NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Reyhan

Simpanan Tuan Reyhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Nikah Kontrak
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nova Diana

Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perusuh datang.

Perusuh Datang.

“Mau dong, di infokan gadun kayak, kalian.”

Tania hendak bangun dan melawan, tapi sekar menahan.

Melihat Tania dan Sekar yang diam, Tia semakin menggolok-ngolok mereka, teman-temanya menimpali seraya memancing emosi Tania dan Sekar.

“Apa jangan-jangan, nilai lu bagus karena menggoda dosen-dosen, ya? Padahal ‘kan lu sering bolos. Hahaha. Sudah berapa kali lu ditiduri mereka, hah!” semakin kemana-mana arah pembicaraan mereka.

Panas kuping, Tania mendengar. Tapi Sekar masih menahan tangannya untuk tetap tenang.

Aku ingin menjambak rambutnya. Tania geram.

“Pasti orang tua lu bangga, melihat anaknya simpanan aki- aki bangkotan.” Tia terus menghina, dengan di sertai tawa.

Enak saja, Mas Reyhanku yang tampan dan gagah di bilang aki- aki bangkotan. Tidak terima, kekasihnya di hina.

“Atau memang itu ajaran, ibuk lu, ya karena ibuk lu juga wanita simpanan.” Kali ini Tia sudah sangat keterlaluan.

Sekar yang sedari tadi menahan tangan Tania reflek melepasnya, membiarkan Tania menyerang Tia yang sudah kelewatan.

Pertengkaran terjadi di kantin kampus, makian dan hinaan terdengar sana sini. Tania terus menyerang Tia yang kewalahan dengan tenaga Tania, dari postur tubuh saja Tania sudah jelas menang.

Gengnya membantu Tia lepas dari cengkraman Tania, tapi sia-sia. Sekar tak tinggal diam, dia membantu Tania dengan menarik teman- teman Tia yang mau melepaskan Tia.

Tak lama, Toni, Bryan dan dosen datang karena mendengar keributan yang amat sangat jarang terjadi di kampus dengan nama besar dan tersohor ini.

Toni dan Bryan membantu Tania, tentu saja. Melemar Tia hingga tersungkur di tangkap teman- temannya.

“Tania, kamu nggak papa?”

“Kamu nggak papa ‘kan, Tania?”

Berebut menanyakan kabar Tania.

“Awas, biar aku robek mulut iblis satu ini.” Tania masih sangat ingin menerkam Tia yang sudah acak- acakan dan luka bekas kuku disana sini.

Sekar menghadang Tania, menenangkannya, menyadarkan Tania untuk melihat kondisinya sekarang dan orang- orang yang yang sudah berkumpul melihat mereka.

“Tania!” Bentak Sekar sambil memeluknya.

“pingsan” katanya lagi berbisik di telinga Tania.

Tania menjatuhkan tubuhnya yang langsung ditangkap oleh dua laki- laki yang berebut untuk menggendong Tania ke ruang perawatan kampus dan berakhir Toni menopang kepala dan Bryan menopang kaki.

“Sial” rutuk Tania dalam hati.

Mereka sibuk mengantarkan Tania, sedang tak satupun yang memperhatikan Tia yang sudah acak- acakan, yang benar- benar butuh pertolongan.

Tidak, tidak semua, ada satu dosen menghampirinya. Tia sudah memasang wajah memelas.

“Tia, ikut saya ke kantor.” Tegas dosennya berkata.

“Ta- tapi, pak..” Tia mencoba memberi tahu kondisinya yang membutuhkan perawatan.

“Ikut saya!” Dengan nada menekan, menahan marah.

Pasrah, akhirnya Tia dan dua temannya mengekor di belakang dosen.

Sialan, padahal aku yang penuh luka, aku yang butuh perawatan. Malah gundik itu yang dapat perhatian. Aaaggrrhhh. Tia.

____

Sekar mengusir Toni dan Bryan yang sedang menunggu Tania sadar. Dokter sudah memeriksa, Tania baik- baik saja, hanya menunggunya sadar.

Tentu saja aku baik- baik saja, siapa dia memangnya yang bisa melukaiku. Hanya saja aku malas terlibat lebih lama disana.

“Tania, mereka sudah pergi.” Sekar menarik kursi duduk di samping ranjang.

Tania langsung duduk dengan wajah kesal, namun tetap terlihat cantik.

Padahal Tia sudah sangat berantakan, tapi Tania tetap terlihat cantik. Sekar memandang kagum ke Tania dan langsung tersentak kaget karena Tania memaki.

“Aagghh, Tia. Awas saja dia, aku akan merobek mulutnya lain kali.” Mendengus kesal.

Ah, sahabatku ini, sama sekali tidak berubah.

Sekar dan tania sudah bersahabat sejak SMP, mereka berbeda desa tapi masih dalam satu kecamatan.

Saat itu Tania habis bertengkar dengan teman seletingnya sedangkan Sekar satu tingkat di atas Tania. Bisa tebak alasan mereka berkelahi? Ya, benar kerana laki- laki.

Wajah cantik Tania memang sudang mengundang siapapun untuk menyukainya juga membencinya termasuk sebagian besar gadis- gadis remaja di Sekolah kala itu.

“Es cream,” Sekar menyodorkan Es cream coklat ke Tania yang sedang duduk menunduk menendang- nendang batu kecil.

Tania mendongak, menatap Sekar dan Es cream yang di bawanya bergantian.

“Ambil lah.” Mengoyang- goyangkan di wajah Tania.

Tania mengambil Es creamnya, Sekar duduk di samping Tania, menyantap Es cream bersama tanpa ada obrolan apapun.

Bel sekolah berbunyi, memanggil para siswa dan siswi untuk masuk ke kelas. Sekar langsung berdiri dan berjalan menuju ke kelasnya. Tak lupa menyapa Tania “Nanti ketemu lagi, ya.” Katanya. Tania mengangguk, Sekar tersenyum melihatnya.

Sudah bel pulang sekolah, Sekar langsung berjalan pulang, dari kejauhan terlihat gadis cantik sedang berdiri sendiri di depan gerbang, Tania. Sekar bergegas menghampiri.

“Tania. Kau menungguku?”

“Iya, ini.” Tania menyodorkan coklat, yang langsung di terima oleh Sekar dengan senang.

Dari situ hingga saat ini Mereka bersahabat.

Tania terlihat mencari- cari dimana tasnya. “Sekar, dimana tasku”

Sekar berdiri dan mengambil tas Tania di atas meja sebelah tempat tidur, lalu menyerahkannya ke Tania.

“Kenapa?” Sekar melihat, Tania panik mencari sesuatu di dalam tas.

“Benarkan,” katanya sambil memperlihatkan panggilan tak terjawab dan puluhan pesan dari Reyhan di ponselnya.

Sekar melihat itu langsung tertawa kecil, dan meninggalkan Tania yang senang menelfon Reyhan.

“Sayang,” suara Tania memelas tak segarang tadi setelah sambungan telfonnya terhubung.

“Dari mana saja? Bukankah jam kuliahmu sudah selesai, kenapa tak beri pesan dan tidak mengangkat telfon dariku.”

Dia ini, kenapa bawel banget, sih sekarang. “Sayang, dengarkan dulu,” lagi, Tania memelas.

“Apa!” Setengah berteriak, “apa jangan- jangan kau habis bersama laki- laki tadi pagi yang kau gandeng ‘kan.”

Hah, siapa? Toni? Bagaimana dia bisa tau, jelas- jelas tadi aku melihatnya pergi melewati gerbang. Ah itu tidak penting sekarang.

Tania mulai terisak “kenapa tidak dengarkan aku dulu, dan malah menambah sakit hatiku dengan perkataan, mu.” Tania makin terisak di sebrang telfon mendengarkan.

“Aku, aku habis di pukuli, aku berkelahi! Badanku sakit, hatiku sakit, dan kau menambah rasa sakit hatiku.” Agak di buat dramatis oleh Tania.

“Apa! Siapa yang berani memukulimu?” Kali ini berteriak sampai Tania menjauhkan ponselnya dari telinga.

“Kenapa? apa pedulimu sekarang. Ini semua terjadi juga karena mu, kau tahu!” Tania balik marah sekarang.

“Tania, sayang. Apa maksudnya?” Suaranya melemah, yang si panggil sayang juga tiba- tiba menjadi kaget.

Eh, sayang katanya. Tania heran.

“Sudahlah, Mas. Aku mau istirahat saja.” Mematikan telfon sepihak, Berani juga, pikirnya. Dan mematikan ponselnya.

Reyhan panik, tidak tahu apa yang terjadi di sana, sampai membuat Tania semarah itu padanya, makin panik saat ponsel Tania sudah di luar jangkauan.

Reyhan sudah sangat ingin pergi dan menemui Tania, tapi hingga malam nanti dia sudah harus bertemu client dari luar negri, tidak bisa di tunda atau di gantikan Sekretarisnya.

“Tunggu aku, sayang.” Gumamnya.

Setelah beberapa saat Toni masuk, ada guratan khawatir di wajahnya. “Tania, kamu nggak papa?” Tania Mendongak, tertawa.

“Apaan, sih lu, Ton. Kamu-kamu,” masih tertawa “aku nggak papa. Lihat” menunjukan bahwa dia baik- baik saja.

Toni tersenyum lega, “ini jamnya, pak Killer, kan” Tania turun dari bangsal.

“Kamu mau kemana?” Tanya, Toni panik.

“Kekelas, kamu enggak?” Jawab santai Tania

“Tapi kamu, ‘kan..” Tania mengibaskan tangannya pada Toni, tak mau mendegar.

“Mau ku gendong?” Pertanyaan toni membuat Tania lagi- lagi tergelak.

“Toni, aku sangat sehat, lihat ini.” Tania melompat- lompat.

“Iya, iya. Sudah ayo ke kelas.” Toni menghentikan ke gilaan Tania, dan mengandengnya menuju kelas.

Sedangkan Tia dan teman- temannya sedang menatap monitor, melihat ulang CCTV kantin.

“Apa jangan-jangan, nilai lu bagus karena menggoda dosen-dosen, ya? Padahal ‘kan lu sering bolos. Hahaha. Sudah berapa kali lu ditiduri mereka, hah!”

Suara Tia terekam jelas saat mengatakan itu.

Glek… “Mati aku” batinnya.

BERSAMBUNG….

1
Nova Diana
Hallo Readers. Mohon dukukangan untuk pemula seperti aku, ya. Tinggalkan Like dan komentar kalian. Jika ada yang kurang mohon di sampaikan untuk aku perbaiki, ya. Terima kasih. 🫶
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!