NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:815
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 14: Debaran Memburu

"Setiap detik mengkhawatirkanmu itu berat. Aku hanya ingin kamu baik-baik saja."

\#\#\#

ANEH.

Hanya satu kata itu yang dapat mendeskripsikan kecurigaan Liam saat melihat ujung lorong di daerah toilet wanita yang begitu gelap. Tak ada lampu yang menyala sama sekali, toilet pun nampak sepi.

Kini kepercayaan diri Liam kian menurun, apalagi saat ia kian dekat dengan ujung koridor ini. Bertepatan dengan itu, seorang gadis berambut pirang dengan boots-nya melangkah menyusuri koridor dengan arah yang berlawanan.

Liam mengenal gadis itu-ah, tidak. Hanya sempat melihatnya beberapa kali di hotel ini, saat karantina lain juga yang dilakukan disini. Sepertinya gadis itu orang inti hotel ini. Karena itulah, Liam memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Hey-"

"Nggak tahu. Emang lo kira gue pengatur listriknya, apa?"

Liam tersentak kecil saat ucapannya dipotong dengan nada yang begitu ketus. Apa lagi, gadis itu menatapnya sinis dan segera berlalu meninggalkan Liam begitu saja.

Apa ia kurang sopan? Tapi gadis itu bahkan bisa mengetahui pikiran Liam. Insting alphanya bilang, gadis itu musuh. Tapi tidak, tidak boleh menghakimi orang hanya karena kita tersulut rasa kesal seperti itu.

Hanya tinggal beberapa langkah hingga pintu toilet wanita itu. Liam menyalakan senter ponselnya sembari membatin dan terus melangkah, Liam membatin. Mungkin kesempatan lain ia harus meminta maaf pada gadis itu. Itu pun bila instingnya salah.

"Kania," panggil Tanjirou tepat di depan pintu. "Ada orang? K-kania...?"

"Eh? Liam?"

"Kania!?" Tanjirou menaikkan kedua alisnya. Pemuda itu senang, tenang, khawatir, dan terkejut di saat yang sama. "Bener Kania? Kamu ngapain di dalem? Lampu udah mati, lho."

"Hiks," Kania tak langsung menjawab. "Tolong.... tolong buka pintu, Hiks..."

DEG!

Dada Liam berdebar hebat oleh rintihan Kania di dalam. Ada sesuatu yang terjadi di dalam sana, Liam yakin itu. Sebisa mungkin Liam berusaha membuka pintu toilet, namun sialnya, pintu toilet terkunci rapat!

Sial! Sial! Sialan! Liam hanya bisa merutuki gadis pirang itu, batinnya begitu di penuhi rasa kesal dan panik hingga ia tidak bisa berpikir jernih. Jelas sudah firasatnya kini, bukan hanya sekedar tuduhan belaka.

Sekali pun tidak ada orang di toilet, bukan berarti petugas boleh mematikan aliran listrik bahkan hingga mengunci toilet. Dobrak? Tidak, itu bukan keputusan baik. Di tengah kepanikannya, Liam tahu betul siapa yang harus dihubungi.

"Kania, tunggu sebentar. Liam janji, ini nggak bakal lama." ujar Liam lirih. Janji pemuda itu diharapkan bisa menenangkan Kania, juga Liam sendiri.

Pemuda itu terus menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Bahkan hingga saat ini. Ponselnya juga masih terus berdering, dan itu kian membuat Liam panik.

"Apa?"

"Bang Galen, lo dimana?" sambar Liam langsung begitu telpon sudah terhubung.

"Nggak mungkin gue di pedalaman Afrika, kan?"

Liam mengendus sebal. Harus sabar memang kalau punya lawan bicara seperti Galen Arshaka. "Lo sering karantina di hotel ini juga, kan, Bang? Sering liat cewek pirang yang ponian, matanya bulet, sering pake gincu me-"

"Cucu yang punya hotel itu." jawab Galen. "Anak MAN Puspa Bangsa, temennya Evan. Agak jablay sih, gue saran, kalo lo mau cari cewek, jangan dia."

"Sial! Jadi firasat gue bener!" umpat Liam kesal.

"Gini, Bang, gue minta tolong banget. Tolong, dengan cara apapun, mintain kunci toilet wanita lantai 3 di resepsionis."

"HAH!? Napa emang? Jangan bilang lo ngintip cewek terus-"

"Bang, plis, Bang. Lagi serius ini."

"Ck," terdengar endusan nafas kesal dari ujung telpon. "Ya udah, tunggu di situ. Gue usahain. Lagian ada apa emang sebenernya?"

Liam kembali menggigit bibir bawahnya, lalu menghela nafas panjang. "Kania... dikerjain, Bang. Dia kekunci di toilet, aliran listrik disini dimati. Gue curiganya sih cucu pemilik hotel itu."

Seketika telpon menjadi hening. Hanya suara Liam yang terdengar, tak ada lagi jawaban atau pun suara berisik dari gerakan Galen.

"Bang?... Bang...? Halo?"

Liam menatap layar ponselnya. Kini ia pun tambah kesal sekaligus panik. Di tengah kekhawatiran begini, bisa-bisanya Galen mematikan telpon! Argh, Liam tambah sebal pada semua orang!

Namun siapa sangka, tak sampai 5 menit, sebuah bayangan cebol berlari mendekatinya dari ujung lorong. Liam menyipitkan matanya. "Bang Galen?"

"Minggir,"

Liam mundur beberapa langkah, dan memberi jalan pada Galen. Dari ancang-acangnya, sepertinya Liam tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

BRAK!

✩₊̣̇. To Be Continue

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!