NovelToon NovelToon
Jerat Pesona Duda Beranak 1

Jerat Pesona Duda Beranak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Melissa Permata Sari, gadis muda yang nekat menjual keperawanannya demi melunasi utang keluarganya sebesar 150 juta. Di hotel tempat "transaksi" berlangsung, ia justru bertemu Adrian Sutil, pria tampan dan kaya yang bukan mencari kesenangan, melainkan seorang pengasuh untuk putrinya yang berusia tiga bulan.

Adrian memberikan penawaran tak biasa: jika Melissa berhasil membuat putrinya nyaman, separuh utang keluarganya akan lunas. Namun, ada satu masalah—Melissa belum bisa memberikan ASI karena ia masih perawan. Meski sempat ragu, Adrian akhirnya menerima Melissa sebagai pengasuh, dengan satu syarat tambahan yang mengubah segalanya: jika ingin melunasi seluruh utang, Melissa harus menjadi lebih dari sekadar pengasuh.

Bagaimana Melissa menghadapi dilema ini? Akankah ia menyerahkan harga dirinya demi keluarga, atau justru menemukan jalan lain untuk bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Buat Baby Pak?

Napas sudah itu saling menerpa seiring gerakan olahraga yang berpacu, pandangan pun saling beradu, bahkan posisi sudah selayaknya bersatu.

"Gak bisa, gak bisa, ini terlalu intim," batin Melissa .

Melissa tidak sanggup jika harus menahan napas lebih lama seperti ini. Kondisinya sangat tidak wajar.

Dada yang terus bergerak maju mundur itu membuatnya kepanasan, belum lagi sesuatu yang ia duduki di bawah.

"Pak!"

"Tahan Melissa , sebentar lagihh!"

Bukan ucapan yang didengar, justru seperti sebuah lenguhan yang keluar. Entah karena menahan berat beban alat yang ia gunakan, atau memang karena hal lain. Namun, tampaknya keseksian duda beranak 1 itu meningkat, dengan keringat yang mengkilap membasahi pelipis dan seluruh badannya.

"Belut bapak yang gak bisa diam, ini mengganggu. Astaga, tadi aku pegang, sekarang malah aku duduki!" gerutu Melissa dalam hati.

Alat gym yang berada di sisi kiri kanan itu akhirnya dilepas oleh Adrian. Namun, pria tersebut justru mendaratkan kepalanya di pundak Melissa seakan ia sedang memeluk. Nyatanya ia hanya ingin berbagi peluh.

"Ihh, Bapak basah!"

Adrian tersenyum di balik ceruk leher Melissa . Ia belum ada niat untuk beranjak dari posisinya. " Keringat saya wangi!"

"Bau kambing, Pak!"

"Diam Melissa saya lagi merilekskan saraf otot saya!" Enggan beranjak. Adrian terlihat betah dalam posisi itu. Alasan yang diucapkannya barusan tidak benar, sebetulnya dia sedang menikmati wangi rambut Melissa .

"Belakangan ini perlakuan nih duda aneh, gak kayak biasanya. Apa karena aku baru tau ya, sebenarnya kepribadian dia tuh kayak gini?"

Di luar, ada Yani dan Sasa yang berniat menghampiri. Namun, melihat posisi mereka, keduanya tampak mengurungkan niat. Padahal, mereka hanya ingin memberitahu jika anak majikannya sudah bangun dan sedang menangis. Mungkin saja mencari keberadaan pengasuhnya.

"Sikap bapak kayak beda semenjak kedatangan Melissa . Mereka cocok menurutku ketimbang nona Mauren," gumam Yani.

"Tapi aku gak suka, seharusnya pak Adrian cocoknya sama aku!" sahut Sasa.

"Kenapa? Cemburu? Melissa mah cakep, kamu?" cibir Yani.

"Кесар!"

***

Sesuai perkataannya kemarin, Adrian menunaikan janjinya untuk mengajak anak serta pengasuhnya jalan-jalan di hari weekend yang cerah ini.

"Ah kan, jadi kelihatan best father-nya. Ketampanan Bapak jadi naik seperempat!"

Jika di kehidupan lain pengasuh yang menjaga maka ia yang membawa, berbeda untuk mereka. Adrian justru disuruh membawa anaknya dengan gendongan bayi di depan, sementara Melissa lenggang tidak membawa apa-apa, hanya botol susu saja.

Kini mereka sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan terbesar. Sampai di sana, banyak sekali barang yang menjadi impian Melissa , akan tetapi seberusaha mungkin ia tidak menunjukkan keinginannya di hadapan Adrian.

"Ambil yang kamu mau dan yang menjadi kebutuhan, saya tunggu sampai satu jam, setelah itu kita ke restoran!"

"Buat Baby, Pak?"

"Kebutuhan anak saya sudah terpenuhi sebelum dia lahir. Jadi, yang lebih membutuhkan itu kamu!" balas Adrian tandas. "Cepat!"

"Serius, Pak? Apa aja? Gak dimasukin ke daftar utang, 'kan?"

Melissa seakan kegirangan.

"Saya tunggu sampai satu jam!"

Sontak Melissa terburu-buru mencari target yang sebelumnya sudah sangat diinginkan. Rasanya sikap Adrian yang begitu aneh akan ia manfaatkan hari ini.

"Melissa , tunggu!"

"Kenapa lagi, Pak?"

Jari telunjuk majikannya itu mengarah ke sebuah toko pakaian dalam. Ya, itu toko barang penyanggah buah dada. "Karena ukuranmu berbeda dari semua pekerja di rumah, jadi beli lah sebanyak mungkin!"

Mengingat kejadian saat di mana Melissa dimuntahi sampai tak bisa pulang karena tidak memakai bra, cukup miris. Karena itulah yang memerintahkan.

"Siap Pak!"

"Heran juga, bisa-bisanya di umur segitu yang dia punya seperti wanita menyusui!" gumam Adrian.

Sambil menunggu, ia menjaga putrinya yang terus saja tertawa melihat sebuah tempat permainan.

"Kau menyukainya?" Adrian seakan bertanya kepada sang anak.

"Cepatlah besar, nanti kita bermain bersama!"

Mengingat saat mendiang istrinya hamil, Adrian pernah bermain game tersebut demi menuruti keinginannya sebagai ngidam pertama. Mungkin tak ayal kenapa Chia begitu terbahak menyaksikan orang-orang yang bermain di sana.

Apa permainan tersebut? Ya, Arcade Timezone dance. Orang yang menari di sana yang menjadi gelak tawa Chia. Tertawanya persis sekali dengan almarhumah sang istri.

"Pak!"

Adrian tertegun melihat betapa banyaknya bawaan pengasuhnya.

Gadis itu banyak sekali memborong barang yang ditunjukan oleh majikannya tadi.

Bukan soal jumlah berapa barang yang dibeli Melissa , tetapi ini tentang kegilaan perempuan tersebut.

"Yang kayak gini 'kan Pak? Bapak suka yang merah atau yang pink?"

Melissa memajang benda terlarang berwarna gonjreng itu di hadapan Adrian. Di sekitar, sudah banyak sekali orang yang menahan tertawa.

"Keren di sini ukuran berapa aja ada, biasanya di obralan ukuran punya saya gak ada. Oh, iya, nmbak Yani sama yang lain dipilihkan juga enggak, Pak? Kasihan mereka, siapa tau butuh upgrade pakaian dalam juga!"

Mendengar ocehan Melissa membuat Adrian ingin mengatongi gadis tersebut. "Astaga Melissa ...!!"

Kapasitas otaknya benar-benar seukuran pengraut pensil.

***

Tiba di restoran. Setelah menahan malu di mall tadi, kini

perut mulai keroncongan. Mereka

Masuk

pun menyempatkan untuk memasukki tempat makan. Sementara si baby sedang tidur, dan Adrian tidak mau memindahkan anaknya kepada Melissa .

"Bapak makan dulu, biar Chia saya yang gendong!"

"Nanti dia bangun!"

"Ini sengaja banget gak si biar dia aku suapi?" gumam dalam hati Melissa .

"Ya udah, sini saya suapi deh!"

Adrian langsung membuka mulutnya, padahal kala itu Melissa belum menyendokkan makanan.

"Hmm, capek juga ya nahan malu di mall. Mungkin saya sudah jadi bahan fyp mereka!" gumam Adrian sambil mengunyah makanan.

"Ih, kata Bapak, apa pun yang Pak Adrian perintahkan itu berarti harus dilakukan. Yaa, saya manut aja. Kan Bapak yang minta saya beli dalaman, lagian cuma minta pendapat aja kok!"

"Bukan begitu konsepnya!"

Asik berbincang, tak sengaja mata Melissa melihat ke arah belakang. Di sana, ada Andres dan para pengawal lain yang sedang tersenyum. Ralat, hanya pria itu yang tersenyum untuk Melissa .

Seperti biasa ia selalu salah tingkah jika dihadapkan pria kekar itu, bahkan hanya lirikan saja Melissa sudah kehilangan akal. Ah, mungkin otaknya juga ikut hilang.

"Ternyata dari tadi mereka ikuti kegiatan kita?" gumam hati Melissa .

"Pak, emang harus ya ke mana-mana bawa bodyguard?"

"Untuk keamanan!"

"Emangnya banyak penjahat?" Melissa kembali bertanya.

"Melissa , bodyguard itu penting. Bukan untuk menjaga, selain bisa memperketat keamanan mereka juga bisa melayani jikalau kita butuh. Apalagi untuk saya sebagai pembisnis!"

"Banyak musuh karena persaingan, 'kan?"

Adrian terdiam, tidak ada jawaban sampai Melissa memilih untuk menyudahi topik tersebut.

"Ayo kita pulang!"

***

Malam hari. Mungkin karena kelelahan, di saat baby Chia masih melek tetapi Melissa justru tertidur duluan. Walhasil, ayahnya lah yang menjaga.

"Biarkan saja, sebentar lagi anakku juga akan tidur!" Adrian mencegah Yani yang ingin membangunkan Melissa di kursi ruang tamu.

"Baik Pak!"

Usai memindahkan anaknya ke kamar. Adrian kembali lagi untuk pengasuhnya.

"Ngantuk sekali cacing ini.

Terlalu banyak tingkah, dia sampai kelelahan," gumam Adrian.

Anak rambut yang menghalangi wajah cantik gadis itu disingkirkan oleh Adrian.

"Jika sedang tidur seperti ini dia terlihat seperti ibu peri.

Entahlah saat bangun, aku lebih baik melihat dia tertidur," gumamnya.

Tanpa menghiraukan pandangan pembantu lain, Adrian membopong pengasuhnya untuk dipindahkan ke kamar sang putri.

"Tolong bawakan laptop saya, malam ini saya akan tidur di kamar Chia!"

Ya, itu berarti tidur di tempat yang sama dengan Melissa .

Bersambung ~

1
Sarita
sabar Adrian nanti juga lama" bucin tuh si melisa
S.gultom
karya yang bagus🙏
codefive_
Teruskaaaan👍🏻
codefive_
Semangat ya kak utk novelnya, lanjutkaan👍🏻
codefive_
Saran ya kak, untuk koma jangan ditengah. Bisa spt ini “tenang melissa, ngangkang dikit abis itu kabur!”
codefive_: Samasama, yuk gantian support karya terbaru ku🥰
S.gultom: makasih sarannya kak 🙏
total 2 replies
Little Sister
ceritanya seruuu, semangat yaaa/Determined/
♐EP𒈑⃟⃞𐦉CintaAfya𒈑⃟⃞🦅💞
kk mampir di sini dan simpan di favorite nnti baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!