Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 2.
* * *
Delia dari tadi memperhatikan suaminya hanya duduk dan melamun,
Delia berjalan mendekati Husni, Wanita berusia 30 tahun itu berdiri di belakang, mengulurkan tangannya. Memegang bahu sang suami
"Mas, Kamu kenapa? Kok melamun terus sih?" Tanya Delia membuyarkan lamunan Husni.
"Ah... Iya, Maaf!" Husni diam sejenak.
"Aku sedang memikirkan ucapan Dita, dan mantan Ibu mertua tadi siang." Husni jawabnya jujur tak ingin menyimpan rahasia dari istrinya.
"Emangnya Dita dan Bu Susi bilang apa? Sampai Mas jadi kepikiran gini?" Delia penasaran.
"Mereka bilang kalau Minggu depan, Rindu akan kembali dari Hongkong!" Husni memegang telapak tangan istrinya. Mengelus telapak tangannya lembut.
"Lantas apa yang membuat Mas jadi kepikiran seperti ini?" Delia lalu dia duduk di kursi kosong dekat kursi duduk suaminya.
"Bukannya bagus, itu artinya anak-anak akan bertemu Mamahnya' kan?" Delia heran dengan pikiran suaminya, kembali nya sang mantan istri suaminya justru menjadi beban suaminya.
"Entahlah, Del. Aku seperti tidak tahu harus bagaimana ketika kami bertemu nanti, itu yang aku pikirkan," Husni mencurahkan apa yang ada di pikirannya.
"Apa? Mas akan gagal move on jika bertemu dengan Mba Rindu? Apa Mas Husni masih mengharapkan nya?" Delia menatap ekspresi wajah suaminya. Ia curiga suaminya masih memendam perasaan terhadap mantan istrinya.
"Delia, kamu ini ngomong apa sih? Gak mungkinlah!. aku dan Rindu kami sudah bercerai dua tahun lalu, lagi pula. Sekarang kamu itu istriku, Gak mungkin aku masih mengharapkan dia lagi, lagian bukan itu yang aku pikirkan!" Husni jelasnya walau sedikit kesal dan tersinggung dengan pertanyaan istrinya yang menurutnya menyudutkannya.
"Ya, terus apa yang sedang mas Husni pikirkan?"
"Aku justru memikirkan Mia! Sejak usia satu tahun bahkan sampai sekarang, dia belum pernah bertemu dengan ibu yang sudah melahirkannya." Kata Husni mencurahkan isi pikiran yang membebaninya.
"Saat Mia bertemu dengan Rindu pasti dia akan bingung, bagaimana dia bisa memiliki ibu lain selain kamu. Dia akan bertanya, kenapa Rindu pergi? Kenapa bisa Mamah dan Ayahnya pisah? Mia masih terlalu kecil untuk tahu masalah orang dewasa." Husni dengan mimik wajah cemas dan khawatir.
Delia menggenggam telapak tangan suaminya.
"Mas, kita akan menjelaskannya pelan-pelan, cepat atau lambat Mia akan mengerti semuanya," Delia
"Kamu mau membantuku juga kan? menjelaskannya. Aku tidak bisa melakukannya sendirian, Aku butuh kamu di sisiku." Husni pintanya.
Melihat wajah memelas suaminya membuat Delia tak tega
"Iya, Mas. Pasti!. Aku akan ada di sisimu, kita hadapi sama-sama." Delia.
Husni tersenyum lebar ia terharu istrinya mendukungnya. Husni menumpuk telapak tangannya di atas telapak tangan istrinya yang menggenggam telapak tangannya, matanya berkaca-kaca menatap istrinya.
"Terima kasih. Del, aku gak tau kalau kamu gak ada!"
Husni berhambur mendekap istrinya erat, menciumi bahu Delia. Delia membalas dekapan Husni mengelus-elus punggungnya. Memberikan kekuatan pada suaminya.
Seperti biasa Delia masuk ke kamarnya setelah dari kamar putri sambungnya,
Mia tidur setelah Delia membacakan dongeng untuknya.
"Mia sudah tidur, Del?" Tanya Husni yang sedang duduk bersandar di punggung ranjang nya sambil membaca buku.
"Udah, mas. Baru aja! Tuh anak tumben malam ini gak kaya biasanya. Jam delapan biasanya dia udah tidur, tapi malam ini jam setengah sepuluh baru mau tidur," keluh Delia yang ikut duduk di samping suaminya.
"Mungkin dia emang belum ngantuk aja kali Del." Husni menutup dan meletakkan bukunya di meja kecil dekat ranjang.
"Iya juga, sih!" Delia membenarkan ucapan suaminya.
"Mm.. Mas. Aku boleh ngomong serius gak sama kamu?" Delia ragu-ragu.
"Yaudah, ngomong aja. Aku dengerin kok." Husni ia beralih menghadap berhadapan dengan istrinya. Siap mendengarkannya.
"Mas, Menurutmu gimana kalau Aku lepas KB aja?" Ucap Delia hati-hati. Delia meremas ujung baju piyamanya.
"Ya. Aku pengen ngasih Mia dan Dita adik!" Delia mengutarakan isi hatinya.
"Del, kita 'kan udah sepakat! Kalo kita akan menunda momongan? Kenapa sekarang kamu bahas itu lagi, sih?" Husni sedikit ketus.
"Iya, mas. Tapi sampai kapan? Orang tuaku dan orang tuamu juga udah nanyain, kapan aku akan memberikan mereka momongan?" Delia yang mulai tersulut emosi dengan ucapan sedikit ketus suaminya.
"Jangan-jangan bener lagi? yang di omongin si siska, kalau kamu cuma pengen punya anak dari satu wanita aja. Kamu gak mau punya anak lagi selain dari mantan mu?" Ucap Delia yang sudah tidak dapat menahan emosinya. Walau bukan tanpa alasan Delia menuduh Husni tak menginginkan seorang anak dari wanita lain, karena Husni hanya mengharapkan anak dari satu wanita saja. Stateman itu ia ketahui dari teman dekat Rindu yang bernama siska agustina.
Saat itu, Hari dimana mereka bertemu, ketika Husni dan Delia bertandang kerumah Bu Susi mantan mertuanya, memperkenalkannya sebagai calon istrinya, Dan kebetulan saat itu siska sedang berkunjung kerumah ibu dari sang sahabatnya. Siska yang sudah mengetahui mantan suami sahabatnya akan menikah lagi. Matanya menandai Delia dari atas kepala sampai kaki, siska sambil menjabat tangan saat Husni memperkenalkannya dengan calon istrinya. Siska menarik sudut bibirnya keatas, seolah mengejek
"Jadi ini calon istri Husni?" Ucap Siska memastikan. Delia hanya tersenyum, menganggukan kepala.
"Lumayan, tapi tidak secantik Rindu sih!." Ejek Siska dengan tatapan tak suka.
Delia sakit hati mendengar ucapan siska, Mengapa? Dia harus membandingkannya dengan wanita lain?.
"Sis, please! loe gak ada hak banding-bandingin calon istri gua ma mantan gua. Jadi jangan bandingkan mereka" ucap Husni dengan tegas.
"Wah.. ternyata ada yang gak terima ternyata? Tapi aku kasian deh ma calon kamu, aku masih ingat loe pernah bikin stateman ma Rindu, kalau loe cuma mau punya anak dari satu wanita aja." Siska sambil melirik kearah Delia, memanas-manasi.
"Siska.. stop! Jangan jadi kompor, memanas-manasi orang. Sebaiknya kamu pergi dari sini." Husni usirnya dengan tangan menunjuk kearah pintu.
Setelah pamit dengan Bu Susi, Siska pergi dari rumah Ibu sang sahabatnya.
"Del, jangan dengerin ucapan siska, ya!" Husni memegang ke dua bahu Delia. Delia hanya mengangguk walau dalam hati masih ada yang ingin dia bicarakan. Ingatan itu pun sirna saat ia terhenyak dengan suara suaminya.
"Ya. Allah. Del, Kok kamu jadi su'udzon gini sih? Del, Aku memang memintamu untuk menundamu memiliki momongan karena alasan anak-anak. Kamu tahu sendiri kalau Dita belum menerimamu sebagai Mamahnya, kalau kamu hamil kamu pasti akan kepikiran, dengan apa yang di perbuat dan apa yang di ucapkan oleh Dita akan membuatmu tersinggung dan itu tidak baik bagi kehamilanmu." Husni terangnya
"Belum lagi nanti kita akan menghadapi Mia saat dia akan bertemu Rindu, Bukankah itu akan menguras emosi kita nantinya?" Husni menjelaskan panjang lebar agar istrinya mengerti. Sementara Delia, ia mencerna ucapan suaminya barusan. Delia kembali luluh setelah membenarkan alibi suaminya.
"Kamu benar, Mas! Maafin Aku. ya, Mas. Aku udah su'udzon ma kamu" Delia merasa bersalah pada suaminya.
"Ya, gapapa. Aku ngerti kok! Kamu pasti capek di tanya kapan punya anak? Aku cuma minta kamu bersabar untuk menunda dulu punya anak." Husni berharap istrinya mengerti. Walaupun Delia kecewa, namun ia pun tak dapat berbuat apa-apa selain bersabar untuk sementara. Husni menghapus air mata istrinya yang mulai menetes di pipinya, Husni berhambur mendekap istrinya memberikan ketenangan.
Mohon dukungannya para reader