Eliza yang belum move on dari mantan tunangannya-Aizel- menikah karena dijebak oleh Raiyan yang merupakan ipar tiri Aizel , sedangkan Raiyan yang awalnya memiliki kesepakatan dengan adik tirinya yaitu Ardini, sengaja melanggar kesepakatan itu demi membalas dendam pada Ardini.
"Kesepakatan Kita hanya sebatas kau membuat nya jatuh cinta, lalu meninggalkannya setelah Aku dan Aizel menikah, Kau melanggar kesepakatan Kita Raiyan. " ~Ardini
"Tapi di surat perjanjian itu juga tidak ada larangan kalau Aku mau menikahinya."
~ Raiyan
akankah kisahnya berakhir indah? akankah Eliza kembali pada Aizel setelah mengetahui semua fakta yang selama ini Raiyan sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Kesepakatan Lagi.
Raiyan memeriksa cctv kolam renang lewat ponselnya, ia pun cukup penasaran bagaimana kronologi jatuhnya Eliza ke kolam.
Ia memutar bola mata saat layar ponsel menampilkan pergerakan Eliza dan Aizel, tapi sayangnya Raiyan tak bisa mendengar percakapan mereka, dan saat Ardini mendorong Eliza, pria itu dibuat senam jantung melihat Eliza yang hampir wassalam kalau saja Aizel tak datang, begitu sampai di adegan napas buatan Raiyan segera menutup nya.
"Kira-kira apa yang harus kulakukan untuk menghancurkan Ardini? Sekarang dia sudah mulai mengganggu Eliza, beruntung hari ini Eliza selamat, tapi besok-besok belum tentu, seperti nya Aku harus memberi bekal pada Eliza agar ia mampu melindungi dirinya sendiri jika sewaktu-waktu tak ada yang datang menolong." Raiyan duduk di tepi kasur, ia menunggu Eliza keluar dari kamar mandi.
"Eh, Kamu masih di sini?" tanya Eliza yang masih memakai handuk kemben, ia tak menemukan jubah mandi yang biasa digunakan.
"I, iya." Raiyan tergagap menyaksikan bahu Eliza yang terbuka, selama ini Eliza selalu memakai jubah handuk, tapi kali ini kulit putih Eliza membuatnya sedikit gelagapan.
"Aku mau ganti baju, apa Kau bisa menunggu di luar?" tanya Eliza.
"Aku tidak akan mengintip, silahkan ganti bajumu." Raiyan memutar duduknya membelakangi Eliza, sebenarnya Eliza masih ingin mengusir Raiyan, tapi ia sadar Raiyan adalah pemilik resmi kamar ini, akhirnya dengan berat hati ia juga membelakangi Raiyan untuk memakai bajunya.
"El, Kau sudah selesai?" tanya Raiyan menatap dinding kamar di depannya.
"Belum, baru juga mau ganti, sabar dulu." Eliza terburu-buru mengambil baju yang ada di depannya, dengan semarangan ia melontarkan hanger ke belakang smsehingga mengenai kepala Raiyan.
"Aw!" Raiyan meringis sambil mengusap belakang kepalanya, ia otomatis memutar badannya demi melihat benda apa yang sudah mendarat di kepalanya, ternyata sebuah hanger kayu.
Raiyan meraih benda itu dan hendak mengembalikan ke lemari, ia lupa kalau Eliza belum memberi kode apakah dia sudah selesai atau belum.
Punggung putih Eliza terbuka, ia sedang kesulitan menarik resleting dress kembang itu.
"Kau perlu bantuan?" tanya Raiyan membuat Eliza memutar badannya menghadap Raiyan.
"Aku belum selesai kenapa Kau berbalik? Sejak kapan Kau mengintip?" tanya Eliza panik dan malu.
"Sejak benda ini mengenai kepalaku." Raiyan menunjuk hanger kayu yang dipegangnya.
"Untungnya Aku tidak geger otak. Sini Aku bantu."
"Eh, tidak perlu Aku bisa sendiri."Eliza menghindar tak ingin Raiyan kembali melihat punggungnya, Eliza terus mundur saat Raiyan berniat memutar tubuh Eliza agar membelakanginya, hal itu membuat Eliza mentok di sisi kasur dan ia jatuh terlentang di atas kasur.
Eliza yang mengira akan jatuh ke lantai tangannya refleks meraih lengan Raiyan sehingga pria itu ikut terjatuh dan menindih tubuhnya.
Ini seperti di film-film? Ya! Bayangkan saja bagaimana posisi keduanya saat ini, hanya kurang alunan lagu romantis. sejenak keduanya hanyut dalam debaran jantung masing-masing.
"Ka, Kau berat." ucap Eliza dengan pipi yang merona.
"Makanya jangan menghindar, lagipula Aku hanya ingin membantumu menarik resleting bukannya mau menelanjangi mu." ucap Raiyan santai sambil bangkit dari tubuh Eliza, sementara Eliza hanya membulatkan bola matanya.
"Sepertinya mulutmu ini tak ada penyaringnya ya, bisa-bisanya sesantai itu mengucapkan kata-kata mesum padaku." Eliza juga ikut duduk dan membiarkan Raiyan menarik resletingnya.
"Hehe, maaf. Oh ya, selain tak bisa make up dan berenang, apalagi hal yang tak bisa Kau lakukan?" Raiyan selesai dengan resleting bajunya.
"Memangnya kenapa?" Eliza mengangkat kedua alisnya
"Aku berencana mendaftarkan mu kelas berenang agar hal seperti tadi tak terulang lagi, tapi apa sebaiknya Aku saja yang turun tangan langsung? Nanti tubuh mu malah di grepe-grepe sama guru renangnya." ucap Raiyan tanpa beban.
"Kalau Kau yang mengajariku juga sama, Kau pasti akan grepe-grepe juga. Sebaiknya cari guru renang wanita saja, agar Aku tak sungkan." usul Eliza.
"Baiklah, akan kupikirkan. Ngomong-ngomong, apa tadi Aizel ada di sana sebelum Kau jatuh?" Eliza mengangguk.
"Apa yang Kalian bicarakan?"
"Hanya permintaan maaf yang sama atas kesalahannya dulu."Eliza tak mengatakan semuanya.
Raiyan lalu mengajak Eliza makan malam karena sudah waktunya.
Di meja makan Oma masih tak menampakkan batang hidungnya, Ternyata nenek tua itu sedang dilanda batuk pilek dan memilih makan di kamarnya saja.
"Nyonya besar masih tak selera makan Tuan." ucap seorang pembantu sambil membawa tunjang sapi rebus yang masih utuh.
"Sudah ditanya mau makan apa?" balas mama Ardini.
"Sudah Nyonya, tapi beliau hanya menjawab tidak selera makan dan ingin istirahat saja." mama Ardini memberi kode agar pembantu itu segera kembali ke dapur.
Nampak raut khawatir di wajah Surya dan istrinya, sudah beberapa hari mamanya tak nafsu makan dan memilih istirahat di kamar, walau belum pikun, terkadang semakin tua tingkahnya seakan kembali menjadi anak-anak, contohnya saja menolak minum obat.
Eliza segera menyelesaikan makannya, dan menuju dapur setelah semua orang kembali dengan aktifitasnya masing-masing.
Eliza berniat membuatkan sup ayam, dia yang terbiasa membantu paman dan bibi di restoran tak membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan sup ayam itu, Eliza benar-benar cekatan kalau soal masak-memasak, ia memastikan kalau daging ayamnya benar-benar lembut dan tidak alot.
Eliza sengaja meminta pembantu yang tadi mengantarkan sup itu ke atas, ia tak mau mood nenek tua itu semakin rusak karena Eliza tahu Oma Alia tak begitu menyukainya
bahkan sejak pertama kali ia datang ke rumah ini.
"Kamu masak apa?" tanya Aizel sambil menuang air putih ke dalam gelas.
"Sup ayam." jawabnya singkat sambil mengelap kompor bekas masak tadi.
"Boleh Aku minta sedikit? Tiba-tiba Aku kangen dengan masakanmu yang tak ada tandingannya ini."
"Ambil sendiri, atau minta istrimu saja yang mengambilkannya."
"Istriku sedang sibuk, Kau saja yang ambilkan, mumpung masih disitu." ucap Aizel sambil senyum-senyum.
"Bagaimana keadaanmu? Apa perlu kita ke rumah sakit?" Eliza hanya diam tak menjawab, ia mengambilkan semangkok sup untuk Aizel
"Terimakasih atas bantuanmu tadi."ujar Eliza setelah menyodorkan supnya.
"Sebaiknya jangan dekat-dekat denganku, Aku tak mau hampir mati lagi karena kecemburuan istrimu, tolong hargai Aku. Kita sudah selesai." sambung Eliza lagi
"Ternyata benar Ardini pelakunya? Hm...Aku hanya memperjuangkan cinta kita El. Kalau saja masih ada sedikit sisa perasaan untukku, Aku pasti akan menjadi selingkuhan mu."
"Aizel! Jaga ucapanmu, kalau ada yang mendengar mereka hanya akan berpikir aku menggoda mu dan hanya akan menyalahkan ku karena Kau menantu dari anak kesayangan dirumah ini sedangkan Aku hanya menantu dari anak yang mereka abaikan." Eliza berlalu tak ingin berlama-lama di dekat Aizel
Aizel tak lagi mengejar Eliza, ia menikmati sup ayam itu dengan lambat, setiap hirupan kuahnya membawa kenangan tentang bagaimana Eliza selalu memanjakan lidahnya dulu dengan memasak makanan yang enak-enak.
Dulu Eliza berjanji akan selalu membuatkan Aizel makanan yang enak jika mereka sudah menikah, tapi takdir tak mempertemukan mereka sebagai suami istri melainkan sebagai menantu-menantu Surya Wiradana.
"Aizel, Aku ingin memberikan penawaran yang menarik untukmu." Aizel menyudahi nostalgia nya sendiri begitu Raiyan berdiri di depannya.
"Penawaran apa lagi? Terus saja membuat kesepakatan-kesepakatan bodoh dengan saudarimu itu yang membuat Eliza semakin membenciku." Aizel malas meladeni Raiyan, ia meletakkan piring di bak cuci piring dan hendak berlalu begitu saja.
"Kau sudah tahu banyak rupanya tentang kesepakatan ku dengan Ardini." Raiyan tersenyum smirk
"Tapi kali ini Kau juga akan diuntungkan jika bersedia menyetujui permintaanku, bukankah Kau menginginkan Eliza?" Aizel memutar badannya kembali.
"Kita bicara di taman belakang saja." ucap Aizel pada Raiyan