Author Almighty

Author Almighty

Episode 1

"Selamat! Pengajuan ‘Misi Kepenulisan’ disetujui!"

Samar-samar terdengar suara aneh bernada prosais yang sepintas terdengar seperti robot laki-laki.

Gabrielle membuka paksa matanya yang masih terasa berat dan sedikit perih seperti tak cukup tidur. Lalu memejamkannya lagi.

"Sistem Editor diaktifkan!" Terdengar suara itu lagi.

"Berisik!" erang Gabrielle sembari membenamkan wajahnya ke bantal.

Tunggu dulu! pikirnya. Itu suara apa, sih?

Kedengarannya seperti pesan suara otomatis dari asisten google atau robot AI.

Apa itu dari ponselku?

Ia tak ingat pernah mengaktifkan nada dering yang terkoneksi dengan asisten google, apalagi memelihara robot AI. Ia bahkan tak mengaktifkan nada dering sama sekali. Ia selalu menyetelnya dalam mode getar sepanjang waktu.

Sekonyong-konyong penglihatannya memburam. Ledakan cahaya biru-putih berkedip disertai suara berderit seperti pergantian menit pada jam digital.

Lalu secara perlahan cahaya itu membentuk hologram mirip menu sistem dalam aplikasi game online.

Seketika Gabrielle mengangkat kepalanya dari bantal, mendongakkan wajah dengan tatapan nanar dan posisi tubuh masih tengkurap.

Ia meraba-raba sekitar, mencari-cari keberadaan ponselnya yang biasa ditaruh di atas nakas dekat kepala tempat tidurnya. Tapi nakas itu tampaknya kosong melompong. Bahkan buku-buku cerita pengantar tidurnya juga tidak berada di tempatnya.

Siapa yang memindahkan barang-barangku?

Gabrielle mengerjap-ngerjapkan matanya seraya menarik bangkit tubuhnya dan mengerutkan dahi, menautkan alisnya untuk mempertajam penglihatannya.

Tidak ada nakas!

Ia mengedar pandang ke sekeliling untuk melihat barang-barang lainnya. Laptop yang biasa bertengger di meja tulisnya juga tak ada. Bahkan mejanya juga ikut-ikutan raib entah ke mana. Dan kamarnya…

Hei, apa yang terjadi? pikirnya dengan terkejut. Tatapannya yang panik menyapu sekeliling.

Bola-bola cahaya berwarna-warni seukuran kelereng beterbangan di sekelilingnya, menutupi penglihatannya.

Angin kencang menerpa tubuhnya yang menelungkup di atas gundukan empuk sekaligus padat yang terasa hangat di telapak tangannya.

"Dari mana kau muncul?" Suara seorang pria asing membuatnya terperanjat.

Gabrielle mengedar pandang dan terperangah.

Seekor kuda berbulu hitam mengkilat mendengus di atas kepalanya.

Apa kuda ini baru saja bicara padaku? pikirnya tak yakin. Aku pasti sudah gila!

"Hei, aku bicara padamu!" Suara itu sekarang terdengar di bawahnya. Begitu menggelegar hingga tubuhnya turut berguncang.

Gabrielle menjatuhkan pandangannya ke bawah dan terkesiap.

Seraut wajah lancip seorang pria menatapnya dengan mata terpicing.

Gabrielle tersentak dan tergagap-gagap. Pria itu terlalu tampan dari yang dapat ia bayangkan hingga ia hanya terpukau.

Di langit, neraka dan dunia manusia, sungguh, hanya dapat dikatakan sempurna! katanya dalam hati.

Usianya kira-kira tiga puluh tahunan. Mungkin juga lebih muda. Wajahnya kental Asia. Mata rubah, hidung mancung, bibir tipis dan dagu lancip, semuanya itu mengingatkan Gabrielle pada boneka migi atau karakter anime 3D.

Rambut panjangnya yang hitam mengkilat selurus penggaris memburai di sekeliling kepala pria itu. Sebagian rambut itu disanggul kencang di puncak kepala dengan ditunjang mahkota rambut dari emas. Pakaiannya aneh seperti kostum pengawal bayangan dalam film-film anime, sejenis hanfu yang dipadu dengan jubah dan rompi armor serba hitam berhias pelindung bahu dan pelindung tangan dari baja hitam.

Apa yang terjadi? pikir Gabrielle.

Kenapa aku bisa bersama seorang pria asing dengan kostum konyol anime fantasi timur?

"Sss---siapa kau?" tanyanya terbata-bata.

Dilihat dari ciri-cirinya, pria itu juga sedikit mirip dengan tokoh dalam novelnya.

Tapi tokoh-tokoh dalam novelnya fiktif semua. Tak mungkin muncul di dunia nyata, kan? pikirnya. Apa aku sedang bermimpi?

Pria itu memicingkan matanya, “Bisakah kau turun dulu?"

“Turun?” Gabrielle mengerutkan keningnya.

“Turunlah dari perutku?" Pria itu menandaskan.

“Hah?” Gabrielle tersentak menyadari tubuhnya ternyata menindih tubuh pria itu sejak tadi, buru-buru ia menggelinding turun dan sungguh kalang kabut. Ia bisa merasakan wajahnya berubah pucat atau kemerahan. Mungkin juga kedua-duanya.

Gabrielle mengedar pandang sekali lagi.

Pemandangan di sekitarnya terlihat seperti hutan liar dengan pohon-pohon besar tinggi menjulang bertabur serbuk cahaya berwarna-warni yang berkilauan dan berterbangan seperti kawanan kunang-kunang. Menjadikan semuanya terasa seperti bukan dalam kenyataan.

Aneh sekali! pikirnya. Kenapa rasanya tempat ini juga seperti tempat berburu monster spiritual dalam novelku?

“Ini di mana?” tanyanya tergagap-gagap. “Kenapa aku bisa ada di sini?”

Pria itu beringsut sambil mengernyit, menopangkan kedua siku tangannya untuk menyangga tubuhnya, tapi tidak segera bangun dari tempatnya. Dalam posisi antara setengah duduk dan setengah terlentang, ia menatap Gabrielle dengan dahi berkerut-kerut, lalu mendongak menatap langit sambil menudungi matanya dengan sebelah tangan. “Kurasa kau baru jatuh dari langit,” katanya sekenanya.

Wah! Daya khayalnya ternyata sama konyolnya denganku! pikir Gabrielle sembari mendelik ke arah pria itu. Ia mencoba mengingat-ingat bagaimana bisa ia sampai di tempat ini. Tapi tak ada yang bisa diingat.

Lalu tiba-tiba suara lain mengusiknya.

"Panduan diaktifkan!"

Suara robot itu lagi!

Itu pasti suara ponsel! Gabrielle menyimpulkan. Tapi ponsel siapa?

Gabrielle kembali mengedar pandang, mencari-cari keberadaan ponselnya. "Mana ponselku?" tanyanya sambil meraba-raba sekitar. Menyisir seluruh tempat dengan lirikan matanya.

Pria itu menarik duduk tubuhnya kemudian mengamati Gabrielle dengan seksama. “Wajahmu cantik juga!” katanya tanpa ekspresi. “Apa kau bidadari yang dibuang dari surga?” Ia mengusap dagunya dengan buku jarinya sambil menggulirkan bola matanya ke bawah.

Gabrielle mengerjap dan menelan ludah. Kemudian menurunkan pandangannya mengikuti lirikan mata pria itu.

“Pakaianmu aneh sekali!” Pria itu berkomentar.

Gabrielle spontan melotot.

Tiba-tiba pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Gabrielle. “Tapi… sebenarnya kau ini pria atau wanita?”

Gabrielle memundurkan wajahnya menjauhi pria itu.

Lalu secara tiba-tiba dan tanpa peringatan, pria itu mencengkeram sebelah dada Gabrielle dan meremasnya.

“Hey—” Gabrielle terpekik dan menepiskan tangan pria itu seraya beringsut menjauhinya. “Bajingan mesum sialan!” umpatnya sembari melompat berdiri.

Pria itu menyeringai dan beranjak dari tempatnya. “Kau yang melompat ke pelukanku dan menindihku,” katanya sambil memperbaiki letak pedang yang menggelantung di ikat pinggangnya. “Siapa yang bajingan mesum sialan di sini?” cemoohnya tanpa ekspresi. Kemudian menutupi kepala dan sebagian wajahnya dengan kain hitam yang meliliti lehernya, dan menghampiri kudanya. “Kalau kau ingin merampokku, kusarankan gunakan senjata yang lebih baik,” sindirnya bernada sinis.

Bola mata Gabrielle bergulir mengikuti gerakan pria itu.

“Wajah cantikmu takkan mempan padaku!” Pria itu menandaskan. Lalu dengan acuh tak acuh menaiki kudanya.

Gabrielle masih memelototinya dengan campuran rasa kesal dan bingung.

Pria itu menghela kudanya dan pergi begitu saja.

“Tunggu!" Gabrielle mencoba menahannya. "Ini di mana sebenarnya?"

Pria itu tak menggubrisnya.

“Hey—apa aku mengizinkanmu pergi?” teriak Gabrielle semakin keras.

Pria itu mengerang kesal, kemudian memutar kudanya dan kembali lagi. Lalu berhenti di dekat Gabrielle, dan sebelum gadis itu menyadari apa yang terjadi, pria itu tahu-tahu sudah menghunus pedang dan mengarahkannya ke tenggorokan Gabrielle.

Gabrielle menelan ludah dan terbelalak. Dia tak benar-benar ingin membunuhku, kan? pikirnya dengan ngeri.

Diamatinya mata pedang itu dengan tatapan nanar. Lalu mengamati mata rubah pria itu yang berkilat dingin. Ya, katanya dalam hati. Dia benar-benar ingin membunuhku. Kelihatan sekali bahwa dia takkan segan-segan melakukannya.

Lalu dengan terpaksa gadis itu pun mengangkat kedua tangannya di sisi bahu.

Ledakan cahaya putih-biru kembali mengusiknya, disusul suara robot yang membosankan.

Waktu terhenti!

Dunia di sekitarnya mendadak beku.

Apa yang terjadi?

"Berhasil memindai," kata suara robot itu lagi, dibarengi dengan munculnya gambar hologram—bahkan pada saat Gabrielle mengerjapkan matanya. “Dewa Bintang Utara, Dewa Bintang Takdir Bei Tang Moran, Ketua Paviliun Reinkarnasi!”

Apa katanya? pikir Gabrielle terkejut. Dewa Bintang Utara?

“Benaran Bei Tang Moran?” pekik Gabrielle tak percaya. “Dewa Bintang Takdir?!”

Mustahil! tepisnya dalam hati. Itu hanya tokoh fiktif dalam novelku!

"Berhasil masuk ke dunia buku. Tidak ada yang curiga. Pemeriksaan sekitar normal. Lokasi: Hutan Musim Panas Nan Guang, Hutan Lindung Kekaisaran Liji, tempat berburu monster spiritual para bangsawan Lijingguo. Nomor misi kepenulisan: 64BR1ELLE. Judul buku: ALMIGHTY. Nama pena: PENULIS KEPARAT. Poin B pertama: 100."

Misi kepenulisan?

Almighty?

Tidak! Gabrielle menyadari. Aku tidak sedang bermimpi!

Ini adalah misi kepenulisan yang kuajukan.

Hanya saja…

Ia tidak mengira misi kepenulisan itu ternyata dikirim ke dalam novel.

Mengirim penulis ke dunia buku… bukankah terdengar tak masuk akal?

Bagaimana mereka melakukannya?

Kalau benar aku dikirim ke dunia buku…

Berarti pria ini…

Terpopuler

Comments

ⱮαLєƒι¢єηт

ⱮαLєƒι¢єηт

Si Gabriel girang dilelepin ke buku mah. Salah, Thor. Harusnya masukin ke perang dunia.🤣

2025-01-27

1

Machan

Machan

selamat datang kembali dengan cerita berbeda, beb. lanjutkan semangatmu, kawan💪💪

2025-01-26

1

Oe Din

Oe Din

Gabrielle...? ( terdengar seperti Jibril Ibrahim )
Hmmm....

2025-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!