Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 : Pasangan paling mesra di Ibukota
Hari itu, Yan Tianheng dan Xin Yue memutuskan untuk berjalan-jalan di pusat kota. Tianheng, yang biasanya mengenakan pakaian serba hitam, kali ini tampil berbeda. Dia mengenakan jubah panjang berwarna biru tua dengan bordiran emas di bagian lengan dan kerah. Ikat pinggangnya terbuat dari kain sutra dengan aksen perak, memberikan sentuhan elegan. Rambutnya yang hitam pekat diikat rapi, menonjolkan wajahnya yang tegas dan tampan.
Di sampingnya, Xin Yue terlihat sangat cantik dan lembut. Dia mengenakan gaun berwarna peach dengan aksen renda putih, rambutnya ditata sederhana dengan beberapa helai yang tergerai di sekitar wajahnya, membuatnya terlihat imut dan anggun. Pipinya sedikit merona karena Tianheng terus memandanginya sepanjang perjalanan.
Di Tengah Keramaian
Saat mereka berjalan-jalan di pusat kota, perhatian orang-orang langsung tertuju pada mereka. Beberapa berbisik-bisik, sementara yang lain hanya memandang dengan takjub.
"Apakah itu Pangeran Kesembilan?" bisik seorang wanita.
"Dia tidak hanya tampan, tapi... lihat tunangannya! Sangat cantik!" tambah yang lain.
"Apakah ini benar-benar pasangan yang sama dari gosip itu? Mereka terlihat seperti pasangan dari surga!"
Xin Yue mendengar bisikan itu dan tersenyum kecil, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, dia menarik tangan Tianheng, menggiringnya ke sebuah kios kecil yang menjual boneka-boneka lucu berbentuk hewan.
"Tianheng, lihat ini!" katanya sambil mengangkat boneka kecil berbentuk kucing. "Bukankah ini mirip denganmu?"
Tianheng mengerutkan kening. "Kucing? Kenapa kau pikir aku mirip kucing?"
Xin Yue tertawa kecil, matanya berkilat nakal. "Karena kau selalu terlihat dingin, tapi sebenarnya kau sangat manja."
Tianheng terdiam, lalu menghela napas. "Kalau begitu, beli saja. Kalau itu membuatmu senang."
Xin Yue memeluk boneka itu dengan senyum lebar. "Kau sangat baik hari ini, Tianheng. Apa kau sedang mencoba menyuapku?"
"Jika itu berhasil membuatmu diam, mungkin saja," jawab Tianheng dengan nada datar, meskipun ada senyum tipis di wajahnya.
Momen Mesra di Tengah Keramaian
Mereka melanjutkan perjalanan, melihat-lihat barang di kios-kios lain. Ketika Xin Yue berhenti di depan sebuah kios perhiasan, Tianheng berdiri di belakangnya, tangannya secara alami merangkul pinggangnya.
"Apakah kau suka sesuatu di sini?" tanyanya.
Xin Yue menunjuk sebuah gelang sederhana dari batu giok. "Yang ini cantik, tapi terlalu mahal."
Tianheng mengambil gelang itu tanpa ragu. "Jika kau suka, aku akan membelinya."
Xin Yue memutar matanya, pura-pura mengeluh. "Kau terlalu boros, Tianheng. Kau harus belajar menabung."
"Kenapa aku harus menabung? Uangku juga akan menjadi uangmu, bukan?" jawab Tianheng santai.
Xin Yue terdiam sejenak, wajahnya memerah. "Kau... kau terlalu percaya diri!"
Tianheng hanya tersenyum, lalu dengan lembut menyentuh pipinya. "Kau lucu saat malu."
Xin Yue menepuk tangannya, mencoba menyembunyikan rasa malunya. "Jangan terlalu mesra di depan umum! Lihat, semua orang menatap kita!"
Tianheng melirik ke sekeliling. Memang benar, banyak orang yang memperhatikan mereka, beberapa bahkan terlihat iri. Tapi dia tidak peduli.
"Biarkan saja mereka melihat. Aku tidak keberatan menunjukkan pada dunia bahwa kau milikku."
Xin Yue menghela napas panjang, berpura-pura kesal. "Kau benar-benar tidak tahu malu."
Li Jun yang Tertinggal
Di sisi lain jalan, Li Jun berdiri di bawah pohon, menatap mereka dengan ekspresi tercengang.
"Ini terlalu berlebihan," gumamnya. "Aku merasa seperti menonton drama romantis yang terlalu manis."
Beberapa orang di sekitarnya mendengar gumamannya dan tertawa kecil.
"Kau juga mengenal mereka?" tanya seorang pria tua.
"Ya, sayangnya aku mengenal mereka," jawab Li Jun dengan nada putus asa. "Dan aku harus mengatakan, mereka tidak seperti ini di rumah. Ini... ini tidak normal."
Percakapan Lucu
Setelah puas berjalan-jalan, mereka duduk di sebuah kedai teh kecil. Xin Yue memegang cangkir tehnya dengan kedua tangan, menatap Tianheng dengan senyum licik.
"Kau tahu, Tianheng, aku tidak menyangka kau bisa menjadi begitu manis," katanya.
Tianheng mengangkat alis. "Manis?"
"Ya," jawab Xin Yue sambil menahan tawa. "Kalau orang-orang melihatmu seperti ini, mereka pasti tidak akan percaya bahwa kau adalah 'Pangeran Dingin' yang terkenal."
Tianheng menatapnya dengan tatapan tajam, tapi tidak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, dia meraih pipinya dan mencubitnya pelan.
"Kalau kau terus menggoda, aku akan membuatmu tidak bisa berbicara," ancamnya dengan nada lembut.
Xin Yue tertawa kecil, lalu menyingkirkan tangannya. "Baiklah, baiklah. Aku akan berhenti. Tapi serius, Tianheng, kau harus lebih sering seperti ini. Aku suka melihat sisi lembutmu."
Tianheng hanya menggelengkan kepala, tapi di dalam hatinya, dia merasa senang. Meskipun dia tidak akan pernah mengakuinya, dia menikmati setiap momen bersama Xin Yue, bahkan ketika dia terus menggoda dan mengganggunya.
Dan tanpa mereka sadari, pasangan ini telah berhasil membuat seluruh kota berbicara tentang mereka. Tapi kali ini, bukan gosip buruk yang menyebar, melainkan kisah tentang pasangan yang terlihat begitu bahagia dan serasi.
Di sebuah aula megah dengan dinding berhiaskan ukiran emas dan perak, Ibu Suri duduk di singgasananya. Wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi kemarahan. Tatapan matanya tajam seperti belati, membuat siapa pun yang berada di ruangan itu merasakan tekanan yang luar biasa.
Di depannya, nona Rong Qianru berdiri dengan kepala tertunduk. Gaun mewah yang dikenakannya tidak mampu menyembunyikan getaran di tubuhnya. Tangan kecilnya menggenggam erat sisi gaunnya, mencoba menahan rasa takut yang semakin mencekam.
"Ibu Suri..." Qianru mencoba membuka mulut, tapi suaranya terdengar kecil dan gemetar.
"Diam!" suara Ibu Suri menggema di ruangan itu, membuat Qianru langsung terdiam.
Ibu Suri menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Tapi amarahnya terlalu besar untuk diredam. "Aku mengutusmu ke Mansion Tianheng dengan satu tujuan sederhana. Mengawasi gadis itu dan memisahkannya dari Tianheng. Tapi apa yang kau lakukan? Kau justru membiarkan mereka semakin mesra di depan matamu!"
Qianru mengepalkan tangannya, wajahnya semakin menunduk. "Hamba... hamba tidak bermaksud mengecewakan Ibu Suri. Tapi gadis itu... dia lebih sulit ditangani daripada yang hamba kira."
Ibu Suri mengetuk-ngetukkan jarinya di lengan kursinya, suara kecil itu terdengar mengancam di tengah keheningan. "Gadis itu hanyalah seorang gadis biasa dari keluarga yang hancur. Apa yang membuatmu begitu takut padanya?"
Qianru mencoba menjelaskan, meski suaranya masih gemetar. "Dia... dia memiliki cara berbicara yang licik dan... Tianheng, dia selalu melindunginya. Bahkan di depan hamba, dia tidak segan-segan menunjukkan perasaannya pada gadis itu."
Mata Ibu Suri menyipit. "Tianheng... Dia semakin berani. Bahkan Kaisar sekarang mendukungnya. Apakah mereka semua telah kehilangan akal?"
Ketakutan Qianru
Ibu Suri bangkit dari singgasananya, langkahnya perlahan tapi penuh tekanan saat dia mendekati Qianru. "Rong Qianru, kau berasal dari keluarga perdana menteri. Kau memiliki segala yang dibutuhkan untuk menjadi pasangan yang sempurna bagi Tianheng. Tapi kau justru membiarkan seorang gadis rendahan mencuri perhatian darimu."
Qianru mengangkat wajahnya sedikit, matanya penuh ketakutan. "Hamba mohon maaf, Ibu Suri. Hamba akan mencoba lebih baik lain kali."
"Lebih baik?" Ibu Suri tertawa kecil, tapi tawanya dingin. "Aku tidak butuh janji-janji kosongmu. Aku butuh hasil."
Qianru merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. "Hamba mengerti, Ibu Suri. Hamba akan melakukan apa pun yang diperintahkan."
Ibu Suri berhenti di depan Qianru, matanya menatap tajam ke arah gadis itu. "Dengarkan aku baik-baik. Aku tidak akan membiarkan gadis itu mengambil tempat di sisi Tianheng. Jika kau gagal lagi, jangan harap aku akan memaafkanmu."
Qianru menggigit bibirnya, menahan rasa takut yang hampir membuatnya menangis. "Hamba tidak akan mengecewakan Ibu Suri lagi."
Ibu Suri mengangguk perlahan, meski wajahnya masih penuh kemarahan. "Pergilah. Dan ingat, aku tidak ingin mendengar alasan lagi."
Qianru membungkuk dalam-dalam sebelum berbalik dan meninggalkan aula. Langkahnya cepat, seolah ingin segera menjauh dari aura menakutkan Ibu Suri.
Rencana Baru
Setelah Qianru pergi, Ibu Suri duduk kembali di singgasananya. Wajahnya yang kejam perlahan berubah menjadi penuh perhitungan.
"Xin Yue..." gumamnya pelan. "Kau mungkin telah memenangkan hati Tianheng, tapi aku tidak akan membiarkanmu menang begitu saja. Jika Kaisar mendukungmu, aku akan mencari cara lain untuk menjatuhkanmu."
Matanya menyipit, penuh kebencian. Ibu Suri adalah wanita yang tidak pernah menerima kekalahan, dan kali ini pun dia tidak akan mundur tanpa perlawanan.