Asmara di dua dimensi, ternyata benar adanya.
Bukti nyata yang di alami Widuri. Perempuan berusia 19 tahun itu mengalami rentetan keanehan setiap hari. Widuri kerap kali mendengar bisikan-bisikan masa depan yang tepat sesuai peristiwa yang terjadi di depan mata.
Mimpi berulang kali yang bertemu dengan pria tampan, membawanya ke tempat yang asing namun menenangkan. Widuri asyik dengan kesendiriannya, bahkan ia selalu menanti malam hari untuk segera tidur, agar bertemu dengan sosok pria yang ia anggap kekasihnya itu.
Puncaknya, 6 bulan berturut-turut, kejadian aneh makin menggila. Sang Nenek merasakan jika Widuri sedang tidak baik-baik saja. Wanita berusia lanjut itu membawa cucunya ke dukun, dan ternyata Widuri sudah ...
Ikuti kisah Widuri bersama sosok pria nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Menemuinya
"Apa jamu bilang, Areta?!" Kaluna terkejut. Wajahnya memerah.
Areta menelan ludahnya. Dia mengikuti gerak Ibunya yang hendak berdiri.
"Jangan ribut dulu, Ibu. Kailash hanya mencintai, perasaan itu tidak bisa Kailash hapuskan, makanya dia nekad menikahi Widuri," jelas Areta.
Mendengar nama Widuri di sebutkan oleh Areta, Kaluna teringat saat membersihkan kamar putranya. Di meja ada tertulis nama Widuri. Ia pikir, nama Widuri adalah nama perempuan dari bangsa jin yang sedang menarik perhatian putranya.
"Ternyata Kailash menikahi anak manusia, ahh ..sssh!"
Kaluna nyaris ambruk, tapi Areta sigap menangkap tubuh Ibunya lalu mendudukkannya di kursi.
"Ibu, tenanglah Ibu .. Aku rasa ini bukan hal bencana, Bu. Kita masih bisa menyelesaikan masalah ini."
Kaluna menyandarkan kepalanya di kursi. Kepalanya pening memikirkan pernikahan beda alam putranya. Entah apa yang harus ia jelaskan kepada suaminya nanti.
"Areta, kenapa baru sekarang kau memberitahu Ibu? kalian menyembunyikan hal sebesar ini kepada keluarga kita?!"
Areta bungkam. Dia membiarkan Ibunya mengeluarkan kemarahannya, ia pikir hal ini lebih baik ketimbang Kaluna harus memarahi Widuri.
"Kalian berdua selalu begitu? Ibu dan ayah seringkali mengingatkan," kata Kaluna dengan suara berat. Nafasnya memburu harus menerima kenyataan.
Areta hanya diam. Dalam diamnya dia memikirkan sesuatu agar meluluhkan hati Ibunya. Dalam rentang waktu semenit, akal cerdas Areta menemukan solusi.
"Hmm .." Sebelum merayu Ibunya, ia berdehem terlebih dulu.
Areta juga sengaja menghela nafas berat, lalu menyandarkan tubuh di kursi.
"Kailash anak itu memang jahat, Ibu! Dia tega menjerat manusia agar jatuh cinta padanya. Padahal, Widuri bisa mendapat pria tampan dan kaya juga di dunianya, tapi, dia malah menikah dengan anak Ibu."
Kaluna hanya mendengarkan sembari memijit kepalanya sendiri. Areta tersenyum jahil lalu melanjutkan kembali rencananya.
"Anak Ibu itu memang pria jahat! Jika aku menjadi Widuri, pasti aku akan gila menghadapi pernikahan seperti ini. Karena cinta, Widuri harus berpisah sesaat dengan anak-anaknya nanti. Seorang Ibu pasti akan sedih akan hal ini," suara Areta sedikit meninggi agar sandiwaranya berhasil.
Areta kembali melanjutkan, "Kasihan para keponakan ku nanti yang akan lahir, jika bukan Bibinya yang menyayanginya, siapa lagi? Ibu pasti juga tidak menerima mereka."
Kaluna tertegun ketika Areta menyebutkan tentang keadaan cucu-cucunya nanti. Hati Kaluna bagai di sayat silet, perih mendengar penuturan Areta.
"Ibu dan ayah pasti mengabaikan mereka, sedangkan mereka tidak bisa selalu bersama Ibunya di alam manusia, kasihan keponakan ku itu, huhuhu .." Kali ini Areta tidak bersandiwara lagi. Areta juga ikut meratapi nasib para keponakannya yang akan lahir.
Raut wajah Kaluna yang tadinya marah berubah sedih. Kemarahannya juga tidak akan bisa memutar waktu. Yang patut disalahkan ialah putranya sendiri. Tetapi, bila menyalahkan posisi Kailash, juga di rasa tidak adil, cinta yang membawa Kailash lebih melangkah sejauh ini.
"Tapi putraku juga tidak salah Areta. Dia hanya jatuh cinta, itu di luar kendali adikmu."
Areta tertegun, dia tersenyum kepada Ibunya yang tidak lagi menghakimi Kailash.
"Ibu melarang kalian ke dunia manusia, karena kami tahu, jin akan lebih tertarik dengan manusia. Ibu tidak mau hal ini terjadi, karena yang ada hanya penderitaan. Kailash dan istrinya tidak akan bersama selalu seperti suami-istri sesungguhnya, kamu tahu, cucu-cucu Ibu sudah jadi korban egois Kailash dan istrinya."
Kaluna kini mengeluarkan air mata. Air mata yang mengasihani cucu-cucunya yang akan terpisah degan Ibu kandung. Areta yang dapat merasakan kesedihan Ibunya meraih tubuh Kaluna lalu memeluknya erat.
"Anak Kailash memang tidak akan selalu bersama dengan Widuri, tapi kita ada disini Ibu. Aku dan Ibu akan merawat mereka sepenuh hati. Aku akan menjadi bibi terbaik untuk mereka," ucapnya.
Kaluna mengangguk. Dia melepaskan diri dari pelukan putrinya.
"Kalau begitu, dimana Kailash sekarang? ajak ibu menemui istrinya, Ibu ingin tahu keadaan kandungan istrinya," pinta Kaluna.
Areta mengangguk. "Di rumahku, Ibu. Widuri dan Kailash ada di rumahku, kita akan kesana sekarang, sebab Widuri juga harus pulang ke dunianya untuk sementara waktu."
Kaluna bersiap-siap, dia masuk ke kamarnya mengambil beberapa barang di laci lalu memasukkannya ke dalam tas. Areta sudah menunggu di luar, kereta kuda sudah terparkir, siap mengantar Ibu dan anak itu.
"Pelan-pelan Ibu, jangan terlalu buru-buru," ucap Areta mengingatkan.
Kaluna terburu-buru, dia sangat ingin menyapa cucunya yang masih di dalam kandungan. Areta dapat melihat semangat ibunya yang membara. Tentu saja hal itu terjadi, Kaluna sejak lama menginginkan cucu dari kedua anaknya. Tetapi Areta malah berniat tidak menikah seumur hidup.
"Apa kau menyediakan makanan disana?" tanya Kaluna. Mereka sudah berada di kereta kuda menuju kediaman Areta.
"Tentu saja, Ibu. Aku melayani menantu Ibu dengan baik, aku menyediakan buah dari dunia manusia."
"Aku memikirkan cucuku, apakah dia lapar karena Ibunya pasti tidak bisa makan makanan kita."
Areta diam-diam tersenyum memandangi wajah Ibunya yang digelayuti khawatir. Dia kini bernafas lega sebab hal yang paling ia takuti tidak terjadi.
***
"Kamu mau kemana?" tanya Kailash yang masih berbaring di tempat tidur.
"Mau keluar sebentar, aku ingin berkeliling di rumah ini, aku suka model rumah kak Areta. Mewah tapi tetap minimalis."
Widuri kembali memakai dress nya. Usai berhubungan badan dengan Kailash, tubuhnya menjadi bugar. Kailash menjelaskan jika kebugaran itu disebabkan oleh anak-anaknya yang menyukai dunia jin daripada dunia manusia.
"Hati-hati sayang, panggil Ina temani kamu, dia menunggumu di ruang tamu," kata Kailash.
Widuri mengangguk lalu menghilang dibalik pintu. Kailash kembali tidur sebab energinya di serap oleh Widuri. Ia memberikan energinya agar Widuri tetap bisa berlama-lama di dunia jin.
Widuri mengitari rumah Areta, saking luasnya ia tersesat di sebuah ruangan yang di dalamnya ada aur mancur kecil dengan taman mini.
"Widuri," ada suara wanita mengejutkannya dari arah belakang.
"Ina, aku terkejut," ucapnya seraya mengusap dada.
Ina tertawa melihat keterkejutan Widuri.
"Kenapa ada disini?"
"Aku sedang mencari mu, aku bosan di kamar."
Ina memberikan kuris untuk Widuri. Dengan perut yang membuncit, Widuri perlahan duduk sembari menarik nafas panjang. Perutnya terasa sangat berat, entah berapa anak yang ia kandung.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ina.
"Tidak ada. Aku hanya bertanya, siapa nama keluarga mu? kata Kailash bekas kampung mu itu adalah kota yang tidak jauh dari kampungku."
Ina terharu. Dia bersyukur sebab Kailash lebih dulu menceritakan tentang jati dirinya kepada Widuri. Ina sempat berpikir, jika keluarga Kaluna memintanya merahasiakan jati dirinya.
"Memang kampung Widuri dimana?"
"Saya di Luwu."
Ina terkesiap. Sudah lama ia tidak mendengar nama kampungnya di sebut oleh orang lain.
Thor apa di dunia nyata ada cerita seperti ini?