NovelToon NovelToon
Regulus

Regulus

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Barat
Popularitas:623
Nilai: 5
Nama Author: Sugito Koganei

Rojak adalah pemuda culun yang selalu menjadi bulan-bulanan akibat dirinya yang begitu lemah, miskin, dan tidak menarik untuk dipandang. Rojak selalu dipermalukan banyak orang.

Suatu hari, ia menemukan sebuah berlian yang menelan diri ke dalam tubuh Rojak. Karena itu, dirinya menjadi manusia berkepala singa berwarna putih karena sebuah penglihatan di masa lalu. Apa hubungannya dengan Rojak? Saksikan ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugito Koganei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7 - Singa putih vs Harimau putih

Melanjutkan kisah sebelumnya, dimana saat akan pulang, Rojak ditarik paksa oleh ketika anggota Spark Boys menuju Lapangan bola untuk berhadapan satu melawan satu melawan Rizal. Rojak tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa maksud dari semua ini?" tanyanya dengan nada kesal.

Rizal mendengus.

"Jangan pura-pura bego lu, Jak. Kau masih belum menyadari kesalahanmu, ya?"

Rojak menyipitkan mata.

"Kesalahan? Kesalahan apa?"

"Cih. Ga tampang culun, ga tampang kekar, sama saja begonya.”

Rizal mulai menjelaskan.

“Lu berani-beraninya menyakiti Daffa." Rizal menjawab dengan suara dingin.

"Lu tahu siapa dia? Dia salah satu dari kami, dan lu mempermalukannya di depan umum."

Mendengar itu, Rojak mendengus sinis.

"Daffa yang mulai duluan. Gue hanya membela diri. Kalau dia tidak nyerang gue, ya... Gue juga nggak bakal melawan."

Daffa yang berdiri di antara kerumunan langsung menyela.

"Omong kosong! Lo yang sleding gue!"

Rojak menggeleng.

"Gue cuma bereaksi atas apa yang dia lakukan. Kalau lo main pukul, jangan salahkan orang lain kalau lo kena balasan."

Rizal menghela napas, lalu menatap Rojak dengan sorot mata yang sulit ditebak.

"ARRGGHH! Banyak alasan lo, brengsek! Persetan dengan omong kosong lu. Yang jelas, lo harus menerima akibatnya."

Rizal menghela napas, lalu menatap Rojak dengan sorot mata yang sulit ditebak.

"ARRGGHH! Banyak alasan lo, brengsek! Persetan dengan omong kosong lu. Yang jelas, lo harus menerima akibatnya."

Rojak menyadari bahwa tidak ada gunanya berdebat dengan seseorang seperti Rizal. Ia sudah memutuskan bahwa Rojak bersalah, dan tidak ada kata-kata yang bisa mengubah pikirannya.

Rizal mengepalkan tangannya, bersiap untuk menyerang. Semua orang menahan napas, menunggu aksi selanjutnya.

Pertarungan tak terelakkan.

Rizal melangkah maju, bahunya tegap, sorot matanya penuh kepercayaan diri.

“LO BAKAL MAMPUS ANAK KAMPUNG!”

Rizal mulai melayangkan tinju untuk memukul Rojak. Ia tak banyak bicara, hanya mengamati lawannya dengan penuh perhitungan. Rizal tak membuang waktu. Ia melayangkan pukulan pertama, sebuah serangan cepat yang diarahkan ke wajah Rojak. Namun, dengan gesit, Rojak menghindar ke samping. Rizal melancarkan serangan lagi, kali ini tendangan ke arah perut. Tapi lagi-lagi, Rojak hanya menepisnya dengan ringan.

"Apa-apaan ini? Kenapa lo hanya menghindar?" suara dari para penonton mulai terdengar.

"Rojak takut! Rojak pengecut!"

"Rojak takut! Rojak pengecut!"

“Makanya, Jak! Gausah sok gaya!”

“Makan tuh buat orang sok ganteng!”

Sorakan itu semakin menggema, memberi tekanan besar pada Rojak. Namun, ia tetap bertahan dengan caranya sendiri. Ia menganggap di Lapangan itu, hanya ada dirinya dan Rizal yang sedang bertarung. Baginya, pertarungan bukan soal siapa yang paling cepat memukul, tetapi siapa yang paling lama bertahan.

Tiba-tiba, suara lain memecah suasana.

"Hentikan!" Poppy, seorang gadis dengan rambut panjang yang berkibar diterpa angin, masuk ke dalam lapangan. Dengan tatapan tegas, ia berdiri di antara kedua petarung.

"Poppy, minggir! Ini bukan urusan lo!" seru salah satu siswa dari kerumunan.

Namun, Poppy tak bergeming. Ia berdiri tegak di depan Rojak, menatap Rizal dengan penuh keberanian.

"Dia kakakku. Gue tidak akan membiarkanmu menyakitinya." katanya dengan suara tegas.

Dalam hati, Rojak terkejut karena tiba-tiba Poppy mau melindunginya setelah kejadian dua hari yang lalu.

“Poppy... Kamu ga marah lagi ya?”tanya Rojak dalam hati.

Tawa mulai terdengar dari beberapa siswa.

"Wah, lihat tuh! Rojak ngumpet di belakang cewek! Malu-maluin banget!"

“Dasar banci cek kaleng!”

Rizal menatap Poppy sejenak, lalu menarik napas.

"Kalau begitu, gw tak punya pilihan." Ia mengayunkan tinjunya, mengarah ke Poppy.

“BUGH!”

Pukulan itu mengenai pipi Poppy, membuatnya tersentak ke samping. Teriakan kaget terdengar dari beberapa siswa. Rojak, yang sebelumnya hanya bertahan, kini mulai berubah. Matanya memerah, dadanya naik turun menahan emosi yang meledak-ledak. Tanpa ragu, ia maju, kini tidak lagi sekadar menghindar.

Rojak mulai bertarung sungguhan. Serangannya presisi, gerakannya gesit. Rizal yang awalnya mendominasi kini mulai kewalahan. Setiap pukulan yang ia layangkan, Rojak membalas dengan serangan yang lebih cepat dan lebih keras. Konsentrasi Rizal mulai buyar. Ia tak menyangka Rojak bisa berubah secepat ini.

“Siapapun yang berani sakitin adik gua, gua akan bikin dia kayak gini!”teriak Rojak sambil menunjuk ke arah Rizal sebagai akibat dari menyakiti sang adik.

Kekalahan mulai menghantuinya. Sebagai juara bertahan, sebagai anak pemilik sekolah, ia tak bisa menerima ini. Dengan amarah yang membara, ia menyerang dengan membabi buta. Namun, di saat itu, Rojak melakukan sesuatu yang mengejutkan.

Dengan gerakan cepat, Rojak mencakar pakaian Rizal. Suara robekan kain terdengar di udara. Para penonton terdiam sejenak sebelum meledak dalam gelak tawa.

"Apa yang terjadi?!" Rizal berteriak marah.

Rojak tersenyum tipis.

“Lu kayak orang kesurupan setan tahu ga, Zal. Lu terus nyerang sampai-sampai lu ga nyadar apa yang terjadi sama baju mahal lo.”

Rizal baru menyadari. Ia kemudian menatap tubuhnya sendiri untuk memastikan apa yang terjadi. Ternyata, Rizal baru menyadari bahwa kini ia hanya mengenakan celana dalamnya.

"Gimana, Zal? Ngerasain juga dipermalukan di depan banyak orang? Kayak yang dulu lo lakuin ke gue."

Rizal membeku. Gelak tawa semakin membahana. Hari itu, di lapangan bola SMA Sinar Pintar, keangkuhan Rizal runtuh. Dan untuk pertama kalinya, Rojak membuktikan bahwa ia bukanlah orang yang bisa diremehkan.

“Sialan lo anak kampung! Sialan! Sialan! Sialan!”

Tiba-tiba, Rojak merasakan aura besar yang masuk ke dalam tubuh Rizal. Rizal mengamuk sejadi-jadinya, karena telah dipermalukan oleh Rojak. Titel ‘Juara kebanggaan SMA Sinar Pintar,’seketika hancur karena pertarungannya melawan Rojak.

“Akan gue mampusin lo! Dengan kekuatan besar ini, GUE AKAN BUAT LO MAMPUS SAMPAI MINTA AMPUN KAYA ORANG IDIOT!”teriak Rizal.

Langit di atas lapangan bola SMA Sinar Pintar berubah kelam saat Rizal berdiri di tengah lapangan dengan tatapan tajam. Tubuhnya mulai bergetar, dan tiba-tiba, dalam sekejap, wujudnya berubah. Kepalanya memanjang, bulunya bermunculan, dan dalam hitungan detik, ia telah menjelma menjadi makhluk setengah manusia, setengah harimau putih.

"Inilah wujud asliku," ujar Rizal dengan suara yang lebih dalam dan menggelegar.

"Mulai sekarang, panggil gw Inazukko."

Kerumunan murid yang sebelumnya menonton dengan penuh antusias kini terdiam. Beberapa dari mereka mundur perlahan, tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sosok yang berdiri di hadapan mereka bukan lagi sekadar Rizal, melainkan entitas yang tampak seperti dewa perang dari legenda.

Inazukko menyeringai, lalu dengan gerakan cepat, ia mencabut sebilah katana dari sarungnya. Kilatan tajam pedang itu berkilau di bawah sinar matahari yang masih tersisa di ufuk barat.

"Hehehe.... Kepala lu bakal pisah dari badan lu, anak kampung!" katanya, suaranya penuh dengan nada mengejek.

"Lu ga bakal bisa menang, soalnya lu ga punya wujud kayak gini!"

Namun, alih-alih takut, Rojak hanya tersenyum tipis. Ia menatap Inazukko dengan mata penuh keyakinan.

"Jangan kebanyakan gaya, Rizal. Ga cuma lo yang punya kekuatan kayak gitu."

Tiba-tiba, tubuh Rojak bergetar. Otot-ototnya menegang, napasnya berubah lebih dalam. Suara raungan menggema di seluruh lapangan. Murid-murid yang menonton semakin terpana ketika bulu keemasan mulai tumbuh di wajah Rojak. Dalam hitungan detik, ia telah berubah menjadi sosok manusia berkepala singa.

"Gue bukan Rojak lagi," katanya dengan suara menggelegar.

"Gue sekarang Regulus, singa putih yang kece abis!"

Inazukko terdiam sejenak sebelum tertawa sinis.

"Asik nih! Kalo gitu, ayo kita duel, Regulus! Harimau putih dengan listrik tinggi, Inazukko, bakal bikin lu keok!"

Tanpa menunggu aba-aba, Inazukko melompat maju dengan kecepatan luar biasa. Ia mengayunkan katananya, melancarkan serangan andalannya

"Inazumium beam." Kilatan listrik membungkus pedangnya, menyambar ke arah Regulus dengan kekuatan luar biasa.

Namun, sebelum serangan itu mengenai tubuhnya, Regulus mengaum keras. Suaranya begitu dahsyat hingga membentuk gelombang kejut yang langsung menghempaskan serangan Inazukko kembali ke arah pemiliknya.

Inazukko terkejut. Ia mencoba menangkis serangan yang berbalik, tapi energi dari jurusnya sendiri begitu besar hingga menyedot sebagian besar tenaganya. Dengan napas tersengal, ia menatap Regulus dengan mata membelalak.

"Bagaimana bisa...?"

Regulus hanya tersenyum.

"Aku sama sepertimu, Inazukko."

Pertarungan pedang antara singa putih dan harimau putih pun dimulai. Dentingan logam bergema di seluruh lapangan saat pedang mereka saling berbenturan. Kecepatan serangan mereka luar biasa, membuat para murid yang menonton tak sanggup mengikuti gerakan mereka.

Sebagian murid berteriak panik dan melarikan diri, takut terseret dalam pertarungan ini. Namun, di antara mereka, hanya satu orang yang tetap berdiri di tempat, tak berkedip sedikit pun.

Poppy, dengan kamera ponselnya, merekam segalanya. Mata gadis itu berbinar penuh semangat.

"Gila, gila, gila! Gokil banget! Kayak adegan di anime yang sering gue tonton!"

Ia tak peduli dengan situasi di sekitarnya. Baginya, pertarungan ini adalah tontonan epik yang tak boleh dilewatkan. Dengan penuh antusias, ia terus merekam, memastikan setiap gerakan terekam dengan sempurna.

Dan di tengah lapangan, pertarungan antara Regulus dan Inazukko semakin memanas, membawa mereka ke dalam duel sengit yang akan menentukan siapa yang benar-benar layak disebut sebagai pejuang terkuat.

Regulus kemudian menggunakan jurus terkuatnya yang dilihat di penglihatan sebelumnya yaitu tebasan anggar meski senjata yang ia gunakan berbanding terbalik.

“Regulus thousand stab!”teriak Regulus yang membuat Inazukko terkena serangan itu bertubi-tubi.

“Awas lo ya! Awas! Gue akan balas entah kapan! Lu akan mati!”

Inazukko kemudian berubah kembali menjadi wujud Rizal. Rizal kemudian pergi dari sana dengan tunggang langgang. Sementara itu, Regulus pun juga berubah wujud menjadi wujud aslinya yaitu Rojak.

Poppy kemudian menghampiri sang kakak.

“Kak gila itu keren banget! Bagaimana ceritanya, kakak bisa jadi singa begitu?”tanya Poppy.

“Panjang ceritanya.”Kata Rojak.

“Pendekin lah bang.”Kata Poppy.

“Elu dong? Pendek? Weeee....”ledek Rojak.

Karena kesal diledek, akhirnya terjadilah kejar-kejaran antara kakak beradik itu.

Di seberang jalan Sekolah, terdapat seorang berpakaian gotik yang kemarin menolong Rojak. Dia menatap senyum ke arah Rojak.

Bersambung

1
Rizky Muhammad
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
PsychoJuno
Bikin baper. 😢❤️
kath_30
Ceritanya keren, jangan sampai berhenti di sini ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!