Aurelia Aureta Jonson pemimpin sebuah organisasi mafia milik keluarga nya, Aurel gadis yang selalu tenang dalam kondisi apapun, seolah dirinya diciptakan tak memiliki emosi.
Dulu Aurel adalah gadis yang ceria, ramah dan baik hati, namun hingga akhirnya kejadian tragis menimpa keluarganya, kedua orang tuanya di bunuh tepat di depan matanya sendiri.
Setelah kejadian itu, Aurel berubah, tidak ada lagi wajah ceria dan senyum manis yang selalu ia tebar pada setiap orang, hidup nya seolah kosong dan hampa.
Aurel mati bunuh diri dengan meledakan bom di markasnya sendiri demi melindungi seluruh anggota nya, namun bukan nya pergi ke akhirat untuk bertemu kedua orang tuanya, Aurel malah terbangun di tubuh perempuan bernama Qiana Evelyn seorang gadis yang menyandang sebagai istri dari Duke tiran.
"Kalau dunia ini kejam, maka kita harus lebih kejam dari dunia"~ Qiana Evelyn (Aurel)
"Kau sangat menarik Dhuces, dan selama nya kau akan selalu menjadi milik ku" ~ Duke Arsenio De Atanius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VINCENT YANG MALANG
"Bagiamana kalau hari ini aku buat nasi goreng untuk acara makan bersama dengan para prajurit nanti," ucap Qiana tiba-tiba terlintas sebuah ide seperti itu.
"Seperti nya mengenalkan nasi goreng pada mereka tidak lah buruk," ucap Qiana tersenyum kecil.
Berbagai rencana sudah tersusun di otak cantik nya, kali ini Qiana akan menciptakan hal baru untuk orang-orang yang ada di sini, hal sederhana yang mungkin saja akan menjadi perubahan besar suatu saat nanti.
Qiana dengan cepat menyelesaikan acara mandi nya, karena pagi ini dirinya akan sangat sibuk dan harus segera bergerak cepat, takut waktu nya tidak keburu.
Ceklekk
"Rere ayo cepat bantu saya bersiap," ucap Qiana yang baru keluar dari dalam kamar mandi.
"Baik Yang Mulia," jawab Rere sopan.
Qiana berjalan dengan cepat, menuju kearah Rere yang sudah menyiapkan pakaian yang akan diri nya kenakan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama Qiana sudah siap dengan penampilannya, hanya tinggal merias wajah nya sedikit, agar terlihat lebih segar dan juga cantik.
Kali ini gadis itu menggunakan gaun berwarna kopi susu, sangat serasi dengan warna rambut nya yang berwarna coklat madu dan bergelombang.
Gaun yang Qiana kenakan terasa lebih nyaman dari pada gaun-gaun sebelum nya. Rere memang bisa di andalkan pikir Qiana puas.
Sebenarnya Qiana masih belum terbiasa dengan gaun yang dikenakan para perempuan disini, apalagi kalau harus menggunakan korset, sungguh membuatnya begah dan sesak.
Dan juga masih ada beberapa hal yang masih membuatnya kesulitan namun dirinya harus terbiasa.
"Rere di kediaman ini apakah ada beras?" tanya Qiana.
"Beras? Benda seperti apa itu Yang Mulia?" tanya Rere tidak mengerti.
Pasalnya Rere baru saja mendengar nama beras di telinga nya.
"Ck Beras, maksud saya padi, apa di kediaman ini memiliki padi?" jawab Qiana berdecak kesal.
Qiana kadang berpikir saat ini dirinya hidup di jaman apa, kenapa banyak sekali hal basic di dunia nya dulu, justru orang-orang disini belum mengetahui.
"Kalau padi seperti nya ada," jawab Rere mulai merias wajah Qiana.
"Bagus," ucap Qiana tersenyum lebar.
"Memang nya ingin Anda apakan padi nya Yang Mulia, itukan pakan ternak," ucap Rere bingung.
Orang-orang disana benar-benar menyebut padi sebagai pakan ternak.
Beras\=pakan ternak, nangis lah Author di pojokan melihat harga beras sekarang tidak lah murah, dan dengan enteng nya rakyat wilayah Barat, membuang-buang beras untuk para ternak mereka😭
Apa majikan nya ini ingin berternak, pikir Rere nyeleneh.
"Nanti kamu juga tahu, dan jangan sebut padi itu pakan ternak lagi," jawab Qiana kesal.
Mengingat apa yang diri nya makan selama beberapa hari ini, membuat Qiana kesal saat Rere justru mengatakan bahwa padi yang bisa di jadikan beras lalu di masak dan menjadi makanan enak itu justru di bilang sebagai pakan ternak.
"Maaf Yang Mulia," ucap Rere tidak tahu kenapa tiba-tiba Qiana kesal.
"Sudahlah ayo cepat keluar, aku butuh bertemu dengan para koki dapur sekarang," ucap Qiana setelah selesai bersiap.
"Baik Yang Mulia," jawab Rere patuh.
Mereka berdua berjalan menuju kearah dapur untuk bertemu para koki seperti yang Qiana ucapakan tadi.
"Sebenarnya apa yang ingin Duches lakukan?" batin Rere bingung dan juga penasaran.
Rere tidak berani banyak bertanya, karena takut membuat Duches nya itu kesal.
Rere mulai paham dengan sifat baru majikan nya, jangan banyak tanya, tutup mata, tutup telinga, apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, itulah kira-kira kalimat yang sering Duches nya tekanan kan.
Saat di tengah jalan mereka berdua berteman dengan Vincent, seperti nya pria itu baru saja kembali dari ruang kerja Duke Arsenio, wajah nya terlihat sangat lelah dengan lingkaran hitam di bawah mata nya, seperti nya pria itu kurang tidur.
"Salam Yang Mulia Duches," ucap Vincent menunduk kan kepala nya sopan.
"Hem"
Jawab Qiana mengangguk kan kepala nya pelan.
"Kamu sudah bekerja dengan sangat keras Vincent, sebaiknya kamu istirahat, dan jangan lupa nanti kamu harus meminta bonus pada Tuan mu itu Vincent, lihatlah karena terlalu banyak bekerja wajah mu semakin jelek," ucap Qiana tanpa perasaan.
Vincent tidak tahu harus senang atau sedih, mendengar perkataan Qiana, perempuan itu memuji nya tapi juga mengejek nya.
"Baik Yang Mulia, terimakasih atas perhatian Anda," jawab Vincent tersenyum paksa.
"Tidak ada yang perhatian pada mu, saya hanya tidak ingin besok pagi ada berita yang beredar, bahwa telah di temukan mayat seorang pria jomblo dengan penampilan jelek mati di kediaman De Atanius," jawab Qiana menggeleng kan kepala nya.
"Hal itu akan mencoreng nama baik saya," lanjut Qiana.
Vincent dan Rere menganga tidak percaya, kenapa kedengaran nya Duches nya itu hanya mementingkan diri nya sendiri, pikir mereka berdua tertekan.
"Pantas saja sampai sekarang kamu jomblo, lihat lah lingkaran di bawah mata mu benar-benar sangat mengerikan," ucap Qiana lagi.
Ingin rasanya Vincent berteriak pada Qiana dengan kecang, bahwa ini semua gara-gara suaminya, yang melimpah kan semua pekerjaan nya pada diri nya.
"Sudahlah saya pergi dulu, tidak ada gunanya berbicara dengan mu," ucap Qiana tanpa merasa bersalah.
"Aku menyesal pernah memujinya bahwa Yang Mulia Duches memiliki hati yang baik, nyatanya dia sangat jahat, selalu saja menindas ku," ucap Vincent berjalan gontai kearah kamar nya.
Selama beberapa hari ini Qiana dan Vincent memang sudah akrab, bahkan Vincent sudah tidak terlalu takut dengan Qiana, mereka berdua sering berbicara dengan santai seperti seorang teman, dan mereka juga bekerjasama dalam menjalankan tugas mereka, membahas tentang pertumbuhan wilayah Barat.
Vincent begitu kagum melihat kepintaran Qiana dalam memecahkan beberapa masalah yang terjadi di wilayah Barat, gadis itu bukan hanya cantik dan kejam, tapi juga memiliki otak yang genius dan yang pasti sangat pintar bersilat lidah, yang sering kali membuat nya kesal.
Tidak membutuhkan waktu lama Qiana dan Rere sudah sampai di dalam dapur, di sana ada beberapa koki dan beberapa pelayan.
"SALAM YANG MULIA DUCHES!"
Ucap mereka semua yang melihat kedatangan Qiana, mereka semua membungkuk kan badannya hormat.
"Hem"
Jawab Qiana mengibaskan tangannya.
"Apa kalian sedang sibuk?" tanya Qiana berjalan menghampiri mereka.
"Tidak sama sekali Yang Mulia," jawab salah satu koki menggeleng kan kepala nya.
Mereka memang tidak sedang sibuk, karena makanan untuk sarapan Nyonya mereka, sudah mereka mereka masak dan sajikan di meja makan.
"Boleh saya meminta bantuan kalian untuk memasak makanan untuk menyambut kedatangan Duke Arsenio dan pasukan nya?" melihat Qiana melihat ke arah para koki.
Duches tiba tiba bangun tidur di tempat yang
berbeda..... wkwkwkwk 😁
kasian banget..... sampai ada yang
berkosplai seperti uget uget.....😁