku capek.. mau istirahat!" kata Adit seorang santri yang ikut bermain bola basket, tapi karena sudah merasa sangat lelah. Pria itu duduk selonjoran di lantai dengan keringat yang bercucuran.

"Yaaa... Lagi serunya malah berhenti. Ada yang mau gantiin enggak?" ucap Revan yang juga bermain basket. Dia melihat sekeliling santri yang sedang duduk untuk ikut menonton. Fatih berdiri, berniat ingin meninggalkan tempat itu.

"Fatih?" panggil Revan pada Fatih, dia mengira bahwa Fatih ingin menggantikan posisi Adit. Fatih menoleh dengan wajah datarnya dan sama sekali tidak menyahut. Semua santriwati yang duduk di tribun, jangan salah sejak suara merdu Fatih menggema mengisi adzan magrib dia sudah menjadi idola baru di pondok pesantren. Bukan hanya satu dua santri wanita yang mengidolakan Fatih, tapi hampir seluruh santri wanita mengeluhkan Fatih.

"Kenapa?" tanya Fatih pada Adit. Mereka sekelas, jadi mereka saling kenal walau tak akrab.

"Main yuk! Kalau kamu tahu. Kalau enggak ya enggak usah." ajak Adit kemudian.

Merasa tertantang dengan ajakan Adit dan tak ingin di remehkan akhirnya Fatih menuruni tribun selangkah demi selangkah. Adit melemparkan bola basket itu ke arah Fatih, remaja yang sudah memotong rambutnya tersebut dengan gesit menerima bola itu. Sebelum memulai Fatih melakukan dribble dulu. Dari caranya melakukan dribble, Adit dan Revan serta beberapa santri yang ikut bermain terkejut melihat kehandalannya. Fatih melakukannya dengan mengubah posisi bola dari satu tangan ke tangan lainnya dan dengan lihai dan terlihat sangat mudah Fatih melakukan shooting dan tepat masuk dalam ring. Sontak semua pemain berbalik melihat Fatih, jarak yang sangat jauh tapi dengan tepat bola itu masuk mengenai sasaran. Seluruh santri wanita berteriak melihat itu, beberapa santriwati bahkan mulai mengisi tribune yang kosong dan ikut menonton permainan Fatih.

"Benar-benar idola." kata seorang santri bernama Andine. Telapak tangannya menyanggah kedua pipinya dengan mata yang berbinar melihat sosok sang idola baru.

"Aduh... Aku bosan lihat yang begini. Kita ke kamar yuk.." ujar Nesya yang menarik paksa tangan Andine, tapi wanita itu sama sekali tak ingin beranjak.

"Luh kalau mau ke kamar, pulang sendiri yah. Doi lagi main nih..." kata Andine pada Nesya. Dia sama sekali tak melihat wajah suntuk teman sekamarnya tersebut.

"Ok deh. Aku balik duluan aja. Lagian melihat seperti itu bukannya sama halnya zina mata."

"Bukan Nes.. ini itu bukan zina mata. Tapi sedang melihat kepiawaian seseorang dalam bermain basket. Kan bisa di tiru." kata Andine tersenyum nakal pada Nesya yang sedang berdiri suntuk.

"Alasan, udah ah aku pergi!" Nesya kemudian beranjak dari tempatnya dan mulai berjalan menyisiri arah tribune tiba-tiba....

"Aaauucchhh..." erang Nesya memegang kepalanya yang sakit tertimpuk bola basket yang terasa di lempar batu besar dan keras. Kepalanya terasa pening dan penglihatannya menjadi berputar. Dia jatuh terduduk di lantai di saksikan oleh seluruh santri dan santriwati. Fatih berlari menghampiri wanita dengan khimar panjang hingga menutupi pahanya. Wanita yang dua tahun lebih muda dari Fatih. Fatih segera menolong wanita itu, pria itu ingin memegang lengan Nesya, dengan cepat wanita dengan wajah kecil putih bersih dengan mata yang besar dengan bulu matanya yang lentik tersebut menghindar.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Fatih khawatir karena saat itu dia yang melempar bola, tapi karena terlalu semangat bola itu terlempar hingga keluar dari lapangan dan mengenai kepala Nesya.

"Sakit. Tapi jangan pegang-pegang." jawab Nesya jujur dengan apa yang dia rasakan.

"Kepala kamu luka?"

"Enggak, tapi pening. Jangan sentuh pokoknya. Aku mau tenangin diri dulu." kata Nesya kembali, dia bahkan masih menutup matanya karena penglihatan yang masih berputar dan sama sekali tak melihat pria yang tubuhnya setengah menunduk di depannya.

Fatih menuruti keinginan Nesya, dia sama sekali tak menyentuh Nesya dan masih setia menunggunya.

"Maaf yah... " kata Fatih mencoba meminta maaf, dia juga kaget dengan apa yang dia katakan barusan. Semudah itukah dirinya saat ini untuk meminta maaf. Kata yang paling tak bisa untuk di keluarkan dan tak pernah di ucapkan oleh mulutnya kecuali pada kedua orang tuanya. Apalagi kata itu sudah di ucapkan oleh wanita yang bertubuh kecil di depannya.

Nesya bangkit dan berdiri, akhirnya dia melihat Fatih dengan jarak yang sangat dekat. Tanpa sengaja Nesya memperhatikan wajah Fatih dengan tatapan intens dan tak berkedip, tapi bukan mengagumim lebih kepada bertanya. Apa yang dimiliki dirinya hingga membuat banyak santri wanita yang sangat mengaguminya? Begitulah pertanyaan yang di ajukan sendiri pada dirinya.

"Kenapa?" tanya Fatih merasa heran melihat kedua manik bening menyusuri wajahnya perlahan.

"Tidak!" jawab Nesya singkat dan belum sadar yang di ucapkan beberapa saat yang lalu pada Andine bahwa dia tidak ingin melakukan zina mata. Tapi tanpa sadar saat ini dia sedang melakukannya sekarang.

"Lalu kenapa melihat wajahku seperti itu?"

"Karena aku heran, apa yang kamu miliki hingga membuat beberapa santri yang biasanya sibuk melihat Al qurannya untuk mengulangi hapalannya, kini sibuk untuk melihatmu yang tidak ada apa-apanya?" tanya Nesya membuat hati Fatih langsung bergetar entah mengetahui sebabnya.

Karen lama Fatih berada bersama Nesya, Adit segera berlari menyambar bola yang masih betah berada di tangan Fatih.

"Afwan yah ukhti Nesya. Kita main dulu!" kata Adit kemudian pergi tanpa mendengar jawaban Nesya. Sedangkan Fatih masih berdiri kaku mendapat pertanyaan yang di lontarkan Nesya dengan tiba-tiba.

"Bagaimana kamu bisa menyandingkan saya dengan benda yang begitu suci?" bukannya menjawab, Fatih justru bertanya kembali pada wanita yang masih berdiri di depannya. Permainan bola basket tak lagi seru karena Fatih tak bermain lagi, tatapan beberapa santri wanita yang menonton tadi kini beralih pada dua sejoli yang saling melemparkan pertanyaan tanpa mereka sadari sejak tadi di perhatikan oleh semua santriwati.

"Aku tidak menyandingkan, aku hanya bertanya." jawab Nesya yang menatap Fatih dengan tatapan nyalang. Sepertinya wanita itu tak menyukai perhatian yang berlebihan untuk Fatih.

"Aku tidak tahu jawabannya karena aku tidak tahu bahwa aku mengalihkan mereka. Dan satu lagi, itu bukan salahku!"

"Aku tahu! Aku juga tidak menyalahkan akhi. Aku hanya cukup terkejut saja menyaksikan mereka."

"Apakah yang kamu katakan tadi termasuk diri kamu?" Fatih mulai menelisik dengan jujur.

Nesya tersenyum ringan, "maaf jika mengecewakan akhi, tapi saya tidak termasuk dalam ketagori mereka. Dan semoga saya tidak pernah masuk dalam lingkaran itu. Hatiku hanya untuk Rabb yang menciptakanmu." jawab Nesya kembali membuat hati Fatih bergetar hebat. Tubuh yang kecil, suara yang terdengar dewasa dengan pemikiran yang sangat cerdas. Apakah hati Fatih mulai goyah?

1
Ayu
hahaaa astaghfirullah Fatiih , berani bener ngasih bukti
Ayu
ayoh siapa itu , Nesya sama andien kah ..
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
ErNawati
lanjutttt
Putra Tambe
lanjut thor makin semangat aku baca nya🤩
Putra Tambe
cerita nya baguus aku suka
Putra Tambe
masya Allah, aku ikutan nangis saking bapernya😭😭😭
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
Putra Tambe
terharu bangat semoga aja bisa berubah itu anak.......
Putra Tambe
Assalamu'alaikum thor aku coba hadir yach...
Ayu
Bagus Thor saya tunggu up berikutnya, semangat selalu
Ayu
hehehe ada ada aja ceritanya , lanjut kakak
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
Aldebarand 98
Lumayan
Ayu
Masya Allah, nangis aku bacanya disini . kenapa taubatnya Fatih harus dibayar dengan mahal /Sob/
Ayu
sampai di bab 15 saya tidak bosan meneruskan baca novel ini , Semangat berkarya pokoknya /Rose/
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
Evanscape
Cerita yang sangat bagus, jangan sampai dilewatkan. menarik banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!