" Semua ini karena kamu merebut perhatian semua orang dariku, Kakak tersayangku"~
Ucapan sang adik kesayangan mengantar Kesadaran Claire yang perlahan tertelan kegelapan.. tetapi, karena suatu hal tiba - tiba ia kembali membuka mata ..!!!
.....
' Apa ini? Bukankah aku sudah mati karena minuman sialan itu? Kenapa basah begini...?'
Mataku terbuka dan di sekelilingku adalah ...Air?
Berat, berat sekali tubuhku!!
...
Jadi setelah Kematiannya yang memalukan, ia berpindah tempat ke tubuh gadis gemuk ini!!
what the ... !!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bubun ntib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Pekerjaan memasak dan melayani, belum lagi berjaga dalam shift tentu akan menguras energi mereka semua. Ia akan memilih bagian 40%nya. Itu sudah sangat untung dan banyak.
“ Tidak tidak, itu tidak akan adil bagi kita. Aku akan mengambil bagian 40%nya..”jawab Clara dengan cepat sambil menggelengkan kepalanya cepat.
“ BAGAIMANA BISA ?” protes Gilbert dan Jose bersamaan. Mereka sudah sepakat tadinya untuk memberikan hasil keuntungan sebanyak 60% kepada Clara.
“ Tidak kak. Dengarkan aku, kalian yang akan mengurusi semuanya. Memasak melayani konsumen dan juga berjaga shift. Itu akan menguras tenaga kalian. Belum lagi dengan tugas kalian di kampus yang pastinya juga tidak akan kalah banyak dariku,” jelas Clara.
“ Tapi Clar ..”
“ Tidak ada tapi- tapian,bagian 40% sudah sangat banyak bagiku. Dan aku yakin,modal awal yang aku keluarkan akan terbayar setelah beberapa bulan. Konsep yang kuberikan kepada kalian tadi akan booming dan konsumen kita pasti akan meledak, Jadi semuanya sepadan,” lanjut Clara tanpa memberikan keduanya waktu untuk menyela.
“ Oh iya, satu lagi. Kakak – kakak nanti bisa merekrut pekerja tambahan. Teman kakak yang membutuhkan uang sampingan boleh juga untuk diajak bergabung yang penting ia jujur dan pekerja keras,” tambah Clara.
Membuat Gilbert dan jose semakin melebarkan mulut mereka dengan perencanaan jangka panjang yang Clara atur untuk bisnis mereka.
Gilbert menghela nafas kasar. Ia tidak bisa untuk tidak setuju dengan pemikiran dari Clara. Tuhan sangat menyayanginya dan juga rekannya dengan mengirimkan Clara di tengah – tengah krisis yang mereka alami.
Gilbert menarik nafasnya dalam dan memejamkan matanya, ia berusaha menguatkan tekadnya untuk memutuskan bagaimana baiknya. Sementara Jose hanya melihat ke arah Gilbert. Bagaimanapun GilbertLah sang pengambil keputusan di kelompok mereka.
“ Baiklah, jika memang itu yang kamu inginkan,tapi jika suatu hari kamu ingin mengajukan penambahan presentasi hasil, maka kamu boleh berbicara langsung kepada kami,” putus Gilbert setelah hampir 5 menit ia bergumul dengan pikirannya.
Clara dan Jose bernapas lega setelah mendengar ucapan Gilbert. Terutama Jose,ia tadi cukup gugup kala Gilbert berpikir dengan keras.
Jose juga merasa sungkan jika mereka mendapatkan bagian 60%. Mereka hanya menjalankan semua ide yang diberikan kepada mereka. Dan juga Jose sangat tahu bagaimana kondisi keuangan food truck mereka sendiri.
“ Oke jadi deal ya,” ucap Clara dengan bertepuk tangan riang.
“ Dasar, sebenarnya apa yang kamu pikirkan,” tawa Gilbert melihat reaksi Clara.
Ketiganya lalu mendiskusikan dengan matang perencanaan mereka. Gilbert berjanji akan mempertemukan dengan 6 teman lainnya yang merupakan anggota inti dari perkumpulan ini.
Clara juga kembali mengarahkan beberapa desain interior dan beberapa alat yang dibutuhkan nantinya. Ia juga tidak lupa segera mentransfer dana ke rekening milik Gilbert agar bisa segera direalisasikan semua rencana.
Hari sudah semakin larut. Tidak terasa yang tadinya rencana Clara hanya berjalan – jalan karena suntuk memikirkan rencana selanjutnya malah berakhir menjadi membahas bisnis.
Setelah bertukar nomor ponsel, Clara segera pamit dan kembali menelusuri street food serta membeli beberapa makanan sehat untuk dirinya sendiri.
DRRRTTT DRRTTT
Clara merasakan getaran tas selempang miliknya. Ia kemudian menepi dan mencari tempat yang nyaman. Kebetulan ia ingin memakan sandwich dan juga minum jus sayur yang sudah ia beli.
Tangan kanan memakan sandwich, sementara tangan kanan nampak merogoh tas selempang dan mengeluarkan ponselnya.
Alisnya sedikit berkerut saat melihat sederet nomor ponsel yang asing mengiriminya pesan.
‘siapa lagi yang iseng mengirimiku pesan?’ batinnya sambil mengklik notifikasi pesan itu.
📩: “Hei”
Alis Clara semakin mengerut ketika mendapati foto profil sebuah siluet membelakangi kamera dan seperti tengah memegang buku. Nampak sangat ... elegan dan terpelajar. Clara terkekeh dengan pemikirannya sendiri.
“?”
“ Ini aku, damian”
‘DAMIAN!?’ seingatnya ia belum bertukar nomor ponsel pangeran most wanted sekolah ini. Lalu darimana ia bisa mendapatkan nomor ponselnya?
✉️: “ Darimana kamu memiliki nomorku?”
📩: “ Aku mengambilnya sendiri,”
Sungguh sangat arogan, Clara tertawa dingin saat membaca balasan dari Damian. Ia masih saja berpikir kapan Damian memiliki kesempatan untuk memegang ponselnya.
Tanpa sadar, Dia menepuk keningnya dengan keras saat mulai menyadari kapan Damian memegang ponselnya.
Flashback On
“Sssstttt tenanglah, ini aku,” bisik Damian sambil menarik Clara untuk memasuki sebuah kelas yang kosong di sebelah ruang wakil kepala sekolah.
Tangan Damian satunya nampak meraih Ponsel Clara yang hampir jatuh akibat Clara yang terkejut dengan tarikan di pergelangan tangannya.
Flashback off
“ Haaah pemuda itu terlalu cepat bergerak,” desah Clara begitu ia mengingat runtutan kejadiannya.
✉️: “ Ada apa?”
📩: “ Kamu dimana?”
✉️: “ Aku sedang keluar,”
📩: “ Kemana?”
✉️: “ Haaaahh.. di alun – alun,”
‘Apa yang ingin dia lakukan dengan menanyakan posisiku? Dia tidak akan menyusulku kesini kan?’ batin Clara bingung. Damian tidak membalasnya setelah 5 menit berlalu. Clara mengangkat bahunya dan mulai melanjutkan makan sandwichnya.
Clara menikmati pemandangan di depannya dengan santai. Banyak orang yang berlalu lalang di depannya. Banyak pemuda pemudi yang berjalan sambil bergandengan tangan.
Clara menyukai pemandangan yang nampak ramai ini. Bagaimanapun di kehidupannya sebagai Claren dia tidak pernah menikmati kehidupan yang nyaman ini. Hidupnya hanya akan berputar di kantor,apartemen pribadinya, dan juga markas mafia milik sang ayah angkat.
Ia sangat jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah melihat pemandangan seperti ini. Haaaah sungguh kehidupan yang menyenangkan. Kecuali dengan adanya gangguan – gangguan tikus – tikus kecil di sekolahnya. Selebihnya Clara sungguh sangat puas dengan kehidupannya kembali ini.
Selang setengah jam, kala Clara masih menikmati semilir angin malam,sebuah motor sport berwarna merah berhenti tepat di depannya. Membuat Clara tersadar akan buaian angin itu dan mengernyit ke arah pengemudi motor yang mengenakan helm Fullface.
Clara mengangkat sebelah alisnya kala pengemudi motor itu membuka helmnya. Menampakkan wajah tampan yang sangat Clara kenali itu.
Damian!
Jadi bocah ini benar – benar menyusulnya?
“ Kenapa kamu malah menyusulku?” tanya Clara saat Damian malah ikut duduk di sebelahnya. Hei, apakah ini masih most wanted yang terkenal super dingin dan anti wanita itu?
Damian belum menjawab dan malah mengusut tali hoodie milik Clara, membuat wajahnya terbungkus erat oleh tudung hoodie yang dikenakan Clara.
“ Telingamu akan kedinginan,” ucap Damian sungguh melenceng dari pertanyaan Clara. Membuat bibir Clara mengerucut lucu yang di mata Damian malah menambah keimutannya.
“ Aku tanya kenapa kamu malah menyusulku kesini?” ulang Clara.
“ Jika aku jawab aku kangen kamu,apa kamu percaya?” Damian bertanya balik. Clara tertegun dan tidak bisa berkata apapun saat mendengar pertanyaan Damian. Namun yang jelas pipinya merona merah dan jantungnya berdegup kencang.
‘Gila, jantung matiku bisa berdetak begitu cepat? Jangan – jangan aku sakit?’ batin Clara.
“ Ak ...”
TRING TRIING
“ Ya bu,”
“ Nak, kamu dimana? Tadi ada sepasang pria dan wanita seumuran ibu menanyakan tentang kamu,”