Suami Ku Hantu

Suara kicau burung kenari menghiasi suasana di halaman rumah Van Costel IV yang tampak sepi sekali.

Beberapa ekor burung kenari hinggap pelan pada dahan-dahan pohon oak serta Cemara yang berjejer di area halaman rumah.

Terlihat sosok pria tampan sedang memandang lurus ke arah rumah dengan tatapan teduhnya.

''Selamat pagi, sayang...'', sapa Jia Li pada suami hantunya.

Jia Li memeluk erat tubuh Van Costel ketika berada di depan jendela rumah mereka yang terbuka lebar.

''Apakah cahaya sinar matahari tidak mempengaruhi mu, sayang ?'', ucap Jia Li.

''Tidak..., aku suka saat sinar matahari ini mengenai wajahku terasa hangat sekali...'', jawab Van Costel IV.

''Mmm..., aku belum membeli dupa lagi untuk kebutuhan sehari-hari mu agar kau dapat hidup di bawah sinar matahari, sayang'', kata Jia Li.

''Tidak apa-apa, sayang'', sahut Van Costel IV.

Pria tampan hantu itu menolehkan kepalanya melihat Jia Li sembari tersenyum.

''Dupa-dupa itu hanya bagian kecil sebagai penunjang aku untuk bertahan di bawah terik matahari jika pagi hari'', lanjut Van Costel IV.

Van Costel lalu mencium Jia Li mesra sambil memeluknya erat.

''Tapi bagiku kaulah tumpuan hidup ku agar aku dapat bertahan hidup, Jia Li sayang'', bisik Van Costel IV.

Van Costel lalu menarik tangan Jia Li kemudian menciuminya mesra.

''Aku mencintaimu lebih dari hidupku ini, sayangku'', bisik lembut Van Costel IV.

''Dan kau tahu bahwa kaulah alasanku tetap bahagia dalam hidupku, Van Costel'', sahut Jia Li.

Hantu tampan itu tersenyum senang ketika istrinya membalas ucapannya dengan cerdas.

''Setidaknya aku tahu jika aku sangat dicintai oleh mu, Jia Li'', kata Van Costel.

''Dan aku bersyukur karena itu semuanya, sayang'', jawab Jia Li.

Jia Li tertawa kecil ketika Van Costel memberinya bunga mawar merah yang dia petik dari taman bunga miliknya yang berasal dari halaman luar rumah.

Van Costel mengarahkan bunga mawar merah yang terbang rendah ke arah mereka berdua menuju Jia Li.

Jia Li tertawa senang ketika bunga mawar itu tersemat di telinganya.

''Terimakasih atas mawar merah ini, cantik sekali, sayang'', ucap Jia Li.

''Aku tidak tahu batas waktu yang diberikan kepada ku untuk bersama dengan mu, Jia Li'', kata Van Costel.

''Sayang...'', sahut Jia Li.

''Waktuku tidaklah lama karena keabadian yang aku dapatkan ini suatu saat akan berakhir jika waktuku untuk membalas dendam serta memastikan bahwa kehidupan seluruh klan serta manusia baik-baik saja'', ucap Van Costel.

''Apakah aku bukanlah tujuan dari hidupmu setelah kebangkitan mu kembali dari kematian mu itu, Van Costel ?'', kata Jia Li.

''Kaulah hidupku serta alasanku untuk mencintaimu, Jia Li sayang'', sahut Van Costel IV.

Hantu tampan itu mengusap lembut wajah Jia Li seraya menatapnya teduh.

''Sejak aku melihatmu setelah kebangkitanku dari alam kematian, aku langsung jatuh cinta pada mu, Jia Li'', kata Van Costel IV.

''Benarkah itu, sayang ?'', jawab Jia Li.

''Iya, dan aku tidak pernah tahu jika aku akan bertemu dengan seorang gadis cantik beraroma wangi plum seperti mu'', ucap Van Costel.

''Dan kau membuatku semakin mencintai mu, Van Costel'', sahut Jia Li.

''Aku tidak ingin memberitahumu alasan yang menyebabkan aku harus tetap memilih mu dan mempertahankan diri mu, sayang'', kata Van Costel IV.

''Kenapa ?'', jawab Jia Li.

''Karena seharusnya setelah aku bangkit dari kematian itu, aku seharusnya memakan dirimu saat itu juga, sayangku'', ucap Van Costel IV.

''A--apa ?'', sahut Jia Li. ''Memakanku ?'', sambungnya bingung.

''Benar, seperti itulah aturan yang telah ditetapkan setelah aku dibangkitkan dari kematian panjang ku dan seharusnya aku memakan mu sebagai tumbal hidupku'', sahut Van Costel IV.

''Apa yang dikatakan oleh gosip orang-orang di luar sana itu memang benar bahwa aku hanyalah sebuah tumbal hidup ?'', kata Jia Li.

''Yah..., jika itu hanyalah gosip buat mu maka aku akan mengatakan bahwa memang itu gosip...'', Hela nafas Van Costel IV.

''Ayolah, Van Costel ! Jangan mempermainkan ku dengan kata-kata yang membingungkan ! Aku tidak mengerti...'', sahut Jia Li.

Van Costel IV hanya tertawa kecil saat melihat ke arah Jia Li yang berdiri di hadapannya.

''Tapi aku sangat suka jika kau gelisah karena hal itu, sayang'', ucap Van Costel IV.

''Apakah ada akibat yang akan timbul jika kamu tidak memakan ku sebagai tumbal mu itu ?'', tanya Jia Li.

''Entahlah, aku tidak pernah tahu akan hal itu maupun akibat yang ditimbulkan jika aku melanggar peraturan ghaib'', sahut Van Costel.

''Jika seandainya itu adalah sebuah peraturan yang wajib kamu lakukan seharusnya kau tidak perlu ragu untuk memakan ku'', kata Jia Li.

Hantu tampan itu menghela nafas panjang lalu menatap ke arah Jia Li sendu.

''Itu tidaklah mudah dan tidak mungkin aku wujudkan, sayang'', sahut Van Costel.

''Tapi itu peraturan yang berlaku untuk mu, sayangku'', kata Jia Li.

Jia Li mengusap wajah tampan Hantu Van Costel IV dengan tatapan cemas.

''Kau tahu sayangku..., seandainya Tuhan memberikan hukuman itu kepada kita sebagai kutukan atas bersatunya kita dari alam dunia berbeda maka aku akan menerimanya jika aku harus mati di tangan mu'', ucap Jia Li.

''Tidak ! Tidak akan pernah itu terjadi padamu, Jia Li sayang'', sahut Van Costel IV.

''Aku harus merelakan diri ini sebagai tumbal hidup mu agar kau dapat terus hidup demi melindungi nasib seluruh manusia serta yang lainnya'', kata Jia Li.

''Aku yang tidak akan pernah membiarkan itu semua terjadi pada kita karena aku ingin kita terus tetap bersama selamanya, Jia Li sayang'', sahut Van Costel.

Van Costel meraih tubuh cantik Jia Li lalu memeluk erat istrinya dengan hati haru.

''Tidak akan pernah aku membiarkan kau pergi hanya untuk mengalah pada takdir'', kata Van Costel IV.

''Aku mencintaimu, Van Costel'', ucap Jia Li.

''Dan aku sangat mencintaimu hingga akhir dunia ini, Jia Li sayang'', sahut Van Costel IV.

Keduanya saling berpandangan mesra seraya berciuman penuh cinta.

''Aku mencintaimu Van Costel...'', bisik Jia Li diantara deru nafas mereka berdua.

''Dan aku selalu menginginkan dirimu terus bersama dengan ku, Jia Li cintaku'', sahut Van Costel IV.

''Van Costel..., aku menginginkan mu...'', ucap Jia Li sendu.

''Jia Li...'', kecup mesra Van Costel dibibir ranum Jia Li.

''Tolong kabulkan lah permintaan ku ini, sayang !'', kata Jia Li.

Van Costel terhenyak sesaat ketika dia mendengar ucapan dari Jia Li yang menginginkan dirinya.

''Jia Li... ! Jia Li cintaku'', bisik lembut hantu Van Costel IV.

''Van Costel...'', sahut Jia Li. ''Milikilah aku Van Costel..., milikilah aku !!!'', sambungnya memohon penuh harap.

''Jia Li...'', bisik lembut Van Costel.

''Sayangku...'', jawab Jia Li seraya memandangi kedua mata suami hantunya yang bersinar terang ketika dia menatapnya teduh.