Natasya Amira seorang gadis berusia 22 tahun terpaksa harus menikah dengan Reza Setiawan Admaja, seorang pria berusia 27 tahun yang tak lain adalah kekasih sahabatnya sendiri. akankah pernikahan yang tak di dasari cinta tersebut akan bahagia??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana pernikahan Doni dan Vina.
Kabar kehamilan Tasya menjadi kabar yang paling membahagiakan bagi keluarga Admaja. terutama sang mertua, nyonya Vera yang sangat merindukan tangisan bayi di rumah mewah mereka tersebut, tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya, di saat mendengar jika cucu yang sangat di damba dambakannya akan segera hadir ke dunia. sehingga ia memutuskan untuk memberi kabar pada Farah, sahabat sekaligus calon besannya.
"Farah,,, sebentar lagi aku akan menjadi Oma." Teriak antusias Nyonya Vera tanpa basa basi ketika teleponnya tersambung.
"Yang benar Ver, kalau gitu aku ucapkan selamat buat kamu." sahut nyonya Farah yang tak kalah antusiasnya, karena ikut bahagia untuk sahabatnya itu.
"Mendengar kamu akan jadi Oma, bikin aku iri aja sama kamu." lanjut Nyonya Farah dengan nada ngambek.
"Jangan pake iri dong!! jika kamu juga ingin segera jadi Oma sepertiku, apa salahnya kita mempercepat rencana pernikahan anak anak kita!!." seru Nyonya Vera dengan ide briliannya.
"Kenapa aku nggak berpikir sampai ke sana ya, benar juga ide kamu Vera. jika Doni dan Vina lebih cepat menikah, maka semakin cepat juga kesempatan aku menjadi Oma." sahut Nyonya Farah kemudian tergelak, membayangkan bagaimana serunya nanti jika cucunya memanggilnya dengan sebutan Oma.
"Udah dulu ya Farah, soalnya aku mau masak buat bumil nih." Ujar Vera sebelum memutuskan sambungan telepon.
Sementara di seberang sana, Tante Farah yang terus kepikiran dengan ide dari sahabatnya tadi,segera menghubungi putranya, yang tengah sibuk dengan rutinitasnya sebagai seorang dirut, di perusahaan Wijaya group.
"Doni, mama ingin pernikahan kalian di laksanakan minggu depan." seru mamanya tanpa basa basi melalui sambungan telepon.
"Mama belum juga seminggu usai tunangan, masa langsung main nikah aja. apa nggak bisa nunggu bulan depan gitu, soalnya minggu ini Doni lagi sibuk sibuknya, belum lagi minggu depan Doni harus ke korea untuk meting dengan klien kita ma." berbagai alasan di lontarkan Doni, sebenarnya itu bukan alasan Doni semata, karena sesungguhnya ia memang harus berangkat ke korea minggu depan untuk bertemu klien.
"Bagus dong nak, usai menikah kalian bisa sekalian bulan madu, jadi kamu bisa membawa serta istri kamu ke korea!!." lanjut mamanya yang kekeh dengan rencananya, untuk menggelar pernikahan putranya minggu depan. sementara Doni yang kehabisan kata kata hanya bisa menurut dengan ucapan mamanya.
"Baiklah terserah mama saja!! sudah dulu ya ma, soalnya Doni lagi banyak pekerjaan sekarang." Ujar Doni yang pasrah dengan keputusan mamanya, yang tatap akan menggelar pernikahan mereka minggu depan, sebelum memutuskan sambungan telepon.
Usai berpikir sejenak, Doni meminta Sarah untuk memanggilkan Vina.
Tok,,, tok,,,
"Masuk." seru Doni.
"Permisi tuan, apa anda memanggil saya??." ucap Vina ketika membuka knop pintu ruangan Doni.
"Duduklah!!." seruan Doni, membuat Vina bertanya tanya, ada apa lagi atasan sekaligus calon suaminya tersebut memanggil dirinya.
"Mulai besok kamu tidak perlu ke kantor." belum Doni menyelesaikan kalimatnya, Vina segera menyela.
"Apa saya di pecat tuan, tapi apa kesalahan saya?? sepertinya saya tidak melakukan kesalahan apapun tuan." rentetan pertanyaan dari Vina,semakin membuat kepala Doni puyeng.
"Bisa tidak kamu biarkan saya menyelesaikan ucapan saya terlebih dahulu!!." cetus Doni menatap Vina dengan tatapan datar seperti biasanya.
"Maafkan atas kelancangan saya tuan." ucap Vina kemudian menunduk.
"Sebaiknya kamu istirahat, sebelum menjelang pernikahan kita!!." seru Doni
"Tapi tuan, bukankah pernikahan kita masih lama, masih sebulan lagi tuan, jadi mengapa anda secepat ini anda Meminta saya berhenti bekerja??." Vina protes pada Doni.
"Saya ingin kamu beristirahat di rumah saja, karena pernikahan kita akan di adakan minggu depan." ucap Doni sembari sibuk menutup layar laptop miliknya,kemudian menatap ke arah Vina.
"Apa??? minggu depan, apa tuan tidak salah ucap, bukankah keluarga kita sudah sepakat pernikahan kita akan di adakan minggu depan??." kembali Vina melayangkan protes pada atasan sekaligus pria yang akan menjadi suaminya tersebut.
"Barusan mamaku telepon, beliau memberitahu jika minggu depan kita akan segera menikah. jadi jika kamu ingin protes Nona Revina Rahayu, proteslah pada calon mertua kamu, jangan padaku!!." lanjut Cetus Doni seraya menatap lekat ke arah Vina yang tengah duduk di hadapannya hanya meja kerja Doni sebagai pembatas.
"Baiklah." kini saatnya Vina, yang pasrah dengan seruan Doni, yang memintanya untuk berhenti bekerja untuk sementara, dan itu akan di mulai besok.
Dengan lesu Vina keluar dari ruang kerja Doni.
"Kamu kenapa Vina?? apa tuan Doni memarahi kamu??." seperti biasa jiwa kekepoan Sarah kembali bergejolak ketika melihat raut wajah tak biasa terukir di wajah Vina.
"Nggak kok mbak, nggak ada apa apa, tuan Doni juga tidak memarahi saya." jawab Vina sebelum kembali melanjutkan langkahnya, menuju ruang kerjanya.
Setibanya di meja kerjanya, Vina lebih banyak melamun sembari memikirkan banyak hal tentang pernikahannya kelak. pernikahan yang akan di jalani tanpa rasa cinta, apalagi ia sendiri tahu jika dahulu Doni sempat mencintai kakak iparnya, jadi menurutnya tidak mungkin secepat itu Doni bisa melupakan sosok Tasya, kemudian menerima dirinya sebagai seorang istri.
"Apa mas Doni juga terpaksa menerima perjodohan ini?? dan apakah mas Doni masih menaruh hati pada mbak Tasya??." bathin Vina
"Sudahlah, mungkin ini sudah menjadi garis tanganku, harus menikah dengan pria yang tidak pernah mencintaiku." bathin Vina sembari menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya.
***
Keesokan harinya Doni yang tengah melangkah keluar dari sebuah hotel, seseorang mencegatnya langkahnya.
"Ada apa tuan Admaja??." ujar Doni ketika Reza mencegat langkahnya.
"Jika anda hanya ingin menjadikan adik saya sebagai alat untuk melampiaskan kekesalan anda pada saya, sebaiknya anda batalkan saja perjodohan ini!!." seruan Reza sontak membuat Doni mengerutkan keningnya.
"Jika anda masih kesal bahkan dendam pada saya, maka balaskan dendam anda pada saya, jangan melampiaskannya pada Vina, karena Vina tidak tidak bersalah." lanjut Reza yang menganggap Doni masih kesal bahkan dendam padanya, akibat kejadian saat ia mempermalukan Doni saat berani melamar istrinya, Tasya.
"Apa maksud anda tuan Admaja??." Selidik Doni.
"Saya memang pernah kesal dengan perlakuan anda yang sempat mempermalukan saya di depan pegawai pegawai saya, tapi saya bukanlah pria brengsek yang menjadikan seorang gadis sebagai pelampiasan." terang Doni tak terima dengan tuduhan Reza.
Belum sempat Reza membalas ucapan Doni, tiba tiba Vina muncul dari arah belakang Doni.
"Mas Reza." sapa Vina yang baru saja dari Toilet.
"Dek, mas duluan ya, mas ada janji sama klien." Ujar Reza yang kemudian melangkah meninggalkan Doni serta adiknya, yang masih berdiri di loby hotel.
"Iya mas." sahut Vina yang penasaran dengan topik pembicaraan antara kakaknya dan calon suaminya.
"Mas Reza ngomong apa tadi mas??." Vina yang penasaran bertanya pada Doni.
"Nggak ngomong apa apa." jawab Doni berbohong, seraya melanjutkan langkahnya keluar dari hotel tersebut, serta di ikuti oleh Vina.
Hari ini Doni sengaja mengajak Vina bersamanya untuk mengecek sebuah hotel berbintang, guna pelaksanaan resepsi pernikahan mereka yang akan di langsungkan kurang dari seminggu lagi. tanpa sengaja Reza yang juga sedang janjian bertemu dengan klien di hotel yang sama, berpapasan dengan Doni ketika hendak memasuki loby hotel. Reza masih mencurigai alasan Doni menerima perjodohan dengan adik semata Wayangnya, Reza masih berpikir jika Doni hanya ingin memperalat Vina, untuk membalas kekesalannya pada Reza.
apa Wiki wik nya merem kok gak nampak