Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
N P
Arga meminta tolong kepada pengacara sekaligus temannya. Untuk menguruskan kasus perceraian Amira. Tidak sulit Untuk Amira mengajukan perceraian di karenakan cukup nya bukti.
Diam diam juga Arga telah menerima beberapa foto babak belur Amira yang di ambil oleh Rani.
temannya yang seorang pengacara itu juga menjelaskan dengan adanya bukti yang kuat maka gugatan perceraian yang di ajukan Amira akan berjalan dengan lancar. Dan Arga meminta Amira untuk melakukan visum. Amira pun juga setuju kalau dirinya harus di visum untuk lebih memperkuat bukti.
***
Hari ini untuk pertama kalinya Amira beserta Rani akan bertemu dengan pengacaranya.
Arga sudah menjelaskan kepada Amira untuk tidak memikirkan soal biaya menyewa pengacara itu. Karena semua sudah di tanggung oleh Dina. Dan sebenarnya pula, Arga berbohong! Karena, yang membayar untuk sewa pengacara. semua itu di tanggung oleh dirinya.
Arga berbohong untuk menjaga kehormatan Amira!. Karena Arga yakin, Amira pasti tidak akan mau menerima bantuan darinya. Maka dari itu, dia mengatas namakan bantuan itu dari adiknya Dina. Juga, untuk menjaga Amira dari mulut mulut sumbang di luar sana.
"Assalamualaikum" ucap salam kedua perempuan berhijab instan itu.
"waalaikumsalam" jawab serempak orang orang yang berada di ruang tamu rumah besar belakang toko pertanian dan juga toko sembako itu.
Rumah keluarga almarhum bapak Sulaiman Memang terkenal paling besar dan mewah di desanya. Namun, keluarga mereka tidak pernah menyombongkan apa yang mereka punya. Arga yang menjadi anak laki laki sendiri. begitu ulet dan telaten, sehingga usaha yang di bangun oleh bapaknya bisa berkembang seperti sekarang.
Arga juga masih mempunyai seorang ibu. Namun, ibunya sudah lama terkena stroke. Memang benar hanya stroke ringan tetapi ibu Latifah sudah tidak bisa menjalankan aktifitas sehari hari. Kalau untuk berbicara ibu Latifah masih sangat baik cara bicaranya atau tidak cadel. hanya saja, stroke yang di deritanya saat ini mengakibatkan tangan kanan dan kedua kakinya tidak bisa berfungsi dengan baik.
Melihat tamu yang mereka tunggu tunggu telah datang. Dina segera menyuruh Rani dan Amira untuk masuk. Dan di persilahkan nya duduk.
Irfan pengacara yang duduk di samping Arga selalu memperhatikan Amira. Diam diam dirinya selalu curi curi pandang kepada Amira. Dan itu semua tidak luput dari penglihatan Arga.
"Jadi, apa bisa! secepatnya pak untuk gugatan cerai saya?" tanya Amira sopan.
"untuk gugatan cerai yang Mbak Amira layangkan ini. Insyaallah akan berjalan dengan lancar. Mengingat bukti yang sudah terkumpul lumayan kuat!" jelas Irfan sang pengacara.
Amira menghela nafas lega. Rani yang duduk di samping Amira berbincang banyak dengan Irfan. di sini bisa di bilang Rani yang paling semangat. Dia ingin kasus perceraian sahabatnya berjalan lancar dan cepat. Rani juga ingin melihat sahabatnya kembali tersenyum ceria lagi. Namun, dengan status lain! Dia ingin membuktikan bahwa Amira bisa bahagia walaupun tanpa Reza! Cukup lama mereka berbincang bincang.
dan perbincangan mereka di tutup dengan makan bersama. Dina menyuguhkan banyak sekali hidangan lezat ada Opor Ayam, Ayam goreng, ikan Nila sambal, tumis kangkung, sayur Asem, tempe goreng, tumis tahu telur dan masih banyak lagi hidangan di rumah Arga.
Rani menelan ludah. Dia sudah lama tidak makan Opor Ayam. Ya, dia memang sudah lama sekali tidak makan olahan Ayam. Bukannya tidak pernah beli, Rani sesekali juga membeli ayam kalau sang suami sudah mendapatkan uang dari pekerjaannya di sawah, hanya saja, dia membeli hanya seperempat kilo saja dan itu khusus untuk Zahir. Dirinya dan sang suami tidak pernah mencicipinya karena ingin melihat Zahir tidak kekurangan untuk urusan makan. Supaya sang anak bisa makan enak juga sehat. Walaupun tidak setiap hari.
Dina menggelar tikar di bawah dengan ukuran sangat lebar. Satu persatu orang di persilahkan olehnya. semua orang pun duduk di bawah dan bersiap menyantap hidangan di depan mereka.
Amira mengambil nasi begitupun Rani dan mengisinya dengan Opor Ayam. Mereka berdua saling pandang dan tersenyum. Ternyata kesukaan mereka tetap sama untuk olahan Ayam. Rani menambahkan sambal dan kuluban juga oseng kangkung tak lupa krupuk. semua makan dengan tenang sambil di selingi obrolan ringan.
Arga melihat nasi di piring Amira hanya sedikit. Dan ketika tatapannya bertemu dengan sang Adik. Segera dia memberikan perintah lewat isyarat matanya untuk menyuruh Dina mengambilkan Amira nasi lagi. Dina yang sudah faham arti tatapan kakaknya langsung menambahkan nasi ke piring Amira walaupun tanpa seijin orang nya terlebih dahulu.
"Din...sudah jangan di tambah lagi!" ucap Amira tidak enak.
"Sudah lah Mir...biar kamu tambah sehat makan yang banyak ya!" jawab Dina sambil terus mengambilkan lauk pauk untuk Amira.
Amira mendongak, dan tatapannya bertemu dengan mata tajam Arga. Dan Amira langsung menundukkan kepalanya tidak ingin berlama lama bertatap mata dengan Arga. karena, dirinya seakan akan terintimidasi oleh tatapan itu.
Setelah selesai makan. Rani, Dina, dan Amira mencuci piring bersama di pencucian piring belakang khusus. yang tempatnya lumayan agak luas dari pada mereka mencuci di wastafel yang ukurannya kecil.
Selesai mencuci piring, Amira berpapasan dengan Ibu Latifah yang tampak keluar dari kamarnya dengan kursi roda yang di dorong oleh si bungsu Sulaiman.
Amira menyapa ibu Latifah. Dan pandangan ibu Latifah menjadi berkaca kaca. Dia ingat betul sewaktu dirinya masih belum stroke, anak laki lakinya yang tidak pernah neko neko itu, meminta dirinya untuk mempersunting Amira. Namun, belum juga ibu Latifah mengatakan niat baiknya kepada keluarga bapak Abidin. Ternyata sudah santer kabar bahwa Amira sudah resmi dipersunting oleh Reza anaknya bapak Hardi. Sirna sudah harapan anaknya juga ibu Latifah. Dan setelahnya, anaknya terlihat semakin dingin saja. Arga hanya fokus mengembangkan usaha keluarga. Dan menjaga adik adiknya. Dan sekarang, setelah dirinya mendengar cerita dari anak perempuan keduanya. bahwa, Amira sudah lama di siksa secara fisik maupun mentalnya oleh Reza. Ibu Latifah jadi ikut sedih mendengarnya. Dia kasihan dengan nasib perempuan satu ini.
Amira yang melihat netra ibu Latifah berkaca kaca segera melutut supaya dirinya bisa sejajar dengan ibu Latifah yang duduk di kursi roda.
"Budhe kenapa?" tanya Amira seraya mengenggam tangan Ibu Latifah.
"Tidak kenapa kenapa Mira, budhe senang kamu bisa berkunjung kemari!" ibu Latifah menjawab seraya tersenyum hangat kepada Amira
"Kenap budhe tidak ikut makan bersama kita tadi?" tanya Amira lagi.
ibu Latifah hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Kamu makan banyak kan?" tanya ibu latifah.
Amira mengangguk.
"Iya budhe, masakan Dina sekarang sangat lezat!" puji Amira. Dan itu memang kenyataan.
ibu Latifah tertawa...
"Budhe memang menyuruhnya belajar memasak terus Mira! supaya suaminya di rumah betah dengan masakan istrinya sendiri!" ucap Ibu Latifah sambil terus tertawa yang mengingat Anak perempuan keduanya itu sangat tidak bisa untuk urusan dapur sewaktu masih gadis.
Dan setelah berbincang bincang sebentar Amira ijin untuk pulang karena Rani sudah mengajaknya pulang. Karena, Rani masih harus menjemput Zahir yang sedang mengaji sore.
Tanpa Amira ketahui, Arga yang sedari tadi berada di kamar ibunya itu, mendengar semua pembicaraan Amira dengan sang ibu.
Hallo sahabat semua🤗🤗
Bagaimana puasa hari ketiga ini.
Jangan lupa like dan komen ya...