NovelToon NovelToon
Ketika Istriku Berbeda

Ketika Istriku Berbeda

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:850.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Muhammad Yunus

"Mas kamu sudah pulang?" tanya itu sudah menjadi hal wajib ketika lelaki itu pulang dari mengajar.

Senyum wanita itu tak tersambut. Lelaki yang disambutnya dengan senyum manis justru pergi melewatinya begitu saja.

"Mas, tadi..."

Ucapan wanita itu terhenti mendapati tatapan mata tajam suaminya.

"Demi Allah aku lelah dengan semua ini. Bisakah barang sejenak kamu dan Ilyas pulang kerumah Abah."

Dinar tertegun mendengar ucapan suaminya.

Bukankah selama ini pernikahan mereka baik-baik saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesal

"Hassan nggak sarapan, Mi?" tanya Kiai Ahmad Sulaiman pada istrinya yang tengah menyendok nasi untuk beliau.

"Mas Hassan pergi mulai pagi Pak Kiai, tadi di antar Mas Wildan." Tutik selaku asisten rumah tangga mereka yang menjelaskan jika Hassan sudah tidak ada di rumah, sejak pagi lelaki itu pergi meninggalkan rumah di antara oleh suaminya yang menjadi supir keluarga Kiai Ahmad Sulaiman.

"Loh, iya? Terus sudah balik Wildan?" Kiai Ahmad Sulaiman menoleh pada pekerjanya.

"Sampun, hanya ngantar ke pondok."

"Ngapain, kok isuk-isuk budal?" ( pagi-pagi berangkat?)

Kiai Ahmad Sulaiman melihat pada istrinya.

"Hassan sudah tahu mengenai Dinar?" Umi Zalianty mengangguk.

"Umi jelaskan jika Dinar lupa pada kita semua, semalam Dinar mau tidur dikamar Hassan, Umi belum sempat lagi bicara sama Hassan, Bah." Soal Hassan pergi pagi ini pun ia baru tahu.

"Soal Dinar yang tidur di kamarnya, Umi sudah izin sama Hassan?" tanya Kiai Ahmad Sulaiman. Beliau tidak tahu jika putranya datang semalam. Kemarin beliau tidur lebih awal, karena sempat mabuk perjalanan dari Jakarta ke Jombang.

"Umi.." Umi Zalianty bingung. Dia melupakan hal itu. Jadi semalam dimana anak lelakinya tidur? Kamar tamu?

Kiai Ahmad Sulaiman urung memulai sarapan paginya. Kini justru menunggu penjelasan istrinya.

"Umi ada ngomong apa sama Hassan?" selidik Kiai Ahmad Sulaiman melihat kegugupan istrinya.

"Abah, soal kamar, Umi lupa izin, soal Umi ngomong apa sama Hassan, Umi hanya minta Hassan mengurus pondok, sementara kita akan membawa Dinar pergi untuk mencari tempat tinggal baru yang nantinya tidak mengganggu mental Dinar." Umi Zalianty nampaknya lupa jika suaminya sangat menyayangi anak lelakinya yang rela mengorbankan cita-citanya demi mereka.

"Soal perasaan Hassan, Umi ada menyinggungnya?"

Umi Zalianty menunduk, merasa bersalah, karena ia menegaskan kepada Hassan bahwa perasaan lelaki itu tidak lebih penting dari kebaikan Dinar. Ia bahkan mengatakan dengan jelas bahwa Hassan lebih baik mencari wanita lain untuk dijadikan istri.

Hening. Tak ada sepatah katapun yang terucap. Rasa bersalah dan rasa masih tidak terima tengah memenuhi hati Umi Zalianty.

"Umi!" panggil Kiai Ahmad Sulaiman sedikit lebih tegas.

"Maaf. Umi hanya sedikit khawatir dengan keadaan Dinar."

Kiai Ahmad Sulaiman mengangguk mengerti."Jangan membuat jarak pada anak yang lain, Umi tahu seberapa besar pengorbanan Hassan untuk kita."

Suasana saat ini membuat Umi Zalianty tidak nyaman dan merasa bersalah akibat penolakannya terhadap permintaan Hassan.

"Kalau dengan bersama bisa membuat Dinar dan Hassan bahagia, kenapa kita tidak mendukungnya? Abah nggak mau melihat Hassan sedih lagi dan merasa tidak nyaman. Mereka sama-sama anak kita Umi. Umi tahu sendiri kan bagaimana hancurnya Hassan saat Dinar hampir kehilangan nyawa?"

Umi Zalianty hanya bisa terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. Sejujurnya dia pun menyesali perbuatannya.

Umi Zalianty pikir ia akan menunggu Hassan pulang dari pondok sore nanti, baru kembali mengajak anak itu bicara. Pun, tentang kamar nya yang saat ini di tempati oleh Dinar. Namun, hingga bakda isya Hassan tak kunjung datang.

"Pak Wildan, apakah sampean tidak di minta jemput oleh Hassan?" tanya Umi Zalianty ketika sopirnya menaruh kunci mobil pada kaca samping pintu dimana kunci-kunci bergantung rapi di sana.

"Mboten, Bu Yai. Katanya Mas Hassan mau pergi ke rumah temannya dan di jemput di pondok." Kening Umi Zalianty berkerut. Hassan mau pergi kemana?

"Oh, ya sudah Pak."

"Saya pamit undur diri Bu Yai."

"Ngih, Monggo!" ( ya, silahkan!")

Sampai jam sebelas malam, Hassan tidak pulang, tidak juga memberi kabar. Umi Zalianty khawatir, beliau dilanda rasa bersalah.

Ternyata Hassan tidak pulang sampai hari ke lima. Kiai Ahmad Sulaiman selalu melihat putranya di pondok setiap hari, tapi tak pernah bertemu di rumah.

"Hassan." panggil Umi Zalianty ketika ia dan suaminya menggelar doa bersama di pesantren Al-Hasan untuk kesembuhan Dinar, walaupun acara ini hampir lima puluh persen Hassan yang menyiapkan, tapi Hassan tidak bisa ditemui oleh beliau. Hassan seperti sengaja menghindar.

Hassan tersenyum dan mendekati wanita yang sudah dianggap ibunya itu.

"Apa kabar, Umi?" sapanya. Umi Zalianty rasanya mau menangis saat melihat sosok Hassan setelah berhari-hari tak melihatnya, putranya tampak kurusan, meski tidak mengurangi ketampanannya, tapi gurat sendu itu tak bisa lelaki itu sembunyikan.

"Baik, Alhamdulillah. Kamu sendiri bagaimana?"

Masih dengan senyum Hassan menjawab."Alhamdulillah." Entah apa lanjutan kata Alhamdulillah yang Hassan maksud, Alhamdulillah baik, atau justru sebaliknya.

Umi Zalianty mengamati Hassan yang enggan menatapnya, hatinya kembali teriris saat melihat Hassan tak nyaman berada di sisinya.

"Hassan, Dinar. Dia.."

"Umi, ana masih ada yang harus dikerjakan, kalau boleh ana mau.."

"Umi nggak berharap banyak karena sadar diri kalau apa yang sudah umi katakan sama kamu memang salah dan keterlaluan. Tapi umi minta, janganlah berubah dan tetap pulang untuk menemui Abah dan umi."

Umi Zalianty sudah pasrah. Tidak masalah apabila Hassan sudah tidak menganggapnya lagi sebagai ibu, asalkan putranya itu tetap mau pulang dan berkumpul bersamanya.

"Hassan hanya ingin belajar mandiri, Umi." kilahnya.

"Tapi yang Umi lihat, nggak begitu. Hassan, Umi minta maaf, Umi salah, Nak. Pulang Hassan, Umi, Abah, dan Dinar membutuhkanmu."

Entah bagaimana tiba-tiba Hassan membuang mukanya. Hatinya tidak bisa berbohong jika dia begitu ingin melihat wanita yang sangat di cintai nya itu.

"Gus, Di tunggu sama lainnya." teguran itu membuat Hassan melepaskan tangannya yang di genggam oleh Umi Zalianty.

"Umi, ana menyusul yang lain, untuk memulai acaranya dulu, jaga kesehatan Umi," Hassan buru-buru meninggalkan Umi Zalianty yang kembali di serang rasa bersalah.

Acara di gelar di aula pesantren. Setelah do'a bersama acara selanjutnya di isi oleh tanya jawab seputar Sabar menurut Islam.

"Dari pandangan Gus Hassan bagaimana?" tanya seorang ustadz yang ikut mengembangkan pesantren Al-Hasan.

Hassan menerima mik yang diserahkan panitia sebelum menjabarkan arti sabar dari pandangannya.

"Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menghindari kemaksiatan. Siapa yang sabar dalam menghadapi musibah sehingga mampu menjalaninya dengan baik, dengan segala kekuatan hatinya, maka Allah akan mencatat untuknya sebanyak 300 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara langit dengan bumi. Siapa yang sabar dalam menjalankan ketaatan, maka Allah akan mencatat untuknya 600 yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy. Siapa yang sabar dalam menghindari kemaksiatan, maka Allah akan mencatat untuknya 900 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak dua kali antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy." (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Abid Dun-ya dan Dailami).

Cobaan yang menimpa kita tentu sudah diatur oleh Allah SWT. Jika kita bersabar, Allah SWT akan melipatkan pahala dan membantu menyelesaikan semua cobaan dan ujian yang dihadapi oleh umatnya dengan cara berdoa.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang Muslim pun yang ditusuk oleh duri atau lebih dari itu, kecuali Allah pasti akan menghilangkan kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya." (HR. Bukhari).

Sehingga Islam mengajarkan kepada manusia agar sabar seperti lima nabi yang memiliki keteguhan yang kuat. Kelima nabi yang sabar itu adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahqaf ayat 35:

"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka." (QS Al-Ahqaf: 35).

Sabar yang saya tuturkan, saya ambil dari buku-buku yang saya pelajari, saya tidak memandang batas sabar dari hati saya sendiri, tapi saya mengambil contoh dari para ulama dan tentunya menerapkan hadits yang ada tanpa menambahkan dan mengurangi."

Mata Umi Zalianty berkaca-kaca. Sungguh, rasanya ia ingin menarik Hassan saat ini juga dan ia restui menikahi Dinar, rasanya sudah tidak ada lagi alasan khawatir dengan keadaan Dinar, Hassan pasti bisa memberikan yang terbaik untuk putrinya.

1
Ratna Fika Ajah
Luar biasa
Wang Dong
Bukankah dinar dan hassan adalah saudara persusuan dimana dalam islam gak boleh nikah???
Farika Willesden
Luar biasa
Nurtina Arjuna
Lumayan
Yuni Ngsih
Tkooooor knapa Ending yg punya ceritra meninggsl ngga seruuuuuu Thor😭😭😭😭😭
Yuni Ngsih
Thooooor knp Dinar trs diuji dlm ceritra ini yg membuat ceritra tdk adil kapan Dinar bahagianya Thor....😡😡😡
Naufal hanifah
Luar biasa
Yuni Ngsih
Thooooooor ceritramu aneh masa orang yg ceritra meningga ngga seru Thor ulang ceritranya ....😡😡😡
Siti M Akil
nanti Ilham meninggal dinar nikah sama Hasan
Yuni Ngsih
Dasar laki" tak tahu diri kan tau gmn membimbing istri ,apalagi dinikahkan usia 19 th kawin punys anak ,emang enak ngurus anak tanpa ada yg membantu ....kynya blm pas Thor dipanggil Gus ....introfeksi Ilham berarti sbg suami menurut syariat islam blm berhasil ....bikin kesel yg baca Thor😠😠😠
Hastin71
Buruk
Dewi Kasinji
ya Allah , sad ending ya
Dewi Kasinji
irham kayaknya gak belajar dari pengalaman ya.
Dewi Kasinji
Luar biasa
Dewi Kasinji
ijin baca kak
3sna
tanggung jawab,atas dasar apa tanggung jawab itu ham?
Heryta Herman
muter",pusing
Heryta Herman
dasar irham laki" tdk pandai bersyukur...
Merli Gosal
Luar biasa
mbak i
othor jahat😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!