NovelToon NovelToon
Sketsa Baby Bee

Sketsa Baby Bee

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Unik Muaaa

"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."

"We have no relationship."

Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.

>_<

Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.

Kamu tidak salah.

Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.

Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.

Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.

Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.

This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekedar Dekat

Ini cerita tentang aku dan dia.

Cerita kami yang tidak pernah pacaran sebelumnya, aku yang menyibukkan diri dengan duniaku agar tidak selalu terpaki pada dia. Sedangkan dia entah apa lasannya kenapa tidak pernah pacaran.

Ini kami, yang hanya duduk di kursi panjang yang berada di mall dan memperhatikan lalu lalang orang yang berjalan.

"Kita beneran hanya duduk di sini."

Aku mengulum bibirku mendengar kata Kita yang dia ucapkan.

"Bee ... Ini namanya bukan ngilangin bosan" gerutunya terdengar merengek di telingaku.

"Terus mau kemana?, kepuncak?. Males, jauh."

"Ya selain puncak."

"Ancol?, bosen."

"Ya kerestaurant apa ke ..."

"Ke toko buku aja yuk" potongku.

"Hah?"

Aku menoleh padanya dan tersenyum lebar, dia malah menatapku dengan wajah tercengang, membuat senyumku hilang berganti dengan kerutan kening.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Serius ketoko buku?" Tanyanya dengan nada tidak percaya.

Kuanggukkan kepalaku dengan semangat.

Dia menghela nafas dan menatapku dengan tatapan pasrah, "Kita dari senin sampek jumat hampir sepuluh jam ketemu buku, lo malah ngajak ketoko buku lagi."

Wajahku langsung cemberut, "terus?."

Dia diam sejenak terlihat sedang berfikir, ada kerutan di keningnya, membuatku tersenyum lebar karnanya.

"Kita ke timezone aja ayo."

Dia berdiri, meraih tangaku dan menarikku agar berdiri dan berjalan bersamanya.

Kugigit bibir bagian bawahku, menhan diri agar tidak memekik bahagia, namun gejolak dalam diriku seakan memberontak.

Dengan ragu, kubalas genggaman tangannya. Entah genggamanku begitu erat atau tidak sehingga membuat dia menoleh padaku sejenak lalu menatap genggaman tangan kami lalu kembali menatapku dengan senyum lebar.

Grep ...

Kurasakan genggamnya semakin mengerat, dia bahakn menarikku mendekat, sehingga sebelah tanganku yang tidak dalam genggamannya menyentuh lengannya agar membuat jarak diantara kita berdua.

*-*

Aku tidak tahu timezone seseru ini.

Aku tidak tahu jika aku bisa dikalahkan mesin pencapit berkali-kali hingga aku kesal dan mengomel-ngomel. Ingin rasanya menendang mesin capit yang kesekian kalinya melepas capitan boneka incaranku, namun Sagara menjauhkanku dari mesin itu dengan memelukku dari belakang dan membawaku menjauh.

"Ah!! Lepas!" Seruku heboh.

Aku tidak perduli dengan semua ornag yang menatapku, kekesalanku sudah sampai di ubun-ubun.

Setelah keluar dari area timezone, dia menurunkanku. Aku kembali akan melangkah kedalam tetapi dia menahan lenganku, bahakn harus menahan kedua pundakku.

"Hei ... Hei ... Hei ... Bee tenang."

"Lepas gue mau ..."

"Bee ... Kita kesini mau seneng-seneng."

"Gue mau tendang tuh mesin capit dulu."

"Gak boleh, nanti rusak."

"Kalo rusak gue ganti, gue ..."

"Lo memang bisa ganti sepuluh bahkan seratus, tapi kalo mereka laporin kita kepolisi, gue gak yakin Ayah lo mau turin tangan."

"Tapi Gara ..."

"My Baby Bee stop!" Kali ini dia menghentikanku dengan kalimat tegas.

Aku yang baru pertama kali mendengar suara tegasnya terdiam, menatap dia lurus.

Saat memintaku tidak mendekatinya dan Sakura dulu, dia mengatakan dengan nada tegas seperti barusan, namun ada sesuatu yang berbeda. Sekarang dia tersenyum setelah setelah mengatakan kalimat tegas, dulu dia menatapku dengan tatapan penuh amarah.

"Jadi harus manggil My Baby Bee dulu baru mau diem?" Tanya dengan nada menggoda.

Wajahku seketika cemberut mendengar pertanyaannya, "enggak bukan itu!" Bantahku. "lo ngebentak gue ya gue diem, sudahnya ngebentak malah senyum-senyum, lo ngeledek gue ya?" Aku emncari alasan.

Kedua tanganku berkacak pinggang menatap Dia dengan kesal.

"Gue gak bermaksud membentak, dan gue senyum bukan ngeledek."

"Terus ngapain?."

Dia melepas tangannya dari kedua bahuku, memasukkan kedua tangannya kesaki celana dan tersenyum semakin lebar sembari menatapku dalam.

Sepertinya jantungku masih belum tenang karna tadi emosiku menggebu-gebu.

"Karna lo manggil gue Gara lagi."

Aku terdiam, benar-benar terdiam bungkam, kucoba kembali mengingat apa yang aku katakan tadi.

Gara ...

Kenapa aku tidak memanggilnya Saga saja?, kenapa malah Gara?.

"Hei, Bee."

"Maaf kelepasan" ucapku dan berbalik badan melangkah pergi.

"Gak papa kok, gue seneng. Karna berarti lo beneran nganggep kita kembali dekat."

"Dekat hanya sekedar dekat."

Dia terkekeh kecil, menyamakan langkahnya denganku lalu merangkul pundakku.

Kuhentikan langkahku dan menoleh padanya.

"Kenapa?, kan kita dekat."

"Ih ... Tapi gak ngerangkul juga ...."

Aku mencoba menjauh tapi dia malah melingkarkan kedua lengannya pada di lenganku, seakan-akan dia memelukku dari belakang.

Bukan ... Aku bukan senang, yang ada aku malah panik karna ini pertama kali ada yang merangkulku dari belakang selain Ayah, Abang-Abangku dan Chaka.

"Sagara lepas!."

"Hahahaa ... Kenapa?."

"Ih!, Sagara!. Gue gigit nih ta .."

Sebelum aku menggigit lengannya, dia melepas rangkulan kedua tangannya dia di pundakku.

Aku berbalik badan hendak mengomelinya, ternyata dia sudah mengangkat kedua tangannya sembari terkekeh kecil terlihat bahagia sudah menjahiliku.

"Jangan gitu lagi" ucapku dengan nada datar.

"Ok."

Dia menurunkan kedua tangannya dna maju selangkah lalu meraih tanganku dan menggenggamnya erat.

"Kalau begini boleh?" Tanyanya dengan nada lembut.

Aku langsung berdecak dan membuang muka.

Dia kembali terkekeh, dan dengan sebelah tangannya yang lain mengelus puncak kepalaku sebentar sebelum menarikku melangkah menuruni eskalator.

*-*

Tring ...

Tring ...

Tring ...

Aku yang sedang mengunyah makananku, menghentikan kunyahanku karna mendengar pesan masuk yang bertubi-tubi ponselku.

Keningku mengerut menatap notifikasi yang muncul, peaan dari Bang Ar dan Chaka yang sama-sama mengirim foto. Entah foto apa yang mereka kirim, kenapa begitu kompak begini.

"Uhuk ... Uhuk ..."

Aku seketika tersedak karna melihat apa yang Chaka kirim padaku.

Aku belum membuka pesan dari Bang Ar, foto Chaka saja sudah membuatku tersedak apa lagi foto Bang Ar nanti.

"Minum dulu."

Kuangkat wajahku menatap Sagara yang ternyata sudah pindah duduk di sampingku dengan menjulurkan sedotan di gelas minumanku, padahal sebelumnya dia duduk di depan. bahkan terlihat jelas ada kekhawatiran di wajahnya.

Tring ...

Satu pesan kembali masuk, kuintip layar ponselku dan ... mataku terbelalak melihatnya.

Chaka kembali mengirim foto, aku menoleh kesegala arah mencari keberadaan Chaka atau Bang Ar yang mungkin ada di sekitar tempatku dan Chaka makan.

"Minum dulu, tadi lo kesedak. Tenggorokan lo emangnya gak panas?."

Tatapanku kembali beralih pada Sagara, wajah pria itu masih terlihat khawatir, dengan tangan yang semakin mendekatkan sedotan kearah mulutku.

Tring ...

Pesan kembali masuk.

Kuhentikan minumku, meletakkan ponselku di atas meja dengan posisi terbalik dan meletakkan keningku di pundak Sagara.

Sumpah, aku malu.

"Kenapa?" Tanyanya lembut sembari mengelus rambutku.

"Enggak."

Aku kembali duduk tegap dan meneruskan makanku.

Aku tidak berani kembali membuka pesan masuk di ponselku, kubiarkan ponselku terus berdenting, tidak perduli lagi siapa yang mengirimiku pesan.

Aku yakin seyakin-yakinnya, jika foto yang Bang Ar kirim tidak kalah jauh dari apa yang Chaka kirim, foto tentangku dan Sagara

*-*

1
Rini Anggraini
hai thor salam kenal....saya suka baca novelnya,tp g tau jg alurnya gimana cuma ngalir ngikut aja,maaf klo boleh tau alur ceritanya kearah mana ya,soale belum nemu,ini cerita ttg cinta ato gmna ....🙏🏼🙏🏼😊
Efi Nurwardani
tidak sabar menanti mu thor
Unique: Terima Kasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!