NovelToon NovelToon
Putri Palsu Sang Antagonis

Putri Palsu Sang Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Putri asli/palsu
Popularitas:72.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Zoe Aldenia, seorang siswi berprestasi dan populer dengan sikap dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba terjebak ke dalam sebuah novel romantis yang sedang populer. Dalam novel ini, Zoe menemukan dirinya menjadi peran antagonis dengan nama yang sama, yaitu Zoe Aldenia, seorang putri palsu yang tidak tahu diri dan sering mencelakai protagonis wanita yang lemah lembut, sang putri asli.

Dalam cerita asli, Zoe adalah seorang gadis yang dibesarkan dalam kemewahan oleh keluarga kaya, tetapi ternyata bukan anak kandung mereka. Zoe asli sering melakukan tindakan jahat dan kejam terhadap putri asli, membuat hidupnya menjadi menderita.

Karena tak ingin berakhir tragis, Zoe memilih mengubah alur ceritanya dan mencari orang tua kandungnya.

Yuk simak kisahnya!
Yang gak suka silahkan skip! Dosa ditanggung masing-masing, yang kasih rate buruk 👊👊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dalang

Malam itu, ruang makan keluarga Wiratmaja dipenuhi aroma makanan hangat dan suasana mewah.

Meja panjang yang megah terisi penuh oleh Joe Wiratmaja, Tina sang istri, serta kelima anak mereka, Varo, Jesper, Arya, Arvan, dan Alicia.

Namun suasana makan malam tak seperti biasanya. Terlihat Arya dan Arvan saling melirik, seperti sedang menyusun keberanian.

Akhirnya, Arya bicara lebih dulu.

"Pa ...."

Joe yang tengah memotong steaknya, berhenti. Menoleh dengan alis terangkat.

"Ada apa?"

"Kami mau nanya sesuatu. Tapi kami nggak tahu ini bener atau enggak," ucap Arya, melirik Arvan yang langsung melanjutkan.

"Apa benar Papa udah cabut biaya pendidikan Zoe?"

Mendengar hal itu, Alicia tampak gelisah.

Tatapannya turun ke piring, sementara sendok dan garpunya tak bergerak.

Tiba-tiba suasana meja menjadi hening.

Sendok Jesper terhenti di udara. Varo menatap mereka berdua, bingung. Tina mem

Joe dan Tina saling tatap, jelas tergunca

Varo yang sejak tadi diam akhirnya bicara, nada suaranya serius.

"Mungkin ada kesalahan administratif, atau ada yang diam-diam memberikan instruksi."

Tina menggenggam sendoknya erat. "Aku akan telepon pihak sekolah besok pagi."

Joe langsung menatap sang istri. "Tak perlu, biar aku yang menghubungi Beno," ujarnya pada sang istri.

Joe Wiratmaja menghela napas panjang, lalu mengambil ponsel dari sakunya. Baru saja ia hendak menekan nomor asistennya, Beno, pintu ruang makan terbuka.

“Permisi, Tuan, ini berkas yang tadi diminta,” ujar Beno, berjalan masuk sambil membawa map tebal.

Joe langsung meletakkan ponselnya dan menatap Beno dengan sorot mata serius.

“Kebetulan sekali, Beno. Duduklah sebentar. Aku ingin bertanya.”

Beno mengerutkan keningnya, agak ragu namun menuruti. Ia duduk di ujung meja.

“Ada apa, Tuan?”

Joe menyilangkan tangan di dada. “Bukankah beberapa waktu lalu aku menyuruhmu mengurus biaya pendidikan Zoe?”

Beno mengangguk cepat. “Benar, Tuan. Saya sudah mengurusnya seperti biasa.”

“Tapi hari ini, pihak sekolah menyampaikan bahwa biaya pendidikan Zoe sudah dicabut. Apa kau tahu soal ini?” tanya Joe dengan nada datar.

Beno mengangguk tenang. “Iya, Tuan. Saya memang yang memutuskan biaya pendidikan Nona Zoe.”

Seketika ruangan sunyi.

Semua menatap Beno dengan penuh keterkejutan bahkan Jesper yang cerewet pun membisu.

Joe mencondongkan tubuhnya ke meja. “Apa?! Kenapa kau memutuskan hal sepenting itu tanpa izinku?” tanyanya.

Beno tampak bingung, tapi dia menjawab dengan tenang, “Saya ... saya memutuskan itu karena saya pikir itu perintah dari Tuan.”

Joe menyipitkan mata, merasa bingung dengan apa yang diucapkan sang asisten. “Kapan aku mengeluarkan perintah seperti itu?”

Beno ragu. Matanya melirik ke arah Alicia yang duduk di sebelah Tina. Semua ikut mengikuti arah pandang Beno dengan tatapan penasaran.

“Nona Alicia ... yang menyampaikannya kepada saya. Katanya, itu atas perintah Tuan sendiri.”

Deg!

Semua langsung menoleh ke Alicia.

Wajah manis gadis itu tampak pucat. Bibirnya bergetar. Tangannya mencengkeram sendok di pangkuannya erat.

Tina langsung berbisik pelan. “Alicia ... apa itu benar?”

Alicia kini menangis dengan tubuh bergetar. “Aku minta maaf, Pa ... Ma ....”

suaranya lirih namun jelas.

“Aku ... aku melakukan ini karena aku takut Kak Zoe akan menyakitiku lagi. Aku gak tahu kenapa, tapi tiap kali melihatnya ... aku jadi cemas. Seperti ... dia akan membalas aku kapan saja. Maafkan aku, tapi aku benar-benar takut.”

Alicia terisak.

“Aku gak berniat jahat, aku cuma ... takut. Aku juga gak tega sebenarnya, tapi perasaan itu terus menghantui aku.”

Hening kembali menyelimuti meja makan.

Jesper menunduk, Arya dan Arvan saling pandang, dan Varo menyandarkan punggungnya ke kursi dengan napas berat.

Meski mereka kesal, mereka tahu, Alicia ungkin trauma. Mengingat bagaimana jahatnya Zoe pada adik mereka.

Akhirnya, Varo berbicara dengan nada tenang namun tegas. “Kami ngerti kamu takut, Licia. Tapi caramu salah. Apa kamu tahu, bagaimana hidup Zoe di luar sana sekarang? Tanpa keluarga, tanpa uang, dan tanpa dukungan?”

Alicia hanya diam, bahunya bergetar. “Kamu gak punya hak ambil keputusan sepenting itu tanpa izin Papa.”

Tina yang sejak tadi diam, akhirnya angkat suara. Ia menyentuh bahu Alicia, lalu memeluk gadis itu pelan.

“Sudah, sudah … jangan dimarahi terus adik kalian. Alicia mungkin memang trauma, Varo.”

“Dia mengalami banyak tekanan sejak dia dititipkan di panti asuhan. Apa lagi, Zoe berubah saat Alicia ke rumah ini, dia menjadi gadis jahat yang tidak berperasaan.”

Arya dan Arvan mengangguk pelan, mencoba mengerti.

Joe Wiratmaja hanya memejamkan mata sejenak, lalu membuka kembali dengan nada yang dingin namun tegas.

“Mungkin Alicia memang trauma. Papa akan menghubungi salah satu psikiater kenalan Papa. Kali ini, Papa maafkan kamu.”

Ia lalu menoleh pada Beno. “Mulai besok pagi, semua biaya pendidikan Zoe dikembalikan seperti semula. Hubungi sekolah dan pastikan semuanya beres.”

"Baik, Tuan!"

“Dan dengar, Beno. Lain kali, jika bukan saya langsung yang memberi perintah, jangan ambil keputusan sepihak. Apalagi hanya berdasarkan pesan teks.”

Beno mengangguk cepat. “Maaf, Tuan. Saya akan lebih berhati-hati.”

Joe kemudian menatap Alicia. “Papa sayang kamu, Licia. Tapi jangan pernah lagi kamu mencatut nama Papa untuk keputusan yang kamu sendiri pun ragu.”

Alicia mengangguk pelan, suaranya nyaris tak terdengar. “Iya, Pa ... Maafkan aku ....”

Tina memeluk putrinya erat, sementara Varo dan yang lain hanya terdiam. Masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.

🍃🍃🍃

Lampu meja menyala redup, menerangi tumpukan kertas, pensil, laptop, dan beberapa peralatan desain perhiasan yang sederhana tapi rapi. Angin malam masuk dari jendela yang terbuka, membawa ketenangan tersendiri.

Zoe duduk bersila di lantai, laptop menyala di depannya. Di sampingnya, secangkir teh yang sudah dingin dan selembar sketsa cincin yang ia gambar dengan sangat detail.

Ia menatap desain itu dengan sorot tajam namun penuh keyakinan.

“Hmm ... kurangi satu detail di bagian sayapnya, terlalu padat. Simpel tapi elegan. Itu yang diminta,” gumamnya sambil menghapus sedikit bagian desain dengan pensil mekanik.

Ia lalu mengetik di laptop, membuka file email dan melampirkan desain tersebut ke dalam draft pesan.

“Untuk proyek eksklusif bulan ini ... semoga diterima.

Setelah memeriksa ulang, ia mengklik Kirim.

Seketika, Zoe menyandarkan punggungnya ke tembok, menatap langit-langit kontrakan kecil itu.

Hening.

Namun tak ada rasa sesal di wajahnya. Yang ada hanyalah keteguhan dan kelegaan.

“Aku bisa.” katanya pelan namun pasti. “Tanpa mereka. Tanpa keluarga yang hanya peduli nama dan darah.”

Di kehidupannya yang pertama, Zoe adalah gadis cantik yang memiliki banyak bakat baik bidang akademik maupun non-akademik. Makanya, Zoe sangat percaya diri untuk mendapatkan beasiswa serta meninggalkan keluarga Wiratmaja.

Meski kala itu, Zoe di bawah tekanan orang tuanya yang harus menjadi yang sempurna dan di atas segala-galanya.

1
👑Lenny💣
Halah ratu drama si alicia, paling dia sendiri yg mukulin diri sendri
Tiara Bella
Alicia mukulin diri sendiri biar Zoe yg disalahkan....dasar kampret
Ty Kurniawan
sumpah thor aku lagi ngebayangin kadal kalau lagi malu' itu gimana🤔
mami Riza
kayaknya nnt crta nya bakalan kebalik deh,bukan zoe yg mati secara tragis tapi s alicia..
Ririn Santi
itu otak si arvan n arya ngelinding ke dengkul kali ya. idiot bgt jd orang
nacho hong
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
Dahlia Kartono
Thor up nya yg bnyk donk
Rossy Annabelle
mantap nih thor awal² dapat tendangan🤭
Kusii Yaati
ngapelin Zoe lah apalagi 😂😂😂....
ayo Thor lebih semangat lagi up-nya 💪 pokoknya aq padamu Thor 🤭
Kusii Yaati
dia yang di cabut kukunya aq yang ngerasain ngilunya Thor 😬
Maria K
ryder ama kennan saling gk akur🤣🤣🤣
Reni
apel bang apel masa gitu aja nanya 😅😂🤣
Maria K
kesel banget sah itu alicia
Maria K
sial.. apa si alicia itu juga mafia?
Maria K
gimna dgn keputusan DNA nya apa belum diketahui..
vj'z tri
aku tiap paragraf coba komen tapi gak bisa loh ,bisa nya di akhir doank nangis aku loh 😭😭😭😭😭😅😅😅
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Biasanya karena error kak si ntunnyab
total 1 replies
vj'z tri
bucin nya Rey bukan stadium 4 tapi dah ke tolong lagi gak ada obat nya 🤣🤣🤣🤣
nacho hong
okkk
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
mau minta sarpan dia pura2 g ada yg maasakin aslinya pgn berduan sm zoe dan jemout zoee sklh aisss modus lho ryder
she
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!