anak seorang tukang becak
Nisa adalah seorang anak sangat baik, namun sayangnya dia memiliki kehidupan keluarga yang sangat miskin, sehingga keluarga dari ibunya pun tak mau mengakui mereka karena merasa malu jika memiliki keluarga miskin seperti Nisa hingga dia harus di paksa dewasa oleh keadaan di kala usianya menginjak angka sebelas tahun Di usia yang terbilang masih sangat muda itu dia harus di paksa dewasa oleh keadaan di kala usianya menginjak angka sebelas tahun harus mengurus kedua adiknya yang masih kecil, dan merelakan masalah kecilnya yang tak seindah teman-teman yang lain, bapaknya hanyalah seorang pria tua yng bekerja sebagai tukang becak Namun kehidupan Nisa berubah setalah bertemu dengan seorang pria kaya raya tempat Nisa mengikuti sebuah kompetisi, akan kah hubungan mereka mendapat restu dari keluarga sang pria ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Aku telah membeli sebuah ponsel bekas dengan harga murah dengan menggunakan uang tabungan yang aku kumpulkan, Aku sengaja membeli nya agar bisa menghubungi mbak Dewi, namun aku tak tau nomor ponsel mbak Dewi, aku coba minta di Bu haji namun nampaknya mbak Dewi telah mengganti nomor ponselnya
Hingga seorang temanku menyarankan agar aku mencari sosial media mbak dewi, namun aku pun tak punya akun sosial media, seorang temanku pun membantuku membuatkan akun sosial media yang berupa facebook dan juga instagram, Dengan begitu aku berharap akan bisa menemukan akun sosial media mbak dewi
Aku pun membuat sebuah akun yang tak menggunakan namaku, dan aku menggunakan sebuah foto profil nuansa kuliner, Aku mencari nama dewi namun tak ku temui, hingga aku tak sengaja melihat postingan Karin yang sudah lebih dahulu menerima permintaan pertemanan ku, di postingan sebuah tersebut terdapat dirinya sedang liburan bersama beberapa wanita cantik namun aku merasa tak mengenal salah satu dari mereka
" Coba aja aku buka semua akun yang ikut tertanda di postingan Karin, siapa tau aja aku mengenal salah satu dari mereka" ucapku
" Dewi Kinanti? " Ucapku dalam hati
" Mungkin ini akun mbak Dewi, sebab namanya sama dengan mbak Dewi, semoga saja " gumamku
Aku segera menuju ke akun tersebut, dan benar itu adalah akun mbak Dewi, aku melihat ternyata banyak sekali foto foto mbak dewi dan suaminya yang sedang berjalan jalan, dengan dua orang anak perempuan cantik yang sangat mirip mbak dewi, Aku meminta pertemanan dan akhirnya di terima juga oleh mbak dewi tanpa tau kalau itu adalah akun ku
*******
" Dek, ayo bangun, kamu gak sekolah?" Aku coba membangunkan adikku aulia, namun dia tak kunjung bangun, ku pegang tubuhnya dan ternyata suhu tubuhnya tinggi, aku pun segera memanggil bapak
" Pak, dek aulia demam pak, badan nya panas sekali" ucap ku panik bapak segera menghampiri Silva yang masih terlelap
" Ya ampun Nisa, adik kamu sakit ini, Kita bawa ke puskesmas aja ya nis, kasihan adikmu"
" Iya pak bapak siap siap ya, nisa mau telpon dan minta izin ke Bu Rina dulu pak"
" Arya, mbak sama bapak mau ke puskesmas membawa aulia, dia lagi demam dek, nanti kamu tolong tutup pintu kalo mau ke sekolah" Ucapku pada Arya yang telah bersiap ke sekolah
" Iya mbak hati hati sama bapak ya"
Setelah itu aku pun menelpon Bu Rina dan meminta izin untuk tak masuk kerja hari ini karna adikku lagi sakit
*******
Dengan menggunakan becak bapak, kami pun segera ke puskesmas, ternyata adik ku mengalami sakit tipes, dan harus segera di rawat di rumah sakit, Tapi aku bingung dapat uang dari mana kami membawa aulia ke rumah sakit, Bapak saja tak punya cukup uang untuk itu, apalagi aku yang baru saja sudah membeli sebuah ponsel
Dengan terpaksa dan tanpa rasa malu pastinya tak diketahui bapak, aku pun mengirim pesan ke mbak dewi melalui aplikasi messenger
[ Assalamualaikum.. mbak gimana kabarnya? ini aku Nisa]
Lama sekali baru aku mendapat balasan..
[ Kenapa nisa, mau pinjam uang kah? Biasanya kan gitu gak pernah ada kabar sekali berkabar ujung ujungnya pinjem duit] balas mbak dewi
[ Ya Allah mbak, kok ngomong nya kayak gitu, Nisa baru ada ponsel mbak makanya Nisa baru bisa hubungi mbak dewi]
[ Trus mau apa kamu hubungi mbak?]
[ Mbak gak tanya kabar bapak dan adik adik mbak?]
[ Gak penting, sekarang mbak tanya kamu mau apa?]
[ Maaf mbak, Nisa mau pinjem uang, Aulia lagi sakit mbak dan mesti di rawat di rumah sakit, tapi bapak gak punya uang mbak]
[Hahahaha .. mbak bilang juga apa, pasti mau minta duit kan kamu? Kamu pikir mbak ini pabrik uang apa?]
[ Nisa cuma pinjem mbak, gak minta. Nanti kalo Nisa ada uang pasti Nisa balikin mbak]
[ Iya kalau kamu ada uang, Lagian dapat uang dimana kamu buat ganti? Mau jual diri?]
[ Astagfirullah mbak, jahat sekali mbak berkata begitu ke Nisa, kita ini saudara mbak]
[ Peduli amat sama saudara yang kere, gak ada untung nya, Bilang sama si aulia itu makanya jangan sakit kalo bapaknya gak ada uang, lagian kemaren mbak sudah tawarin kamu ikut mbak biar bisa punya uang banyak tapi kamu malah milih merawat tua Bangka dan adik adik udik itu. Sekarang baru terasa kan kalau gak ada uang]
[ Ya udah mbak kalau mbak gak mau pinjemin setidaknya mbak gak usah ngomong kayak gitu ke keluarganya mbak sendiri]
[ Ya sudah jangan lagi hubungi mbak kalau cuma mau minta duit, mbak gak ada duit, kalau mau duit cari sendiri kalo perlu jual diri saja, kamu kan cantik pasti banyak yang mau]
Aku pun tak membalas pesan mbak dewi lagi, dengan airmata aku pun menumpahkan semua rasa ini, rasa kesal terhadap mbak dewi yang semakin membuatku kecewa
******
Sudah malam bapak belum pulang juga, aku kasihan bapak karna sedang bekerja membanting tulang untuk mendapatkan uang agar aulia bisa segera di rawat di rumah sakit
" Nisa, besok kita bawa adikmu ke rumah sakit ya nak"
" Emang bapak ada uang buat merawat aulia pak?"
" Udah kita bawa aja dulu, nanti biaya nya bapak pikirin, yang penting adikmu sehat dulu" ucap bapakku dengan wajah yang nampak lelah
Esok hari nya kami membawa aulia ke rumah sakit untuk mendapat perawatan, Aku pun kembali meminta izin kepada Bu Rina, Kondisi aulia telah kembali normal ketika menerima cairan infus
Dan sudah mulai mau makan, tak seperti kemarin kondisinya sangat lemah dan perutnya pun tak mau menerima makanan
" Mbak, di rumah sakit enak ya, makanan nya juga enak ya mbak" ucap aulia seraya menyantap makanan nya, Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya
" Dek, di rumah sakit itu gak enak, enakan di rumah, bisa main, bisa sekolah, bisa ngaji sama temen, bisa makan bareng keluarga juga kan" Ucapku
" Iya sih mbak enakan di rumah bisa ketemu sama temen temen" ucap aulia setelah habis makan
Aku tak menyangka jika kami kedatangan tamu yaitu Bu Rina, Bu haji, pak RT, pak ustadz dan nenek ani
" Assalamualaikum nak Nisa" ucap mereka serempak..
" Wa'alaikum salam mari masuk Bu ,pak"..
" Gimana keadaan adik kamu nak nisa?" Tanya Bu haji
" Alhamdulillah udah lumayan Bu haji, aulia juga udah bisa makan gak kayak kemarin" jawabku
" Alhamdulillah.. trus bapak kamu mana?" Tanya pak RT
" Bapak lagi narik becak pak RT, nanti juga bapak datang kok" ucapku
" Iya nak ini ada makanan dan buah buahan buat aulia, di makan ya nak biar cepet sembuh dan bisa ngaji lagi ya" Ucap pak ustad
" Terima kasih pak ustadz" ucap aulia dan tak lama muncul bapak dari arah pintu
" Assalamualaikum" ucap bapak
" Wa'alaikum salam " jawab kami serentak.. bapak dan pak RT keluar dari ruangan entah mereka membicarakan apa yang jelas aku lihat wajah bapak seperti habis menangis ketika masuk kembali, Mereka pun pamit dan tak lupa kami mengucapkan banyak banyak terima kasih pada mereka
" Pak, bapak kenapa? Bapak habis nangis?" Tanyaku
" Gak nak, bapak hanya terharu dengan kebaikan mereka semua yang telah membantu kita selama ini"
" Iya pak, mereka semua orang orang baik, Oya pak bapak sudah dapat uang?" Tanya ku lagi
" Alhamdulillah nak, tadi pak RT ngasih bapak uang, katanya dari bantuan para tetangga sekitar kita, cukup untuk membiayai perawatan adikmu"
" Alhamdulillah pak, aulia punya rezeki kali ini pak" ucapku
" Iya nak, kita banyak berhutang pada mereka semua"
" Insyaallah nanti aku akan membalas semua kebaikan mereka pak"
" Aamiin nak"
Aku pun memberi bapak makanan yang
di bawah oleh Bu haji dan Bu Rina, serta kopi yang telah di buat oleh nek ani dari rumah, dan di simpan di dalam termos kecil.