Awalnya, aku kira dunia baruku, adalah tempat yang biasa-biasa saja. karena baik 15 tahun hidupku, tidak ada hal aneh yang terjadi dan aku hidup biasa-biasa saja.
Tapi, Setelah Keluarga baruku pindah ke Jepang. Entah kenapa, aku akhirnya bertemu pecinta oppai di samping rumahku, seorang berambut pirang mirip ninja tertentu, seorang pecinta coffe maxxx dengan mata ikan tertentu, dan seorang maniak SCP berkacamata tertentu.
Dan entah kenapa, aku merasa kehidupan damaiku selama 15 tahun ini akan hilang cepat atau lambat.
Karya dalam Crossover saat ini : [To Love Ru], [Highschool DXD], [Dandadan], [Oregairu], [Naruto], [Nisekoi]
Jika kalian ingin menambah karakter dari anime tertentu, silahkan beri komentar..
Terimakasih...
* Disclaimer *
[*] Selain OC, karakter dan gambar yang digunakan dalam Fanfic ini bukan milik saya, melainkan milik penulis asli, dan pihak yang bersangkutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aga A. Aditama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Penyelamatan - Bagian 6
...Di Gereja...
Fallen bernama Kalawarna itu kuat, setidaknya lebih kuat daripada dua Fallen yang telah aku lawan sebelumnya.
“Kau benar-benar pandai menghindar, ya!?" Ucap Kalawarna, saat tebasan tombaknya berhasil aku hindari.
Kalawarna lebih lincah dan memiliki kemampuan bertarung jarak dekat yang baik, setidaknya serangannya lebih berbahaya daripada dua Fallen sebelumnya.
Luka di perutku semakin terasa sakit setiap detiknya, terlebih saat aku menggunakan gerakan berlebihan saat menghindari serangan tombak Kalawarna.
Reflek tubuhku sering kali lebih lambat beberapa detik, daripada saat aku bertarung dengan dua Fallen sebelumnya.
Harus aku katakan, tubuhku telah sampai batasnya saat ini, dan akumulasi luka dua pertarungan sebelumnya sangat menghambatku saat ini.
Terlebih, masih ada satu Fallen lagi yang masih bisa bertarung, dan lebih buruknya. Fallen bernama Raynare itu sedang mengobati luka Fallen pirang yang aku kalahkan.
Jadi jika situasi ini berlangsung lebih lama, niscaya aku harus berjuang lagi dengan dua Fallen yang telah aku kalahkan sebelumnya.
“Huft... Huft... Ini benar-benar buruk. Jika terus seperti ini, hanya menunggu waktu saja. Sebelum tubuhku mencapai batasnya, dan kedua Fallen sebelumnya disembuhkan."
Jelas bukan kabar baik buatku, jika harus melawan mereka lagi saat tubuhku sudah penuh luka.
Dan lagi aku belum menemukan Ayase-san, membuat semua perjuangan ini bahwa tidak ada gunanya, jika aku tidak bisa menemukannya.
“Apakah kamu kelelahan, bocah?"
Saat pikiranku penuh dengan berbagai pemikiran, semua pikiranku menghilang saat suara Kalawarna terdengar.
Di ikuti oleh tebasan tombaknya, yang menembus bahu kiriku. Rasanya sangat menyakitkan, tapi aku menggertak gigi dan menahan rasa sakitnya, dan melancarkan serangan balik pada Kalawarna.
Sayangnya tendanganku berhasil dihentikan oleh tangan Kalawarna, yang telah siap menerima tendanganku.
Dia kemudian menarik kakiku dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya sekarang menggenggam sebuah tombak yang dia arahkan tepat ke wajahku.
‘Bahaya!'
[Hindari itu bocah! ]
Tubuhku menjerit, mengirimkan sinyal berbahaya padaku. Bahkan tanpa peringatan Turbo Granny, aku benar-benar tahu jika situasiku sedang kacau saat ini.
Dengan kemauan untuk bertahan hidup, dan ingatan tentang tujuanku datang kemari. Aku mengeluarkan segenap kekuatanku yang ada, dan menarik tombak kuning yang tertancap di bahuku.
Sambil menahan erangan yang ingin keluar, dan tanpa memperdulikan luka dan darah menyembur keluar dari bahuku. Aku mengayunkan tombak yang aku genggam, dan menangkis tebasan Kalawarna.
Namun aksiku tidak berhenti disana, saat aku memutar tubuhku, dan dengan kakiku yang tertahan sebagai poros. Tubuhku berputar 180 derajat, membuat cengkraman Kalawarna terlepas, saat satu kakiku yang lain menghantam sisi kepalanya.
Menggunakan kedua lenganku untuk mendarat, aku melakukan gerakan break dance. Dan memutar kedua kakiku menjegal kaki Kalawarna, dan membuatnya kehilangan keseimbangan.
Setelahnya aku langsung bangkit, dan mengangkat kaki kananku berniat untuk menendang kepala Kalawarna.
Sebelum bayangan tiba-tiba melesat dan menabrak tubuhku, dan membuatku terlempar karena dampaknya.
Tubuhku terhempas dan menabrak mimbar di ujung gereja, dan baru berhenti setelah menabrak dinding bata gereja.
Aku melupakan rasa sakit yang aku derita, dan melihat sosok penyerang yang tiba-tiba menggagalkan seranganku.
Dan aku melihatnya, salah satu wanita yang ikut keluar dari ruang bawah tanah bersama Kalawarna. Dan saat aku sibuk berhadapan dengan Kalawarna, wanita itu sibuk mengobati rekannya. Wanita berambut hitam, dengan tubuh yang sangat menggoda, Fallen, Raynare.
Sambil menggoyangkan jari telunjuknya, Raynare berkata padaku dengan ekspresi meremehkan.
“Ckckck... Jarang berharap kamu bisa melakukannya, anak nakal.”
Perkataannya benar-benar membuatku jengkel, jika saja dia tidak tiba-tiba ikut campur. Kalawarna pasti telah di lumpuhkan saat ini, namun sepertinya semua itu hanya bayanganku saja.
Serangan sebelumnya tidak terlalu parah, jika dibandingkan dengan serangan yang aku terima sepanjang malam ini.
Tapi karena tubuhku penuh dengan luka, dan hampir mencapai batasnya. pukulan tersebut cukup untuk menghilangkan semua adrenalin yang ada sebelumnya, membuatku sekarang merasakan semua rasa sakit akibat luka yang ditimbulkan Kalawarna.
Dan dengan luka yang aku terima dari Fallen pirang, dan Fallen tua sebelumnya. Tubuhku untuk sekarang tidak bisa bergerak, akibat akumulasi luka-lukaku.
“Hoh... Apakah kamu sudah mencapai batasmu? Kasihan sekali."
Mungkin menyadari aku yang tidak segera bangkit seperti biasanya, Raynare sepertinya menyadari kondisiku.
Berdiri sambil menyilangkan tangannya di bawah dadanya, aku bisa melihat Kalawarna yang berantakan berdiri di samping Raynare. Lebih buruk, aku juga melihat Fallen pirang yang telah aku kalahkan juga berdiri di sisi lain Raynare.
‘Benar-benar hal terburuk dari semua.'
Ketakutanku menjadi kenyataan, dan itu adalah hal terburuk dalam kondisiku saat ini.
“Hahaha.... Benar-benar menyenangkan, saat melihat keputusasaanmu, bocah nakal.”
Ini benar-benar keadaan yang buruk, bahkan aku tidak bisa menyangkal ejekannya. Namun, bahkan jika seperti itu, aku tidak bisa jatuh sekarang.
Setidaknya tidak, sebelum aku bisa menyelamatkan Ayase-san.
“Cih... Benar-benar ulet seperti kecoa."
Raynere mendecakkan lidahnya, saat melihatku yang sekali lagi bangkit. Namun aku bisa melihat senyum sinisnya, saat menatap kearahku saat ini.
“Namun mau seperti apapun, jelas kamu hanya sedang memaksakan diri saat ini."
Saat melihatku yang kesulitan mempertahankan postur tegak berdiri, Raynare benar-benar tersenyum geli saat melihatku. Sedangkan Kalawarna dan Mittelt hanya menatapku dengan tatapan mematikan, tidak terlalu perduli dengan penderitaanku.
Walaupun aku masih bisa menggunakan All-out sekali lagi, namun dengan kondisiku saat ini, aku tidak tahu efek samping apa yang akan aku derita setelahnya.
Terlebih aku tahu bahwa—bahkan jika aku menggunakannya, aku tidak berpikir bisa menjatuhkan mereka bertiga sekaligus.
‘Apakah akan berakhir seperti ini? Apakah aku benar-benar tidak bisa berbuat lebih? Apakah aku hanya bisa sejauh ini? Ayase-san?!'
Di depanku adalah lawan yang tidak bisa aku kalah saat ini, namun aku tahu bila tidak ada jalan mundur untuk situasiku sekarang.
Bahkan jika pikiranku penuh dengan rasa pesimistis, aku mencoba untuk tidak terpengaruh dengannya, dan sekali lagi meneguhkan tekadku.
Dan saat itu, saat aku sedang mempersiapkan diriku, aku melihatnya.
Boom...
Suara ledakan yang entah berasal darimana terdengar, diikuti dengan tubuh Kalawarna yang tiba-tiba terhempas seperti menabrak sesuatu.
Tubuhnya terhempas dan berguling-guling di lantai gereja, sebelum berhenti saat tubuhnya menabrak beberapa kursi.
Untuk sesaat, suasana di tempat itu membeku karena perubahan situasi yang tiba-tiba.
Malam itu sangat sepi, terlebih gereja ini berada di atas bukit di pinggiran kota. Jadi selain suara pertempuran kami sebelumnya, suasana gereja dan sekitarnya sangat sepi.
Jadi saat kami berhenti berkelahi, suasana asli gereja kembali. Dan dalam suasana sepi tersebut, aku mendengarnya.
Tap... Tap...
Suara langkah kaki yang bergema pelan, asalnya dari deretan pohon di luar gereja.
Klik...
Saat itu suasana di sekitar kami sangat hening, setelah serangan tiba-tiba yang diterima Kalawarna.
Karena itu bahkan suara pelan klik-kan tertentu bahkan terdengar di telingaku.
Aku tidak tahu suara apa itu, namun aku masih bisa mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke gereja.
Dalam kegelapan dalam kerimbunan pohon, aku melihat kilat cahaya putih kebiruan dari dalam kegelapan.
Setelahnya...
Klik... Dor... Boom...
Suara letupan senapan api terdengar, namun dengan gema dan suara yang melebihi senapan pada umumnya.
Setelahnya, aku bisa melihat sosok Raynare mengayunkan tombaknya dengan tergesa-gesa, saat suara ledakan terdengar dan tombak yang di pegangnya tiba-tiba hancur berkeping-keping.
“A-apa? Bagaimana bisa?"
Boom...
Raynare terkejut melihat kerusakan tombaknya, namun bahkan dirinya tidak bisa merasa terkejut saat itu, karena suara tembakan lain terdengar, disertai dengan tubuh Fallen pirang yang terhempas seperti Kalawarna sebelumnya.
Aku benar-benar terkejut dengan pemandangan yang aku saksikan. Dua Fallen yang telah aku lawan sekuat tenaga. Jatuh begitu saja, dengan satu serangan yang mereka terima.
“Mittelt! Sialan, siapa kau sebenarnya!? Tunjukkan dirimu, pengecut!"
Raynere yang sebelumnya tampil tenang saat melawanku, terlihat panik dan marah saat melihat kedua rekannya jatuh dalam sekejap.
Wooosh...
Di sertai hembusan angin, aku bisa melihatnya. Sosok yang bergerak dan menciptakan suara itu, seorang yang di tangan kirinya memegang senapan, dan tangannya yang lain memegang sebuah pedang barat.
Walaupun hanya sekilas aku bisa melihatnya dengan jelas, sosok itu asing bagiku namun belum lama ini aku mengenalnya.
Sosok itu Kenma, dengan rambutnya yang berubah putih, dia menebas Raynare dengan gerakan kilat, dan membuat tubuh Raynare terlempar dengan luka sayatan di dadanya.
Namun aksi Kenma tidak berhenti disana, saat dia menodongkan senapannya, dan menarik pelatuknya.
Boom...
Suara itu sangat keras, yang menurutku bukan suara yang bisa di keluarkan oleh senapan semata.
Tubuh Raynare yang jatuh di puing-puing bangunan, menerima peluru yang di tembakan Kenma, dan aku bisa melihat tubuhnya berlubang sebelum mengeluarkan darah dari lukanya.
“Darahmu masih merah, tapi kenapa kamu sombong sekali?"
Kenma tiba-tiba berbicara pada sosok Raynare yang tidak sadarkan diri, dan tiba-tiba menoleh untuk menatapku.
“Sepertinya kondisimu cukup buruk, kawan."
Aku hanya bisa tersenyum sedih saat mendengarnya, sebelum pandanganku menjadi gelap dan sebelum kesadaranku menghilang, aku bisa mendengar suara seseorang memanggilku dari dari jauh.
Suara yang familiar dan sangat aku rindukan, suara seseorang yang membuatku mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkannya.
Saat aku mendengar suaranya, senyuman santai berbentuk di bibirku saat aku benar-benar kehilangan kesadaranku.
‘Terimakasih, baba. Setidaknya aku bisa sejauh ini berkatmu.'
[Hmm~ aku melakukannya hanya karena tidak menyukai gagak sombong itu, bocah. ]
Malam itu, benar-benar malam terberat dalam hidupku. Dan dalam momen tersebut, aku merasa telah menjadi orang yang bisa aku banggakan.
gk sabar liat semua makhluk terkuat nya saling muncul, mulai dari hantu yang skala planet, orang tua nya Lala , sama dewa nya dxd 🤣
jadi kayak lucy