Ketika wabah zombie mulai menyebar di sekolah, Violetta berusaha keras untuk menahan perasaannya. Luka hatinya akibat perselingkuhan Zean dan Flora masih segar, dan kini dia terjebak dalam situasi hidup dan mati yang mengharuskan dia untuk tetap fokus. Namun, perasaan sakit hati itu tetap menghantui, mengganggu konsentrasinya setiap kali dia melihat Zean atau Flora di dekatnya.
Di tengah situasi yang genting, Arshanan, cowok yang dikenal dingin dan tidak banyak bicara, justru menunjukkan perhatian yang mengejutkan. Meski jarang berbicara, ia selalu ada di sekitar Violetta, seolah memastikan gadis itu baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puja Andriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 09
Violetta, Arshanan, Zean dan Flora segera berlari menuju mobil yang terparkir di depan rumah dan masuk dengan cepat ke dalam mobil tersebut.
"Ayo cepat, Nan!" Flora mendikte Arshanan yang kini segera menginjak pedal gas hingga mobil yang mereka naiki segera melaju meninggalkan zombie-zombie yang tadi mengejar mereka.
Di dalam mobil, Violetta terisak pelan. Dari jendela mobil di sisi nya, ia memandangi rumahnya yang semakin menjauh. Sementara itu, langit malam masih bergemuruh, hujan turun lagi dengan deras.
"Kita bakal cari keluarga lo sampai ketemu, gue janji," Kata Arshanan terlihat bersungguh-sungguh, ia melirik ke arah cewek yang duduk di sampingnya itu. Violetta terlihat mengangguk kecil, terlihat mengusap air matanya yang masih mengalir ke pipi nya yang bersemu merah alami.
Sementara di kursi belakang, Zean dan Flora tampak bungkam. Zean memasang wajah datarnya dan terus mengarahkan pandangannya ke depan. Bahkan genggaman tangannya pada tongkat baseball terlihat erat. Flora di sisi nya melirik, mulutnya terbuka sedikit seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia kembali merapatkan mulutnya, membatalkan niatnya.
Hampir tengah malam dan mobil yang membawa empat remaja berseragam SMA itu masih melaju di bawah derasnya hujan. Arshanan yang duduk di bangku pengemudi tampak fokus ke jalanan di depannya, Sementara Violetta di sebelahnya belum berhasil meredakan isakannya, matanya yang sembab bahkan tidak berhenti menatap ke luar jendela.
"Kita mau kemana sekarang?" Setelah sedari tadi bungkam, Flora akhinya melontarkan tanya, suaranya terdengar penuh keraguan berhasil memecahkan keheningan yang terasa menyesakan.
Violetta membenarkan posisi duduknya seraya kembali mengusap jejak air mata di pipinya, sementara Arshanan terlihat melirik ke arah Flora dari kaca yang menggantung di atas dasboard mobil.
"Kita harus cari tempat yang aman dulu. Karena gak mungkin kan kita terus di jalan tanpa tujuan kayak gini," Arshanan menyahuti pertanyaan Flora kemudian menghembuskan napasnya.
Violetta tidak mengatakan apa-apa, namun mata sembab nya kini menatap ke arah Arshanan yang lantas menoleh untuk membalas tatapannya.
Sementara di kursi belakang Flora masih terlihat cemas, "Tapi di mana? semua tempat sekarang pasti udah penuh sama zombie!"
Arshanan kembali fokus pada jalanan di depannya, tangannya menggenggam erat setir mobil, " Mungkin kita bisa coba pergi ke pos militer atau kita bisa pergi ke tempat evakuasi. Pemerintah pasti bikin pusat evakuasi, kan, kalau negara nya lagi ngalami situasi darurat kayak gini?"
Zean melirik sinis ke bagian belakang kursi mobil yang Arshanan duduki, "Lo pikir di situasi kayak gini masih ada tempat yang aman?" kali ini Zean berbicara dengan nada yang bisa di dengar semua orang yang berada di mobil, suaranya menunjukkan bahwa ia saat ini begitu frustasi.
"Kalau lo punya ide yang lebih baik dari gue, kasih tau gue, gue bakal dengerin," Arshanan menyahuti perkataan Zean tanpa menoleh. Suaranya tegas dan tajam.
Melihat hawa-hawa akan terjadi nya perdebatan antara Zean dan Arshanan, Flora lantas angkat bicara, "Kita semua sekarang pasti ngerasa capek. Idea Arshanan bagus dan mungkin kita bisa cari pos militer atau tempat evakuasi besok. Sekarang kita lebih baik cari tempat aman untuk istirahat. Mungkin.... Kita bisa cari gedung kosong atau tempat tinggi yang minimal bikin zombie-zombie itu gak gampang buat nyerang atau menangkap kita."
Namun Zean dengan emosi di wajahnya langsung menyela, " Kamu pikir kita bakal bisa tidur tenang di gedung kosong?" nada suaranya penuh skeptis. Flora yang baru pertama kali mendengar Zean berbicara dengan nada tinggi pada nya agak termenung, sementara Zean tidak menyadari itu dan kembali menimpali perkataannya, "Mereka bisa muncul dari mana aja!"
"Zean!!" Violetta yang sedari tadi bergeming kini berseru dengan kesal seraya menoleh ke belakang, menatap mantan pacarnya itu dengan mata yang masih basah, suaranya pun terdengar serak, " Kalau lo cuman mau nyinyir dan bikin suasana makin gak enak, mending lo diem aja. Kita semua udah capek!"
Zean terlihat ingin menyahuti perkataan Violetta namun akhirnya ia memilih menutup mulutnya. Mengalihkan pandangannya kembali ke luar jendela mobil.
Mobil masih melaju dalam keheningan hingga Arshanan melambatkan laju mobilnya ketika mata nya melihat sebuah bangunan kecil di pinggir jalan. Jika di perhatikan dengan seksama, bangunan itu terlihat seperti toko kelontong.
"Kita mungkin bisa coba di sana," Arshanan menunjuk ke arah bangunan kecil yang ia lihat, " Tapi, kita harus periksa dulu. Kalau aman, kita bisa istirahat di sana."
Kali ini, semua terlihat setuju-setuju saja dengan usulan Arshanan tanpa banyak protes. Arshanan menghentikan mobilnya di depan toko itu, mematikan mesin dan mengambil tongkat baseball nya, " Ayo Zean kita periksa, dan lo berdua tunggu di sini" Arshanan menatap Violetta dan Flora bergantian sebelum benar-benar beranjak keluar dari mobil dan tanpa banyak bicara, Zean menyusul kemudian, mengikutin Arshanan.
Sementara itu, Violetta dan Flora tetap duduk di dalam mobil ditemani oleh keheningan. Mereka tidak berbicara satu sama lain, namun wajah kedua cewek itu menampilkan ekspresi cemas yang sama.
"Vi, gue tau yang gue lakuin ke elo itu jahat, tapi gue gak bisa ngatur perasaan gue Vi. Gue sama Zean saling sayang. Maafin gue." Kata Flora dengan suara yang lirih, ia menatap belakang kursi yang Violetta duduki.
Namun Violetta tidak menanggapinya. Hanya helaan napas panjang yang terdengar dari nya. Flora jadi bungkam lagi, wajahnya menunjukan rasa bersalah yang mendalam. Ia sebenarnya tidak ingin merusak persahabatnya dengan Violetta, tapi Flora juga tidak akan sanggup jika harus kehilangan Zean. Sementara itu Violetta di kursi depan hanya bersandar sambil memeluk dirinya sendiri, matanya tak lepas menatap ke luar jendela mobil.
Di dalam toko, Arshanan maupun Zean menggerakan kaki mereka dengan perlahan dan penuh kehati-hatian. Mereka menyusuri lorong-lorong sempit yang di penuhi rak kosong dan pecahan kaca seraya mata mereka terus bergerak penuh kewaspadaan memeriksa setiap sudut memastikan tidak ada ancaman.
"Aman," Arshanan menoleh pada Zean dan Zean hanya mengangguk tanpa banyak reaksi, "Ayo kita panggil mereka."
Ketika mereka kembali ke mobil, Arshanan mengetuk kaca jendela di sisi Violetta, dan ketika Violetta membuka kaca mobilnya, Arshanan langsung berkata, "Aman, Ayo!"
Ke-empat remaja berseragam SMA itu segera memasuki toko dengan hati-hati namun dengan langkah terburu-buru karena mencoba menghindari tertepa hujan lebih lama. Begitu masuk, Violetta langsung menuju ke sudut ruangan yang terlihat bersih, mendudukan diri nya di sana seraya bersandar di dinding. Wajahnya terlihat sangat lelah. Flora juga duduk di sana, tapi tidak terlalu dekat mengingat hubungan mereka sedang tidak baik dan Violetta belum memaafkannya.
Sementara itu, Arshanan dan Zean kembali memeriksa sekali lagi untuk memastikan tidak ada pintu dan jendela yang terbuka. Setelah di rasa aman, ke dua nya kembali ke sisi ruangan di mana Violetta dan Flora berada.
"Malam ini, kita istirahat di sini dulu, " kata Arshanan, " Besok pagi, kita lanjut cari tempat yang lebih aman," sambungnya seraya mendudukan diri dan bersandar di rak kosong sambil meletakan tongkat baseball nya di samping tubuh.
Keheningan memenuhi udara lagi, masing-masing dari mereka terlihat tengelam pikirannya sendiri. Di luar, hujan masih turun dengan deras, menciptakan suara yang menenangkan sekaligus mengingatkan mereka pada bahaya yang mengintai di luar sana.